Biden dan Modi Sambut Hubungan Baru AS - India untuk Bendung Cina

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Ida Rosdalina

Jumat, 23 Juni 2023 11:23 WIB

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri India Narendra Modi bersulang saat makan malam resmi kenegaraan di Gedung Putih di Washington, AS, 22 Juni 2023. REUTERS/Elizabeth Frantz

TEMPO.CO, Jakarta - Karpet merah digelar oleh Gedung Putih untuk Perdana Menteri Narendra Modi pada Kamis, 22 Juni 2023, saat Amerika Serikat dan India menyongsong era baru hubungan kedua negara. Presiden Joe Biden memuja-muji kesepakatan pertahanan dan perdagangan yang dicapai dengan timpalannya yang ditujukan untuk melawan pengaruh global Cina itu.

“Dua negara besar, dua sahabat baik, dan dua kekuatan besar. Cheers," kata Biden kepada Modi saat bersulang saat makan malam kenegaraan. Modi menjawab: "Kamu berbicara dengan lembut, tetapi dalam hal tindakan, kamu sangat kuat."

India dan Amerika Serikat bukan sekutu formal yang terikat perjanjian. India telah lama menikmati kemerdekaannya. Washington ingin Delhi menjadi penyeimbang strategis bagi Cina. Meskipun tidak ada pemimpin yang mengkritik Beijing secara langsung dalam pernyataan resmi, mereka menyinggung pemerintah yang dipimpin Xi Jinping.

“Awan gelap pemaksaan dan konfrontasi membayangi Indo Pasifik,” kata Modi kepada Kongres. "Stabilitas kawasan telah menjadi salah satu perhatian utama dari kemitraan kami."

Biden dan Modi berbicara secara pribadi selama lebih dari dua jam. Sebuah pernyataan bersama mencakup peringatan akan meningkatnya ketegangan dan tindakan destabilisasi di Laut Cina Timur dan Selatan, serta menekankan pentingnya hukum internasional dan kebebasan navigasi.

Advertising
Advertising

“Tantangan dan peluang yang dihadapi dunia pada abad ini mengharuskan India dan Amerika Serikat bekerja dan memimpin bersama, dan kami melakukannya,” kata Biden saat menyambut Modi di Gedung Putih.

Makan malam kenegaraan, diadakan di tenda besar yang didirikan dengan rumit di White House South Lawn. Sejumlah eksekutif Silicon Valley masuk dalam daftar tamu, termasuk Tim Cook dari Apple, CEO 23andMe Anne Wojcicki, CEO Google Sundar Pichai, CEO OpenAI Sam Altman.

Dengan makan malam yang sedikit beraksen India, keluarga Biden mengikuti tradisi Gedung Putih dalam melayani tamu dari luar negeri. Ia menyajikan makanan yang samar-samar ala rumahan dengan kecenderungan khas Amerika yang kuat.

Modi berusaha untuk meningkatkan status India di panggung dunia sebagai kekuatan manufaktur dan diplomatik, sambil menavigasi hubungan yang tegang dengan Cina. India merupakan terpadat di dunia dengan 1,4 miliar dan ekonomi terbesar kelima.

Partisipasinya dalam konferensi pers Gedung Putih itu sendiri merupakan cerminan dari tradisi politik yang kontras. Ini menandai pertama kalinya Modi mengajukan pertanyaan dalam format seperti itu dalam masa jabatan sembilan tahunnya. Dia mengambil satu pertanyaan masing-masing dari seorang jurnalis Amerika dan India yang dipilih sebelumnya, dan menolak kritik tentang catatan hak asasi manusia India.

Washington dibuat frustrasi oleh hubungan dekat India dengan Rusia, saat Moskow mengobarkan perang di Ukraina. Modi menghindari penyebutan langsung Rusia. Tetapi, ia mengatakan kepada anggota parlemen AS bahwa konflik itu "menyebabkan rasa sakit yang luar biasa di kawasan itu. Karena melibatkan kekuatan besar, akibatnya sangat parah."

Berita terkait

Joe Biden: RUU Penerbangan hingga Tarif Impor dari Cina

8 jam lalu

Joe Biden: RUU Penerbangan hingga Tarif Impor dari Cina

Joe Biden menandatangani rancangan undang-undang penerbangan yang bisa meningkatkan (kualitas) staf pengawas lalu-lintas udara

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

1 hari lalu

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

RUU tersebut diperkirakan tidak akan menjadi undang-undang, tetapi lolosnya beleid itu di DPR AS menunjukkan kesenjangan pada tahun pemilu soal Israel

Baca Selengkapnya

Posisi Joe Biden Melemah dalam Jajak Pendapat, Apa Sebabnya?

1 hari lalu

Posisi Joe Biden Melemah dalam Jajak Pendapat, Apa Sebabnya?

Cara Biden menangani isu Gaza menjadi penentu penting untuk suara pemilu nanti.

Baca Selengkapnya

Biden dan Trump Sepakati Dua Sesi Debat Calon Presiden AS

2 hari lalu

Biden dan Trump Sepakati Dua Sesi Debat Calon Presiden AS

Biden dan mantan presiden Donald Trump sepakat untuk menggelar dua debat kampanye pada Juni dan September dalam pemilihan presiden AS tahun ini

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, Staf Yahudi Biden Mundur Memprotes Dukungan AS terhadap Israel di Gaza

2 hari lalu

Pertama Kali, Staf Yahudi Biden Mundur Memprotes Dukungan AS terhadap Israel di Gaza

Lily Greenberg Call, seorang staf Yahudi di Departemen Dalam Negeri AS, menuduh Biden memberikan dukungan bagi "bencana" serangan Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

2 hari lalu

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

Pejabat AS mengatakan Israel tak bisa menang melawan Hamas karena strateginya meragukan.

Baca Selengkapnya

Biden Siapkan Bantuan Militer Baru buat Israel

2 hari lalu

Biden Siapkan Bantuan Militer Baru buat Israel

AS akan mengirim amunisi tank dan kendaraan taktis untuk Israel meskipun Biden sebelumnya menghentikan penggunaan bom atas serangan Rafah.

Baca Selengkapnya

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

3 hari lalu

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

Biden memutuskan menaikkan tarif impor produk Cina termasuk mobil listrik dan baterainya.

Baca Selengkapnya

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

3 hari lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya