Guru-guru Korea Selatan Berunjuk Rasa atas Kematian Koleganya
Reporter
Tempo.co
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 4 September 2023 16:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Guru-guru sekolah menggelar unjuk rasa berskala besar di Seoul, Senin, 4 September 2023, untuk berduka atas kematian akibat bunuh diri rekan-rekan sesama guru karena tekanan oleh para orang tua yang marah dan siswa-siswa yang nakal, dan menyerukan langkah-langkah untuk mencegah tragedi-tragedi semacam itu. Demikian dilansir kantor berita Yonhap, Senin.
Unjuk rasa di depan Majelis Nasional awalnya direncanakan untuk berduka atas kematian seorang guru muda di Seoul yang bunuh diri pada Juli setelah berusaha keras menghadapi sebuah kasus kekerasan di sekolah.
Namun setidaknya ada dua kasus bunuh diri guru lainnya yang terjadi minggu lalu, satu di Seoul pada Kamis dan satu lagi di kota barat daya Gunsan pada Jumat, menambah kemarahan atas perlakuan buruk terhadap guru dan meningkatkan kemungkinan unjuk rasa pada Senin menjadi protes guru terbesar yang pernah ada.
Banyak guru telah mengajukan cuti satu hari untuk menghadiri unjuk rasa, dan sekitar 30 sekolah dasar di seluruh negeri bahkan menetapkan Senin sebagai hari libur sementara karena terlalu banyak guru yang ingin mengambil hari libur untuk aksi kolektif, yang disebut “Hari Penghentian Pendidikan Publik."
Seorang guru di sebuah sekolah dasar di bagian barat Seoul mengatakan hanya 14 dari 48 guru di sekolah tersebut yang datang bekerja, dan sisanya mengambil cuti untuk menghadiri rapat umum. Situasi di sekolah dasar lainnya diyakini serupa.
Jumlah guru yang tidak masuk kelas belum diketahui secara pasti, namun media lokal mengatakan puluhan sekolah di seluruh negeri diperkirakan akan ditutup karena para guru mengatakan mereka tidak akan bekerja.
Pihak berwenang mengatakan tindakan kolektif guru untuk mengganggu kelas adalah ilegal dan memperingatkan tindakan disipliner. Serikat guru Korea Selatan tidak terlibat dalam pengorganisasian demonstrasi pada Senin, kata kelompok yang memimpin protes, Everyone Together As One.
“Kami akan melindungi mereka (para guru) dan melakukan perubahan sehingga tidak ada satu guru pun yang memilih untuk bunuh diri,” kata penyelenggara dalam sebuah pernyataan.
<!--more-->
Tertinggi Ketiga di Dunia
Presiden Yoon Suk Yeol, Senin, memerintahkan para pejabat untuk mendengarkan tuntutan para guru dan berupaya melindungi hak-hak mereka, kata kantornya.
Pada Juli, seorang guru sekolah dasar ditemukan tewas di sekolah setelah dilaporkan mengungkapkan kegelisahannya atas keluhan orang tua mengenai perselisihan antarsiswa.
Sejak saat itu, para guru di seluruh negeri menggelar doa dan demonstrasi setiap akhir pekan karena duka atas kematiannya, yang berujung pada unjuk rasa pada Sabtu di mana sebanyak 200.000 guru berkumpul di dekat Majelis Nasional di Seoul.
Sebanyak 20.000 orang lagi diperkirakan akan turun ke jalan pada Senin untuk bergabung dalam demonstrasi di dekat parlemen, kata penyelenggara.
Seratus guru sekolah negeri bunuh diri di Korea Selatan selama enam tahun terakhir pada Juni. Lima puluh tujuh orang mengajar di sekolah dasar, menurut data pemerintah.
Korea Selatan memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara maju, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia dan OECD, dengan lebih dari 20 orang per 100.000 penduduk melakukan bunuh diri.
Kementerian Pendidikan telah berjanji untuk mencegah insiden hukuman terhadap guru karena kegiatan pendidikan yang sah, dan meningkatkan komunikasi antara guru dan orang tua.
Berdasarkan rencana pemerintah, guru akan dijamin haknya untuk menghindari panggilan dari orang tua melalui telepon pribadi mereka, dan tindakan lainnya.
“Jumlah laporan kekerasan terhadap anak yang tidak pandang bulu telah meningkat, karena hak-hak siswa terlalu ditekankan sementara hak-hak guru tidak dihormati,” kata kementerian dalam rilisnya. “Kami akan mendukung para guru agar mereka dapat fokus pada pendidikan, bebas dari kekhawatiran akan pengaduan kekerasan terhadap anak yang sembarangan.”
REUTERS | YONHAP
Pilihan Editor: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Australia Tolak Masyarakat Adat Masuk Konstitusi