Situasi Prancis Lebih Tenang setelah Pemakaman Remaja Korban Penembakan

Reporter

Editor

Ida Rosdalina

Minggu, 2 Juli 2023 10:25 WIB

Petugas berjaga selama kerusuhan setelah kematian Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang dibunuh oleh seorang petugas polisi Prancis di Nanterre selama pemberhentian lalu lintas, di Lille, Prancis, 30 Juni 2023. REUTERS/Nacho Doce

TEMPO.CO, Jakarta - Kerusuhan di seluruh Prancis tampaknya tidak terlalu intens, Sabtu, 1 Juli 2023, karena puluhan ribu polisi telah dikerahkan di kota-kota di seluruh negeri setelah pemakaman seorang remaja keturunan Afrika Utara, yang penembakannya oleh polisi memicu kerusuhan nasional.

Presiden Emmanuel Macron menunda kunjungan kenegaraan ke Jerman yang seharusnya dimulai Minggu untuk menangani krisis terburuk bagi kepemimpinannya sejak protes "Rompi Kuning" melumpuhkan sebagian besar Prancis pada akhir 2018.

Sekitar 45 ribu polisi berada di jalan-jalan dengan unit-unit elite khusus, kenderaan lapis baja dan helikopter-helikopter dikerahkan untuk memperkuat tiga kota terbesarnya, Paris, Lyon dan Marseille.

Pada Minggu pagi pukul 01.45 waktu setempat, situasinya lebih tenang daripada empat malam sebelumnya, meskipun ada beberapa ketegangan di Paris tengah dan bentrokan sporadis di kota-kota Mediterania Marseille, Nice, dan kota timur Strasbourg.

Titik nyala terbesar adalah di Marseille di mana polisi menembakkan gas air mata dan bertempur di jalanan dengan pemuda di sekitar pusat kota hingga larut malam.

Advertising
Advertising

Di Paris, polisi meningkatkan keamanan di jalan Champs Elysees yang terkenal di kota itu setelah seruan di media sosial untuk berkumpul di sana. Jalanan, yang biasanya dipadati turis, dijejeri pasukan keamanan yang melakukan pemeriksaan di tempat. Fasad toko ditutup untuk mencegah potensi kerusakan dan penjarahan.

Kementerian dalam negeri mengatakan 1.311 orang telah ditangkap pada Jumat malam, dibandingkan dengan 875 orang pada malam sebelumnya, meskipun menggambarkan kekerasan sebagai "intensitas lebih rendah". Polisi mengatakan hampir 200 orang telah ditangkap secara nasional pada Sabtu.

Otoritas lokal di seluruh negeri mengumumkan larangan demonstrasi, memerintahkan angkutan umum untuk berhenti beroperasi pada malam hari dan beberapa memberlakukan jam malam.

Kerusuhan tersebut, sebuah pukulan terhadap citra global Prancis hanya setahun dari penyelenggaraan Olimpiade, akan menambah tekanan politik pada Macron.

Dia telah menghadapi kemarahan berbulan-bulan dan kadang-kadang demonstrasi kekerasan di seluruh negeri setelah mendorong perombakan undang-undang pensiun.

Penundaan kunjungan kenegaraan ke Jerman merupakan kali kedua tahun ini ia harus membatalkan acara tingkat tinggi karena situasi domestik di Prancis. Pada Maret, dia membatalkan rencana kunjungan kenegaraan Raja Charles.

<!--more-->

Pemakaman

Nahel, 17 tahun dari orang tua Aljazair dan Maroko, ditembak oleh seorang petugas polisi saat berhenti lalu lintas pada Selasa di Nanterre, pinggiran Paris.

Untuk pemakaman, beberapa ratus orang berbaris memasuki masjid agung Nanterre. Relawan dengan rompi kuning berjaga-jaga, sementara beberapa puluh orang menyaksikan dari seberang jalan.

Beberapa pelayat, menyilangkan tangan, mengatakan "Allahu Akbar", saat mereka memenuhi bulevar itu untuk salat jenazah.

Marie, 60, mengatakan dia telah tinggal di Nanterre selama 50 tahun dan selalu ada masalah dengan polisi.

"Ini benar-benar harus dihentikan. Pemerintah benar-benar terputus dari realitas kita," katanya.

Penembakan remaja tersebut, yang terekam dalam video, telah memicu kembali keluhan lama dari komunitas perkotaan yang miskin dan bercampur ras tentang kekerasan dan rasisme polisi.

Nahel diketahui polisi karena sebelumnya tidak mematuhi perintah penghentian lalu lintas dan secara ilegal mengendarai mobil sewaan, kata jaksa penuntut Nanterre, Kamis.

Macron membantah ada rasisme sistemik di lembaga penegak hukum Prancis.

Ada juga kemarahan yang lebih luas di pinggiran kota termiskin di negara itu, di mana ketidaksetaraan dan kejahatan merajalela dan para pemimpin Prancis telah gagal selama beberapa dekade untuk mengatasi apa yang oleh beberapa politisi disebut sebagai "apartheid geografis, sosial dan etnis."

REUTERS

Pilihan Editor: Paus Fransiskus Tunjuk Uskup Penulis Buku Seni Ciuman Menjadi Pejabat Doktrin

Berita terkait

Puluhan Turis Australia Terkatung-katung di Kaledonia Baru

4 jam lalu

Puluhan Turis Australia Terkatung-katung di Kaledonia Baru

Sekitar 30 turis Australia terkatung-katung di Kaledonia Baru menunggu kesempatan untuk bisa keluar dari negara itu dengan aman usai pecah kerusuhan

Baca Selengkapnya

Orang Jawa Banyak Jadi Penduduk di Kaledonia Baru yang Kini Dilanda Kerusuhan

1 hari lalu

Orang Jawa Banyak Jadi Penduduk di Kaledonia Baru yang Kini Dilanda Kerusuhan

Mayoritas penduduk Kaledonia Baru adalah orang Jawa. Kini kolonial Prancis tersebut sedang dilanda kerusuhan terburuk dalam 30 terakhir.

Baca Selengkapnya

Kaledonia Baru Dilanda Kerusuhan Massal, Prancis Tetapkan Keadaan Darurat

2 hari lalu

Kaledonia Baru Dilanda Kerusuhan Massal, Prancis Tetapkan Keadaan Darurat

Prancis memberlakukan keadaan darurat di Kaledonia Baru menyusul kerusuhan yang menewaskan anggota polisi.

Baca Selengkapnya

8 Hal Menarik di Cannes Prancis selain Festival Film

4 hari lalu

8 Hal Menarik di Cannes Prancis selain Festival Film

Dari pantai, tempat belanja, hingga kuliner, ketahui hal lain yang menarik di Cannes selain festival film tahunan.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kerusuhan Berbau Rasial 13 Mei 1969 di Malaysia

5 hari lalu

Kilas Balik Kerusuhan Berbau Rasial 13 Mei 1969 di Malaysia

Inilah peristiwa kerusuhan massal nan kelam di Malaysia yang menewaskan sedikitnya 184 Orang

Baca Selengkapnya

Kerusuhan 13 Mei 1969 Terjadi di Malaysia dan Penjarahan 13 Mei 1998 di Indonesia Jadi Kenangan Kelam

5 hari lalu

Kerusuhan 13 Mei 1969 Terjadi di Malaysia dan Penjarahan 13 Mei 1998 di Indonesia Jadi Kenangan Kelam

Indonesia dan Malaysia punya kenangan kelam pada kerusuhan dan penjarahan pada 13 Mei, pada 1969 dan 1998. Berikut kejadiannya.

Baca Selengkapnya

Cara Menangani Gejala PTSD yang kerap Dialami Setelah Mengalami Trauma

5 hari lalu

Cara Menangani Gejala PTSD yang kerap Dialami Setelah Mengalami Trauma

Seseorang akan berusaha sekeras mungkin untuk menghindari tempat, situasi, benda, dan orang yang mengingatkannya akan peristiwa trauma tersebut.

Baca Selengkapnya

PSSI Marah Suporter Timnas U-23 Indonesia Serbu Akun Instagram Guinea dengan Ujaran Rasis

8 hari lalu

PSSI Marah Suporter Timnas U-23 Indonesia Serbu Akun Instagram Guinea dengan Ujaran Rasis

Anggota Exco PSSI Arya Sinulingga minta suporter Timnas U-23 Indonesia yang menyampaikan ujaran rasis untuk berhenti melakukan tindakannya itu.

Baca Selengkapnya

Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

9 hari lalu

Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

Rusia menemukan banyak warga negara Prancis yang tewas di Ukraina.

Baca Selengkapnya

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

11 hari lalu

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

Xenophobia sebagai fenomena psikologis melibatkan ketakutan, ketaksukaan, atau kebencian ke individu atau kelompok yang dianggap asing atau beda.

Baca Selengkapnya