Warga Israel Terbelah Soal Rencana Netanyahu Mereformasi Peradilan

Kamis, 9 Maret 2023 12:20 WIB

Puluhan berpakaian merah membentuk rantai manusia sebagai bagian dari demonstrasi menentang perombakan yudisial pemerintah Israel dan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional, di tepi pantai di Tel Aviv, Israel, 8 Maret 2023. REUTERS/Amir Cohen

TEMPO.CO, Jakarta -Sikap warga Israel terpecah tentang reformasi peradilan yang diusulkan pemerintah. Reformasi tersebut jika disahkan akan menjadi perubahan paling radikal yang pernah terjadi dalam sistem yudikatif Israel, termasuk membatasi kekuasaan Mahkamah Agung dan memberi kewenangan kepada pemerintah untuk memilih hakim.

Setelah lebih dari tiga dekade sebagai cadangan di militer Israel, Shraga Tichover yang merupakan penerjun payung itu menolak mempertaruhkan nyawanya untuk sebuah negara yang tergelincir ke arah otokrasi.

Tichover adalah bagian dari gelombang oposisi yang belum pernah terjadi sebelumnya dari dalam jajaran militer Israel terhadap rencana pemerintah yang kontroversial untuk merombak peradilan. Seperti Tichover, beberapa cadangan menolak untuk bertugas dan mantan komandan membela tindakan mereka sebagai tanggapan alami terhadap perubahan yang akan datang.

"Nilai-nilai negara ini akan berubah. Saya tidak dapat melayani militer negara yang bukan demokrasi," kata Tichover, seorang relawan cadangan berusia 53 tahun yang pernah bertugas di Lebanon selatan, Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Pembicaraan yang biasanya tabu tentang menentang perintah militer menggarisbawahi seberapa dalam rencana perombakan tersebut telah memecah belah Israel.

Advertising
Advertising

Dalam sebuah deklarasi yang mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh negeri, 37 dari 40 pilot pesawat tempur cadangan mengatakan mereka tidak akan muncul untuk pelatihan pada Rabu sebagai protes.

Para penerbang dipandang sebagai personel terbaik militer dan elemen tak tergantikan dari banyak rencana pertempuran Israel.

Setelah permohonan dari pejabat tinggi, pilot mengumumkan bahwa mereka akan datang ke pangkalan mereka – tetapi hanya untuk berdialog dengan komandan mereka, lapor media Israel. "Kami memiliki kepercayaan penuh pada komandan kami," laporan tersebut mengutip pernyataan pilot dalam sebuah surat.

Namun, beberapa warga seperti Bechor Israel, seorang penduduk di permukiman Yahudi ilegal Pisgat Ze’ev di Yerusalem Timur, menunjukkan dukungannya kepada pemerintah. “Pemerintah kami harus lebih kuat dan tidak takut pada dunia luar,” kata Israel, 29 tahun.

Ketika ditanya kekhawatiran soal masa depan Israel jika amendemen tersebut disahkan, dia berkata, "Saya percaya Tuhan dan meyakini-Nya, dan saya tahu bahwa sesuatu yang sudah digariskan akan terjadi, pasti terjadi, dan saya bahagia (meyakini hal itu)."

Sementara Moshe Sachs, seorang Yahudi Amerika yang sedang belajar di Yeshiva di Yerusalem Barat, mengatakan diperlukan mayoritas suara yang sangat besar untuk meloloskan undang-undang perubahan sistem peradilan di Mahkamah Agung.

"Mayoritas kecil saja, seperti 64 suara, tidak cukup untuk meloloskannya, menurut saya," kata dia.

Elad Shmuel dari Yerusalem Barat menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pemimpin oposisi, termasuk Ketua Yesh Atid, Yair Lapid, dan mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz, yang memimpin aksi protes.

“Lapid dan Gantz ingin menghancurkan negara Israel. Mereka tidak menginginkan negara Yahudi atau apa pun yang berkaitan dengan Yudaisme, menurut saya mereka jahat,” kata dia.

Selama lebih dari dua bulan, puluhan ribu warga Israel menggelar aksi protes menentang perubahan sistem peradilan yang akan membatasi kekuasaan pengadilan. Mereka juga menentang kebijakan sayap kanan Netanyahu.

Netanyahu, seorang mantan tentara di unit elit, dan pemerintahannya mendorong rencana untuk melemahkan Mahkamah Agung dan membatasi independensi peradilan.

Sekutunya mengatakan perubahan itu dimaksudkan untuk merampingkan pemerintahan, sementara para kritikus mengatakan rencana itu akan merusak sistem check and balances Israel dan menggeser negara itu ke arah otoritarianisme.

Mereka juga menuding Netanyahu, yang diadili karena korupsi, dimotivasi oleh dendam pribadi dan memiliki konflik kepentingan.

Pilihan Editor: Undang-undang Reformasi Peradilan Israel Jalan Terus

ANADOLU | VOA NEWS (Fatima Asni Soares)

Berita terkait

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

4 jam lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Israel dan Sekutunya Takut pada ICC

5 jam lalu

Ini Alasan Israel dan Sekutunya Takut pada ICC

ICC dapat mengakhiri impunitas selama puluhan tahun dengan mendakwa para pejabat tinggi keamanan Israel atas perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

8 jam lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

10 jam lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Israel Ancam Balas Dendam terhadap Palestina Jika ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

19 jam lalu

Israel Ancam Balas Dendam terhadap Palestina Jika ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Israel mengancam melakukan pembalasan terhadap Otoritas Palestina jika ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan menteri-menterinya.

Baca Selengkapnya

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

21 jam lalu

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

Nurul Ghufron mengatakan tak hadir dalam sidang etik Dewas KPK karena sengaja meminta penundaan sidang.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

22 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

22 jam lalu

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

Kolombia pernah berhubungan akrab dengan Israel, tetapi Gustavo Petro, sang presiden, tidak pernah menahan diri untuk mengkritik negara Zionis itu.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

1 hari lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU Kontroversial soal Definisi Anti-Semitisme, Apa Maksudnya?

1 hari lalu

DPR AS Loloskan RUU Kontroversial soal Definisi Anti-Semitisme, Apa Maksudnya?

Kelompok HAM memperingatkan bahwa definisi baru Anti-Semitisme tersebut dapat semakin membatasi kebebasan berpendapat.

Baca Selengkapnya