Israel Merayakan Ulang Tahun ke-75 di Tengah-tengah Keraguan dan Perpecahan

Reporter

Tempo.co

Editor

Ida Rosdalina

Selasa, 25 April 2023 18:29 WIB

Pengusaha Uzy Zwebner berdiri di depan lilin listrik yang diletakkan oleh warga Israel yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam perang Israel, saat ia menghadiri protes terhadap perombakan peradilan pemerintah koalisi nasionalis Israel di Tel Aviv, Israel, 22 April 2023. REUTERS/Corinna Kern

TEMPO.CO, Jakarta - Israel merayakan hari jadinya ke-75 minggu ini dalam suasana yang kacau dan tidak pasti, dibayangi pertempuran atas peradilan yang telah membuka beberapa perpecahan sosial terdalam sejak berdirinya negara itu pada 1948.

Hari Peringatan, Selasa, 25 April 2023, untuk menghormati tentara negara yang tewas, dan Hari Kemerdekaan sehari kemudian secara tradisional menjadi penanda persatuan di negara yang tidak pernah damai dan terlibat dalam beberapa peperangan sejak pembentukannya.

Tahun ini, suasananya berbeda. Ancaman bagi Israel bukan datang dari luar, melainkan dari dalam negeri.

"Saya yakin bahwa tidak ada ancaman eksistensial yang lebih besar bagi rakyat kita daripada yang datang dari dalam: polarisasi dan keterasingan kita sendiri satu sama lain," kata Presiden Isaac Herzog kepada Majelis Umum Federasi Yahudi Amerika Utara di Tel Aviv pekan ini.

Ratusan ribu warga Israel turun ke jalan-jalan setiap pekan sejak awal tahun ini untuk memprotes rencana pemerintah nasionalis-agama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mendorong pembatasan peradilan yang mereka lihat sebagai ancaman eksistensial terhadap demokrasi.

Advertising
Advertising

Pemerintah dan para pendukungnya mengatakan perubahan itu diperlukan untuk membatasi gerakan para hakim aktivis yang telah menyusup secara agresif ke dalam lingkup parlemen dan eksekutif. Namun, pemerintah bulan lalu setuju menghentikan sementara rencana untuk memungkinkan konsultasi lebih lanjut.

Tetapi langkah itu tidak memuaskan para pemrotes. Mereka masih terus turun ke jalan. Kebuntuan telah membuka pertanyaan mendalam tentang masa depan negara mereka, sebuah pertanyaan di luar konstitusi Mahkamah Agung dan kekuatan eksekutif untuk mengabaikan keputusannya.

Uzy Zwebner, seorang pengusaha dari Tel Aviv yang menciptakan taman bisnis berteknologi tinggi, menyebut dirinya seorang patriot dari keluarga Zionis yang datang ke tempat yang sekarang menjadi Israel pada abad ke-19.

Seorang veteran perang Yom Kippur 1973 yang terluka dalam aksi sehari setelah salah satu saudara laki-lakinya terbunuh dalam pertempuran melawan orang Mesir di Sinai, dia mewakili bagian masyarakat yang telah sangat diasingkan oleh pemerintahan baru.

"Kita akan jadi negara seperti apa?" dia berkata. "Apakah kita akan menjadi negara demokrasi, negara modern? (Negara di mana) semua orang berdinas di ketentaraan? Atau apakah kita akan menjadi seperti negara lain di sekitar kita?"

<!--more-->

Perpecahan yang Mendalam

Di balik kegelisahan Zwebner, ada ketakutan perpecahan yang kian mendalam yang selalu ada di Israel antara Ashkenazi Eropa dan Mizrahi Timur Tengah, antara Yerusalem yang religius dan Tel Aviv yang santai dan antara pemukim sayap kanan dan kaum liberal perkotaan.

Warga Arab Israel, yang merupakan seperlima dari populasi, sebagian besar tidak terlibat dalam perdebatan, yang menurut banyak orang Palestina mengabaikan keprihatinan mereka dan pendudukan selama puluhan tahun di wilayah yang mereka inginkan sebagai inti dari negara masa depan.

Tetapi meningkatnya kekuatan partai-partai keagamaan yang membantu Netanyahu berkuasa tahun lalu telah membuat banyak orang Israel sekuler khawatir, yang sering membenci kondisi khusus dan subsidi yang memungkinkan banyak pria Ortodoks menghindari dinas militer dan belajar di sekolah-sekolah Taurat daripada mengambil pekerjaan berbayar.

Para nasionalis kanan pada gilirannya menuduh pengkritiknya gagal menghormati demokrasi dan iklim politik yang semakin beracun telah memicu kemarahan antara "populis" dan "elite liberal" yang terlihat di seluruh dunia Barat.

Menurut sebuah survei oleh Channel 12 News minggu lalu, sekitar 51% orang Israel pesimistis tentang masa depan negara itu, yang telah berkembang dari wilayah pertanian yang miskin menjadi pusat kekuatan teknologi tinggi dalam waktu seumur hidup.

REUTERS

Pilihan Editor: Begini Komentar Para Menlu Uni Eropa Soal Dubes China yang Pertanyakan Kedaulatan Ukraina

Berita terkait

Presiden Mahmoud Abbas Khawatir Israel Usir Warga Tepi Barat usai Perang

51 menit lalu

Presiden Mahmoud Abbas Khawatir Israel Usir Warga Tepi Barat usai Perang

Presiden Palestina Mahmoud Abbas khawatir, setelah menghancurkan Gaza, Israel mungkin mengusir warga Palestina di Tepi Barat ke Yordania.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

4 jam lalu

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkunjung ke Arab Saudi untuk membahas situasi di Gaza dan normalisasi hubungan Israel-Saudi.

Baca Selengkapnya

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

4 jam lalu

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

Demo bela Palestina terus bergolak di sejumlah kampus di AS. Terbaru adalah kandidat presiden AS Jill Stein termasuk di antara yang ditangkap.

Baca Selengkapnya

Israel Ketar-ketir ICC Bakal Terbitkan Surat Penangkapan Netanyahu

7 jam lalu

Israel Ketar-ketir ICC Bakal Terbitkan Surat Penangkapan Netanyahu

Israel sedang menyiapkan skenario ihwal ICC yang dikabarkan berencana menangkap Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Berkukuh Serang Rafah, Dua Menteri Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

8 jam lalu

Berkukuh Serang Rafah, Dua Menteri Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Dua menteri Israel secara terbuka menentang kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan berkukuh akan menyrang Rafah

Baca Selengkapnya

Israel Gempur Rafah Menjelang Pembahasan Gencatan Senjata, 13 Tewas

8 jam lalu

Israel Gempur Rafah Menjelang Pembahasan Gencatan Senjata, 13 Tewas

Sebanyak 13 warga Palestina tewas dalam serangan Israel ke Rafah.

Baca Selengkapnya

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

9 jam lalu

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel saling bentrok di kampus Universitas California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Hamas Soal Proposal Gencatan Senjata dari Israel: Tak Masalah

9 jam lalu

Hamas Soal Proposal Gencatan Senjata dari Israel: Tak Masalah

Sumber di Hamas mengatakan tak ada masalah dalam proposal gencatan senjata yang diajukan Israel.

Baca Selengkapnya

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

10 jam lalu

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

Hampir 900 orang telah ditangkap di kampus-kampus Amerika Serikat karena demo pro-Palestina

Baca Selengkapnya

AS Dilaporkan Turun Tangan Cegah ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

10 jam lalu

AS Dilaporkan Turun Tangan Cegah ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Amerika Serikat berupaya mencegah dikeluarkannya surat perintah penangkapan ICC terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu atas serangan di Gaza

Baca Selengkapnya