Erdogan dan Kilicdaroglu Saling Sebut Pihak Luar dalam Pemilu Turki, Benarkah Rusia dan AS Terlibat?
Reporter
Tempo.co
Editor
Naufal Ridhwan
Selasa, 16 Mei 2023 08:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kemal Kilicdaroglu, penantang utama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengatakan pada Jumat, 12 Mei 2023 partainya memiliki bukti bahwa Rusia merilis konten online "palsu" menjelang pemilihan presiden pada Minggu, 14 Mei 2023.
Ditanya mengapa dia men-tweet pada Kamis bahwa Rusia bertanggung jawab, dia mengatakan kepada Reuters: "Jika kami tidak memilikinya [bukti nyata], saya tidak akan men-tweet."
Partai tersebut tidak menghubungi kedutaan Rusia di Turki terkait masalah tersebut, tambahnya. Namun, dia tidak merinci apa konten online itu.
"Kami merasa tidak dapat diterima jika negara lain ikut campur dalam proses pemilu Turki untuk mendukung partai politik tertentu. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini, itulah mengapa saya membuat seruan ini secara terbuka melalui tweet," katanya dalam sebuah wawancara.
Rusia telah dituduh ikut campur dalam pemilihan asing, termasuk dalam pemilihan Amerika Serikat, yang dibantahnya. Komentar Kilicdaroglu dibuat menjelang pernyataan Kremlin yang membantah campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden Turki.
Komentar Rusia atas tuduhan intervensi
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan orang-orang yang menyampaikan tuduhan semacam itu kepada Kilicdaroglu adalah pembohong. Ia juga menegaskan bahwa Rusia sangat menghargai hubungannya dengan Turki.
Di kantornya di Ankara, Kilicdaroglu - yang memimpin Erdogan dalam sebagian besar jajak pendapat - menegaskan kembali keyakinannya bahwa dia akan "mengganti pemerintahan otoriter" pada Minggu.
Mantan birokrat berusia 74 tahun itu menekankan bahwa Turki memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Rusia dan mengisyaratkan bahwa dia akan mengupayakan keseimbangan yang baik dalam kebijakan luar negeri atas hubungan dengan Moskow.
"Kami ingin menjaga hubungan kami, kami tidak ingin merusak hubungan persahabatan, tetapi kami tidak akan membiarkan campur tangan dalam masalah internal," katanya.<!--more-->
Erdogan sebut oposisi antek Barat
Di sisi lain, pada ujung kampanyenya sehari sebelum pencoblosan, Presiden Turki Tayyip Erdogan menuduh oposisi bekerja sama dengan Presiden AS Joe Biden untuk menggulingkannya. Dalam kampanye di Istanbul pada Sabtu, Erdogan mencoba meyakinkan pemilih dalam upaya terakhirnya untuk mempertahankan pemerintahannya yang sudah berumur 20 tahun.
Kampanye Erdogan selama sebulan terakhir berfokus pada pencapaian pemerintahnya dalam industri pertahanan dan proyek infrastruktur, dan pernyataannya bahwa oposisi akan membatalkan perkembangan tersebut.
Salah satu poin pembicaraannya adalah bahwa pihak oposisi menerima perintah dari Barat, dan bahwa mereka akan tunduk pada keinginan negara-negara Barat jika terpilih.
Pada rapat umum di distrik Umraniye Istanbul, Erdogan mengingat kembali komentar yang dibuat oleh Biden dan diterbitkan oleh New York Times pada Januari 2020, saat dia berkampanye untuk Gedung Putih. Saat itu, Biden mengatakan Washington harus mendorong lawan Erdogan untuk mengalahkannya secara elektoral, menekankan dia tidak boleh digulingkan dalam kudeta.
Komentar tersebut, yang muncul kembali akhir tahun itu dalam sebuah video yang menjadikan Biden topik paling populer di Twitter di Turki, dikutuk oleh Ankara pada saat itu sebagai "intervensi".
Hasil pemilu Turki, lanjut putaran kedua untuk dapatkan suara mayoritas
Turki menuju pemilihan presiden putaran kedua setelah Presiden Tayyip Erdogan mengungguli proyeksi dalam pemilihan Minggu, 14 Mei 2023, di saat ia berusaha untuk memperpanjang pemerintahannya selama dua dekade, memegang keunggulan yang cukup besar atas saingannya tetapi gagal mencapai mayoritas langsung.
Baik Erdogan maupun pesaingnya Kemal Kilicdaroglu tidak mampu menyapu ambang 50% yang dibutuhkan untuk menghindari putaran kedua, yang akan diselenggarakan 28 Mei, dalam sebuah pemilu Turki yang dipandang sebagai penghakiman atas sikap Erdogan yang kian otoritas.
Dengan hampir 97% suara dihitung, Erdogan memimpin 49,39% suara dan Kilicdaroglu mendapatkan 44,92%, menurut kantor berita milik negara, Anadolu. Dewan Pemilihan Tinggi Turki memberi Erdogan 49,49% dengan 91,93% kotak suara dihitung.
Pemungutan suara presiden tidak hanya akan memutuskan siapa yang memimpin Turki, negara anggota NATO berpenduduk 85 juta jiwa, tetapi juga apakah Turki akan kembali ke jalur demokrasi yang lebih sekuler; bagaimana ia akan menangani krisis biaya hidup yang parah dan mengelola hubungan kunci dengan Rusia, Timur Tengah dan Barat.
SITA PLANASARI | YUDONO YANUAR | IDA ROSDALINA
Pilihan Editor: Zelensky Minta Paus Fransiskus Dukung Rencana Perdamaian dengan Rusia, Sebelumnya Ada PM Ukraina