Sosok Panglima Militer Sudan Abdel Fattah al-Burhan

Senin, 17 April 2023 13:30 WIB

Ketua Dewan Transisi Militer Sudan Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan. [ARAB NEWS]

TEMPO.CO, Jakarta - Kekerasan antar tentara dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pecah di Sudan pada Sabtu, 15 April 2023, dalam upaya mempertaruhkan kemajuan negara menuju pemerintahan sipil.

Saat kekerasan meningkat pada hari kedua, para ahli memperkirakan tentara Sudan tampaknya memiliki kekuatan yang lebih unggul untuk saat ini. Hampir 600 orang terluka dan Sudan dalam posisi terkunci usai perpecahan kemarin.

Di tengah ketegangan itu, sosok Abdel Fattah al-Burhan komandan militer Sudan berpangkat jenderal yang memimpin pasukan melawan pemberontak RSF, menjadi sorotan. Berikut sosok laki-laki yang selama bertahun-tahun menjadi pemimpin de facto Sudan.

Advertising
Advertising

Pengalaman di Darfur

Sebelum terkenal pada 2019, al-Burhan diketahui berperan aktif di dunia militer Sudan. Penugasan di Darfur pada awal 2000-an selama konflik, membuatnya menjadi komandan regional pada 2008.

Akan tetapi, Al-Burhan tidak menjadi bagian dari mantan Presiden Sudan Omar al-Bashir dan pejabat tinggi Sudan lainnya telah didakwa dengan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas apa yang terjadi di Darfur. Begitu pula Mohamed Hamdan “Hemedti” Dagalo, kepala RSF, mantan sekutu dan saingannya saat ini.

Selama bertahun-tahun, al-Burhan menjauhkan diri dari kekejaman yang dilakukan di sana, di mana tentara, yang didukung oleh RSF, menumpas pemberontakan dalam konflik yang menewaskan sekitar 300 ribu orang dan menelantarkan 2,7 juta orang lainnya.

Pada 2019, al-Burhan melakukan perjalanan ke Yordania dan Mesir untuk pelatihan militer lebih lanjut dan telah menjadi kepala staf tentara Sudan – posisi yang mempromosikannya pada Februari 2018.

Ketika pemberontakan yang menggulingkan al-Bashir terjadi pada April 2019, yang mengakhiri hampir 30 tahun pemerintahannya, al-Burhan menjabat sebagai inspektur jenderal angkatan darat dan jenderal paling senior ketiga di Sudan.

Di tengah protes besar-besaran terhadap menteri pertahanan era Bashir yang memimpin Dewan Militer Transisi (TMC) pasca-pencopotan, al-Burhan diangkat menjadi kepala TMC. Beberapa bulan kemudian, tekanan internasional mengarah pada pembentukan Sovereign Council (SC), yakni sebuah kemitraan sipil-militer untuk mengarahkan negara menuju pemilu tahun ini, menggantikan TMC.

Sebagai kepala SC, al-Burhan menjadi kepala negara de facto, bekerja berdampingan dengan kekuatan sipil pro-demokrasi di negara tersebut. Namun pada 2021, al-Burhan dan wakilnya Hemedti memimpin kudeta, merebut kekuasaan, dan menggagalkan jalan singkat Sudan menuju demokrasi.

Sebagai kepala negara de facto, al-Burhan telah menjalin hubungan lebih dekat dengan Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Mesir, negara-negara yang telah mendorong jenderal dan Hemedi, kepala RSF, untuk mendukung pencopotan al-Bashir.

Negara-negara Teluk khususnya memberikan bantuan dalam jumlah besar kepada Sudan ketika pasukan Sudan dikerahkan dalam koalisi pimpinan Saudi untuk berperang melawan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman.

Al-Burhan juga diketahui memiliki hubungan dekat dengan Mesir, di mana kedua pasukan pernah mengadakan latihan militer bersama. Al-Burhan bahkan pernah berlatih dengan banyak jenderal Mesir di perguruan tinggi militernya.

Hubungan Tentara dan RSF Memburuk

Hubungan antara tentara Sudan dan RSF memburuk untuk sementara waktu karena partai-partai berebut kekuasaan. Kekerasan terbaru tampaknya merupakan artikulasi dari gesekan itu.

Di bawah kerangka kerja yang dicapai Desember 2022 lalu antara tentara, RSF dan pasukan pro-demokrasi sipil Sudan, tentara menyetujui untuk kembali ke baraknya dan RSF diserap ke dalam barisannya. Kedua kekuatan tersebut disatukan di bawah kepemimpinan tentara.

Ketika waktu semakin dekat untuk penandatanganan perjanjian berikutnya untuk mulai menerapkan perjanjian ini, aliansi tampaknya bergeser dan wacana publik menjadi lebih tegang. Pecahnya kekerasan baru-baru ini telah menghancurkan banyak harapan untuk pemulihan pemerintahan sipil di Sudan.

AL JAZEERA

Pilihan Editor: Rayakan Paskah Ortodoks, Grup Wagner Bebaskan Lebih dari 100 Tawanan Perang Ukraina

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

17 jam lalu

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

Suriah mengatakan delapan personel militernya terluka akibat serangan Israel di sekitar ibu kota Damaskus.

Baca Selengkapnya

75 Tahun Hubungan Diplomatik, India dan Indonesia Adakan Pameran dan Seminar Industri Pertahanan

2 hari lalu

75 Tahun Hubungan Diplomatik, India dan Indonesia Adakan Pameran dan Seminar Industri Pertahanan

Pameran sekaligus seminar Industri Pertahanan ini dalam rangka peringatan 75 tahun hubungan diplomatik India-Indonesia.

Baca Selengkapnya

Spanyol Akan Kirim Rudal Patriot ke Ukraina

5 hari lalu

Spanyol Akan Kirim Rudal Patriot ke Ukraina

Kementerian Pertahanan Spanyol tidak mengungkap berapa banyak rudal patriot untuk Ukraina. Hanya menyebut rudal tiba beberapa hari ke depan.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

6 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

7 hari lalu

4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

Konser Sheila on 7 akan digelar di lima kota termasuk Medan yang akan di langsungkan di Pangkalan Udara Seowondo, 14 September 2024

Baca Selengkapnya

Adik Kim Jong Un Umumkan Korea Utara sedang Bangun Militer Besar-besaran

10 hari lalu

Adik Kim Jong Un Umumkan Korea Utara sedang Bangun Militer Besar-besaran

Adik Kim Jong Un memastikan negaranya akan terus membangun kekuatan militer besar-besaran dan terkuat untuk melindungi kedaulatan dan perdamaian

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

10 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

11 hari lalu

Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

Pengeluaran militer global pada 2023 mencapai rekor tertinggi dengan angka US$2.443 miliar atau sekitar Rp39,66 kuadriliun.

Baca Selengkapnya

AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

12 hari lalu

AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

PM Israel Benjamin Netanyahu akan melawan sanksi apa pun yang menargetkan unit militer Israel atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Baca Selengkapnya

800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

13 hari lalu

800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

PBB telah memperingatkan bahaya yang akan menimpa setidaknya 800.000 warga Sudan ketika pertempuran semakin intensif dan meluas di Darfur.

Baca Selengkapnya