TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan warga Thailand menggelar unjuk rasa pada Minggu, 23 Juli 2023. Mereka memprotes gagalnya pemimpin Partai Move Forward Pita Limjaroenrat sebagai Perdana Menteri Thailand yang baru.

Partai Move Forward pimpinan Pita, tercatat sebagai pemenang pemilu pada Mei 2023. Move Forward menerima dukungan dari pemilih muda dengan menjanjikan berbagai perubahan termasuk mereformasi militer, mengakhiri monopoli bisnis dan mengubah undang-undang penghinaan kerajaan, yang melindungi monarki dari kritik.

Untuk kedua kalinya parlemen memblokir Pita, 42, yang lulusan Universitas Harvard untuk menjadi perdana menteri. Menurut pendukungnya, gagalnya Pita ke kursi perdana menteri disebabkan oleh aturan yang tidak adil.

"Kami akan terus berjuang, tidak peduli berapa bulan kami harus mendukung prinsip-prinsip demokrasi," kata seorang aktivis di atas panggung yang disambut sorak-sorai massa di sebuah perempatan jalan yang ramai di pusat kota Bangkok. "Pita! Pita! Pita!" kerumunan berteriak.

Kebijakan Partai Move Forward menempatkannya pada jalur yang berlawanan dengan militer Thailand, elit lama dan kekuatan konservatif Thailand. Move Forward berkoalisi dengan delapan partai termasuk partai populis Pheu Thai dan menguasai mayoritas di majelis rendah yang beranggotakan 500 orang.

Di bawah konstitusi rancangan militer, perdana menteri berikutnya harus mendapatkan lebih dari setengah suara di badan legislatif, yang mencakup 249 anggota yang ditunjuk junta setelah merebut kekuasaan pada 2014. Mereka memihak partai konservatif.

Pemungutan suara lain untuk jabatan perdana menteri dijadwalkan akan dilakukan pada Kamis. Sekutu koalisi Move Forward Pheu Thai akan mengusulkan seorang kandidat perdana menteri yang kemungkinan besar adalah taipan real estat politik pendatang baru, Srettha Thavisin.

REUTERS

Pilihan Editor: Rusia Serang Rute Ekspor Biji-bijian Sungai Danube untuk Ukraina