Musuh Bebuyutan Putin, Tokoh Oposisi Navalny Kembali Diadili

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 19 Juni 2023 16:38 WIB

Gestur pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny saat pengumuman putusan pengadilan di Moskow, Rusia pada 2 Februari 2021. Pengadilan Moskow menghukum Alexei Navalny dengan penjara 3,5 tahun. Press Service of Simonovsky District Court/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Musuh bebuyutan Vladimir Putin, pemimpin oposisi Alexei Navalny, muncul di pengadilan Rusia pada Senin, 19 Juni 2023, untuk menghadapi tuduhan baru yaitu ekstremisme yang dapat memperpanjang hukuman penjaranya selama puluhan tahun.

Sidang berlangsung di penjara IK-6 di Melekhovo, sekitar 235 km timur Moskow, tempat Navalny sudah menjalani hukuman yang jika dijumlahkan menjadi 11-1/2 tahun.

Para pendukungnya menuduh pihak berwenang Rusia mencoba menjebloskannya ke penjara untuk membungkam kritiknya terhadap Presiden Putin, sesuatu yang dibantah oleh Kremlin.

Sebuah dokumen pengadilan bulan lalu menunjukkan dakwaan baru terkait dengan enam pasal berbeda dari hukum pidana Rusia, termasuk menghasut dan mendanai aktivitas ekstremis dan menciptakan organisasi ekstremis.

Rusia telah melarang organisasi kampanye Navalny sebagai bagian dari tindakan keras terhadap perbedaan pendapat yang dimulai jauh sebelum konflik di Ukraina dan telah meningkat dalam hampir 16 bulan sejak invasi. Pekan lalu salah satu pemimpin kampanye regionalnya dipenjara selama 7,5 tahun.

Dalam sebuah tweet yang diposting di akunnya oleh para pendukungnya bulan lalu, Navalny menanggapi dengan ironi yang khas atas tuduhan baru tersebut.

"Yah, Alexei, kamu benar-benar dalam masalah sekarang ... Kantor Kejaksaan Agung telah secara resmi memberiku 3.828 halaman yang menjelaskan semua kejahatan yang telah kulakukan saat sudah dipenjara."

Advertising
Advertising

Dia mengatakan, dia tidak diizinkan membaca materi untuk mengetahui apa sebenarnya yang dituduhkan kepadanya karena dia sekali lagi berada di sel isolasi dan hanya mendapat mug dan satu buku.

Navalny, 46 tahun, membuat kelompok oposisi kagum karena secara sukarela kembali ke Rusia pada 2021 dari Jerman, tempat dia dirawat karena apa yang ditunjukkan oleh tes laboratorium Barat sebagai upaya untuk meracuninya dengan agen saraf era Soviet.

Kremlin membantah mencoba membunuhnya dan mengatakan tidak ada bukti dia telah diracuni dengan racun semacam itu.

Belum jelas tindakan atau insiden spesifik mana yang dirujuk oleh dakwaan baru tersebut.

Salah satunya berkaitan dengan "rehabilitasi Nazisme" - kemungkinan referensi ke deklarasi dukungan Navalny untuk Ukraina, yang pemerintahnya dituduh Rusia mewujudkan ideologi Nazi. Ukraina dan sekutu Baratnya menolak tuduhan itu sebagai tidak berdasar.

Pada bulan April, penyelidik secara resmi mengaitkan pendukung Navalny dengan pembunuhan Vladlen Tatarsky, seorang blogger militer populer dan pendukung kampanye militer Rusia di Ukraina yang terbunuh oleh bom di St Petersburg.

Komite Anti-terorisme Nasional Rusia (NAC) mengatakan intelijen Ukraina telah mengatur pengeboman dengan bantuan pendukung Navalny.

Ini tampaknya merujuk pada fakta bahwa seorang tersangka yang ditangkap atas pembunuhan tersebut pernah mendaftar untuk mengambil bagian dalam skema pemungutan suara anti-Kremlin yang dipromosikan oleh gerakan Navalny.

Sekutu Navalny membantah ada kaitan dengan pembunuhan itu. Ukraina mengaitkannya dengan "terorisme domestik".

REUTERS

Pilihan Editor Bertemu Jokowi, Kaisar Naruhito Harap Jepang dan RI Terus Bersahabat

Berita terkait

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

17 jam lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

21 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

1 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

1 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

2 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

2 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Andrei Belousov: Rusia Harus Menang di Ukraina dengan Korban Minimal

2 hari lalu

Andrei Belousov: Rusia Harus Menang di Ukraina dengan Korban Minimal

Menhan Rusia yang baru, Andrei Belousov mengatakan tugas utama Rusia adalah menang di Ukraina dengan jumlah pasukan yang minimal.

Baca Selengkapnya

Ada Apa di Balik Perombakan Kabinet Putin di Masa Perang?

3 hari lalu

Ada Apa di Balik Perombakan Kabinet Putin di Masa Perang?

Perombakan mengejutkan dilakukan Presiden Putin, menggantikan Shoigu dengan ekonomi Andrei Belousov sebagai menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

3 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya