Cina Desak Rusia Ukraina Segera Berunding Akhiri Perang
Reporter
Daniel A. Fajri
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 17 Maret 2023 15:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang prihatin dengan eskalasi perang di Ukraina. Dia berharap Rusia dan Ukraina segera mengadakan pembicaraan damai.
"Cina berharap semua pihak akan tetap tenang, rasional menahan diri, dan melanjutkan pembicaraan damai secepat mungkin," kata Qin kepada Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba saat bertelepon pada Kamis, 16 Maret 2023, menurut pernyataan kementerian luar negeri Cina.
Menurut kementerian, Qin menambahkan, Cina berharap Ukraina dan Rusia tidak akan menutup pintu untuk solusi politik, tidak peduli seberapa sulit dan menantang situasinya.
Cina telah menahan diri untuk tidak mengutuk Rusia atas invasinya ke Ukraina. Namun, Beijing mendesak kedua belah pihak untuk menyetujui penurunan eskalasi bertahap yang mengarah ke gencatan senjata komprehensif.
Pemerintah Cina menyorongkan proposal dua 12 butir mengenai "resolusi politik krisis Ukraina". Rencana tersebut menyerukan perlindungan warga sipil dan saling menghormati kedaulatan masing-masing. Kedua belah pihak menyambut dengan hangat inisiatif tersebut.
Kuleba mengatakan dia dan Qin telah membahas pentingnya prinsip integritas teritorial selama berbincang melalui panggilan telepon. "Saya menggarisbawahi pentingnya Formula Perdamaian (Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky) untuk mengakhiri agresi dan memulihkan perdamaian yang adil di Ukraina," tulis Kuleba di Twitter.
Ukraina mengatakan setiap rencana untuk mengakhiri konflik harus melibatkan penarikan pasukan Rusia ke perbatasan Ukraina seperti pada 1991, tahun pembubaran Uni Soviet. Presiden Cina Xi Jinping diperkirakan akan mengunjungi Rusia Vladimir Putin paling cepat minggu depan. Dia juga diagenakan mengadakan pertemuan virtual dengan Zelensky.
Analis mengatakan akan sulit bagi Cina untuk membawa Rusia dan Ukraina ke meja perundingan. Tetapi, beberapa menunjukkan bahwa Xi dapat bertindak sebagai "saluran belakang" untuk memulai momentum menuju pembicaraan.
Pekan lalu, Cina menjadi menjadi protagonis dalam upaya pemulihan dua negara yang tengah berselisih di Timur Tengah, Iran dan Arab Saudi.
REUTERS
Pilihan Editor: Antony Blinken Memuji Cina karena Mau Jadi Penengah antara Iran dan Arab Saudi