Siapakah Travis King, Tentara AS yang Lari ke Korea Utara

Reporter

Tempo.co

Kamis, 20 Juli 2023 07:00 WIB

Travis King ditempatkan di Korea Selatan dan sedang melakukan tur zona demiliterisasi antara kedua negara ketika dia berlari melintasi perbatasan dan memasuki wilayah Korea Utara. Nypost.com

TEMPO.CO, Jakarta - Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, seorang tentara Amerika Serikat diyakini berada dalam tahanan Korea Utara. Travis King diyakini sebagai tentara AS pertama yang menyeberang ke Korea Utara sejak 1982.

Itu adalah skenario yang dapat menyebabkan sakit kepala diplomatik bagi Amerika Serikat, yang bersama sekutu Korea Selatan, mencoba untuk terus menekan Pyongyang ketika negara yang terisolasi itu meningkatkan uji coba rudal balistiknya dan retorika yang agresif.

Beberapa bulan sebelum melarikan diri ke Korea Utara, tentara Amerika Serikat, Travis King, menghadapi dua tuduhan penyerangan. Seperti dilansir Reuters pada Rabu, ia juga didenda oleh pengadilan Korea Selatan hingga jutaan won karena merusak mobil polisi, menurut putusan pengadilan dan pengacara yang mewakilinya.

Militer AS sedang berupaya menyelamatkan King, yang melakukan penyeberangan tidak sah dari perbatasan Korea Selatan ke Korea Utara pada Selasa. Aksi King melemparkan Washington ke dalam krisis baru dalam berurusan dengan negara bersenjata nuklir itu. Motivasi King ke Korea Utara masih belum jelas.

King adalah pengintai kavaleri yang bergabung dengan militer pada Januari 2021. Pada saat rotasinya di Korea Selatan, King ditugaskan ke Skuadron 6, Resimen Kavaleri 1, Tim Tempur Brigade 1, Divisi Lapis Baja 1 dari Fort Bliss, Texas, menurut juru bicara Angkatan Darat Bryce Dubee.

Advertising
Advertising

Pejabat AS tidak mengatakan berapa lama King berada di Korea Selatan, tetapi pada suatu saat dia menghadapi tindakan disipliner karena penyerangan dan menghabiskan 50 hari di fasilitas penahanan.

Ia kemudian diangkut oleh militer AS ke bandara untuk kembali ke unit asalnya di Amerika Serikat, ketika dia tampaknya memutuskan untuk ikut tur ke perbatasan Korea Selatan-Korea Utara di Panmunjom.

King mengaku bersalah atas penyerangan dan penghancuran barang publik yang berasal dari insiden Oktober. Kemudian pada 8 Februari, Pengadilan Distrik Barat Seoul mendendanya 5 juta won, menurut salinan putusan yang ditinjau oleh Reuters.

Dua pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan prajurit itu akan menghadapi tindakan disipliner oleh militer AS. Reuters tidak segera dapat memastikan apakah tindakan disipliner terkait dengan hukumannya atas kerusakan kendaraan polisi.

Pengadilan Seoul mengatakan pada 25 September tahun lalu, King meninju wajah seorang pria di sebuah klub beberapa kali, tetapi kasusnya diselesaikan. Dua minggu kemudian, pada 8 Oktober, petugas polisi menanggapi laporan pertengkaran lain yang melibatkan King, dan mencoba menanyainya.

Dia melanjutkan "perilaku agresif" tanpa menjawab pertanyaan dari polisi, menurut dokumen pengadilan. Polisi menempatkannya di kursi belakang mobil patroli mereka di mana dia meneriakkan kata-kata kasar dan hinaan terhadap warga Korea, tentara Korea, dan polisi Korea, kata keputusan tersebut.

Selama omelannya, dia menendang pintu kendaraan beberapa kali, menyebabkan kerugian sekitar 584.000 won, kata putusan itu.

Pengadilan mengatakan terdakwa telah mengakui dakwaan, tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya, dan membayar 1 juta won untuk memperbaiki kendaraan, mengutip alasan yang mendukungnya dalam hukuman tersebut.

Seorang juru bicara US Forces Korea (USFK) menolak untuk mengkonfirmasi apakah King pernah ditahan di Korea Selatan atau militer AS.

Salah satu pengacara yang mewakilinya saat itu mengatakan kepada Reuters King telah menghabiskan waktu di tahanan militer AS di Pyeongtaek sejak kasus Oktober.

Pengacara, yang menolak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut, mengatakan dia tidak mengetahui status King atau keberadaannya setelah Februari.

Pengacara King lainnya yang tercantum dalam dokumen pengadilan tidak segera tersedia untuk dimintai komentar.

Ibu King, Claudine Gates, mengatakan kepada ABC News bahwa dia terkejut dengan berita bahwa putranya telah menyeberang ke Korea Utara.

"Saya tidak bisa melihat Travis melakukan hal seperti itu," katanya. Ia menambahkan bahwa dia mendengar dari putranya beberapa hari yang lalu dan King mengatakan kepada ibunya bahwa akan kembali ke markasnya di Fort Bliss.

Pilihan Editor: Korea Utara Masih Tutup Mulut Soal Tentara AS Lintasi Perbatasan dari Korsel

REUTERS | CNN

Berita terkait

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

36 menit lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

1 jam lalu

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

Pejabat AS mengatakan Israel tak bisa menang melawan Hamas karena strateginya meragukan.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

19 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

21 jam lalu

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL memulai latihan militer bersama bernama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2024

Baca Selengkapnya

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

22 jam lalu

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

Selain teknologi drone, mahasiswa STIK Polri juga mempelajari forensik untuk mencari barang bukti penyebab terjadinya pembunuhan.

Baca Selengkapnya

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

1 hari lalu

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

Pengadilan Australia menjatuhkan hukuman hampir enam tahun penjara kepada eks pengacara militer yang ungkap tuduhan kejahatan perang di Afghanistan

Baca Selengkapnya

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

1 hari lalu

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

Harrison Mann, perwira Angkatan Darat Amerika Serikat mengumumkan mundur sebagai protes atas dukungan Washington terhadap perang Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

1 hari lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

1 hari lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

2 hari lalu

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

Anggota Majelis Nasional Korea Selatan Kim Gi-Hyeon menilai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) adalah sosok revolusioner

Baca Selengkapnya