TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara tampaknya telah melonggarkan kewajiban penggunaan masker untuk menghindari wabah COVID-19 yang ketat, laporan media mengatakan minggu ini.

Seperti dilansir Reuters pada Selasa 4 Juli 2023, hal ini terungkap setelah kantor berita negara Korea Utara menunjukkan banyak orang tanpa masker.

Negara yang terisolasi itu telah mempertahankan penguncian perbatasan dan tindakan anti-COVID lainnya lama setelah sebagian besar negara lain menghentikan pembatasan tersebut.

Televisi dan surat kabar negara Korea Utara tidak membuat pengumuman resmi, tetapi menunjukkan kerumunan orang di bioskop dan lokasi lain tanpa masker.

Itu adalah "perubahan mencolok" dibandingkan dengan liputan surat kabar sejak September, menurut analis NK News, sebuah situs berbasis di Seoul yang memantau Korea Utara.

Warga, pabrik, dan kelompok sosial diberitahu bahwa mandat dicabut pada 1 Juli, Radio Free Asia (RFA) yang berbasis di AS mengatakan pada Senin, mengutip sumber tanpa nama.

Laporan itu mengatakan pihak berwenang telah melonggarkan mandat karena memakai masker bekas dan kontrol masker yang ketat telah menyebabkan penyebaran infeksi kulit dan mata.

Agustus lalu, kantor berita negara Korea Utara KCNA mengatakan Pyongyang telah membatalkan mandat masker bersama dengan aturan jarak sosial lainnya ketika pemimpin Kim Jong Un menyatakan kemenangan atas COVID-19.

Namun satu bulan setelah pengumuman tersebut, pihak berwenang kembali memerintahkan warga untuk memakai masker di depan umum, mengutip flu dan penyakit menular yang dapat terjadi selama musim gugur dan musim dingin, tetapi tanpa menyebutkan COVID-19.

Badan mata-mata Korea Selatan mengatakan para pembelot yang melarikan diri dari Korea Utara pada Mei memutuskan untuk mengenakan masker karena kontrol COVID-19 yang ketat di negara itu.

Pengekangan virus corona yang ketat di Korea Utara juga telah dikritik oleh laporan PBB tahun lalu karena memperburuk pelanggaran hak asasi manusianya.

Pilihan Editor: Virus Corona, Korsel Dituduh Kirim Masker ke Korea Utara

REUTERS