Ucapan Duta Besar Amerika Serikat untuk Sudan Dikomplain

Reporter

Tempo.co

Senin, 28 Agustus 2023 14:30 WIB

Anak-anak Sudan, yang melarikan diri dari konflik di Geneina di wilayah Darfur Sudan, berbaris untuk menerima porsi beras dari relawan Palang Merah di Ourang di pinggiran Adre, Chad 25 Juli 2023. REUTERS/Zohra Bensemra

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Sudan mengutuk ucapan Duta Besar Amerika Serikat untuk Sudan John Godfrey, yang menyebut tidak ada satu pun pihak di Sudan yang saat ini cocok memimpin negara itu. Godfrey menyerukan agar militer Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) menghentikan pertikaian ini dan menyerahkan kekuasaan pada warga sipil Sudan.

“Pihak-pihak yang berperang – mereka itu tidak pantas memimpin negara. Mereka harus mengakhiri konflik dan menyerahkan kekuasaan pada pemerintahan transisi yang dipegang oleh warga sipil,” kata Godfrey.

Kementerian Luar Negeri Sudan meminta agar Godfrey menarik kembali ucapannya itu dan merevisi posisinya dalam konflik Sudan yang sedang berkecamuk saat ini. Dalam keterangan tertulis, Kementerian Luar Negeri Sudan menyebut komentar Godfrey bertolak belakang dengan syarat kesopanan diplomatik, profesionalisme dan sikap saling menghormati kedaulatan negara.

Advertising
Advertising

“Komentar-komentar yang diucapkan oleh Duta Besar Amerika Serikat menggambarkan kurangnya rasa hormat terhadap warga Sudan dan kemerdekaan mereka,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Sudan.

Kementerian Luar Negeri Sudan menekankan kalau militer Sudan mempertahankan negara dan rakyat Sudan dari teroris dan militan yang melakukan tindakan kriminal. Kementerian Luar Negeri Sudan berhadap Duta Besar Godfrey serta pemerintah pusat Amerika Serikat mau memperbaiki ketidakseimbangan dan posisi Amerika Serikat yang cacat. Bukan hanya itu, Duta Besar Godfrey pun diminta untuk menjaga diri dari komentar-komentar yang bertolak-belakang dengan norma-norma diplomatik serta aturan yang tidak membantu mengakhiri krisis di Sudan.

PBB dan sejumlah Lembaga HAM lokal maupun internasional meyakini lebih dari 4 juta warga Sudan kehilangan tempat tinggal dan ribuan orang tewas sejak konflik meletup di negara itu. Perang antara tentara Sudan dan RSF meletus di tengah perselisihan mengenai rencana untuk transisi menuju pemilu di bawah pemerintahan sipil – inisiatif yang didukung secara internasional.

Sumber; middleeastmonitor.com

Pilihan Editor: Dikomplain Turis Asing, Bel Menara Jam Bersejarah di Italia Berhenti Berdentang Malam

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Serangan Udara Israel Menghantam Rumah Dekat Wisma Relawan MER-C di Gaza

3 jam lalu

Serangan Udara Israel Menghantam Rumah Dekat Wisma Relawan MER-C di Gaza

MER-C mengatakan serangan udara menyasar ke sebuah rumah dekat wisma yang ditempati para relawan WNI di Rafah, Gaza Selatan.

Baca Selengkapnya

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

4 jam lalu

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

Amerika Serikat mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui dermaga terapung buatannya di lepas pantai Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

9 jam lalu

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

Dari total sumbangan dana USD2.7 miliar (Rp43 triliun) yang dibutuhkan, baru 12 persen yang diterima OCHA untuk mengatasi kelaparan di Sudan.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

21 jam lalu

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

Rancangan undang-undang penerbangan yang ditanda-tangani Joe Biden diharapkan bisa meningkatkan kualitas di sejumlah sektor.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri dan Mer-C Saling Kontak soal Kondisi WNI di Gaza

22 jam lalu

Kementerian Luar Negeri dan Mer-C Saling Kontak soal Kondisi WNI di Gaza

Kementerian Luar Negeri melakukan kontak setiap hari dengan para relawan Mer-C untuk memonitor kondisi mereka

Baca Selengkapnya

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

23 jam lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

1 hari lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

1 hari lalu

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

RUU tersebut diperkirakan tidak akan menjadi undang-undang, tetapi lolosnya beleid itu di DPR AS menunjukkan kesenjangan pada tahun pemilu soal Israel

Baca Selengkapnya

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

1 hari lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

1 hari lalu

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

Seorang anggota Kongres AS mendorong resolusi yang mengakui peristiwa Nakba dan hak pengungsi Palestina.

Baca Selengkapnya