Ajudan Zelensky Bantah Ukraina Sabotase Nord Stream

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Ida Rosdalina

Rabu, 8 Maret 2023 11:35 WIB

Kebocoran gas di Nord Stream 2 terlihat dari pesawat pencegat F-16 Denmark di Bornholm, Denmark 27 September 2022. Komando Pertahanan Denmark/Forsvaret Ritzau Scanpix/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta – Seorang staf senior kantor Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, menyatakan Kyiv sama sekali tidak terlibat dalam serangan jalur pipa Nord Stream pada tahun lalu. Dia mengaku pihaknya tidak mengetahui informasi mengenai itu.

Sebuah laporan New York Times mengutip pejabat Amerika Srikat pada Selasa, 7 Maret 2023, mengatakan kelompok pro-Ukraina bertanggung jawab atas ledakan pipa gas pada September 2022, tujuh bulan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

"Itu tidak masuk akal sedikit pun," kata ajudan Presiden Volodymyr Zelensky itu dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, Selasa.

Podolyak mengatakan, Ukraina tidak memiliki informasi tentang siapa yang sebenarnya terlibat. Dia berspekulasi soal upaya Rusia untuk mengacaukan kawasan itu mungkin harus disalahkan.

"Mulai dari hari pertama pembangunan jaringan pipa di dasar Laut Baltik, Ukraina berulang kali menarik perhatian mitra Baratnya terhadap risiko strategis yang meningkat tajam untuk keamanan Eropa yang dibawa oleh realisasi proyek ini," kata Podolyak.

Advertising
Advertising

Mengutip pejabat AS, New York Times seperti dilansir Reuters pada Selasa, mewartakan, tidak ada bukti bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atau pembantu utamanya terlibat dalam operasi tersebut. Belum juga ada indikasi para pelaku bertindak atas perintah pejabat pemerintah Ukraina mana pun.

AS dan NATO menyebut serangan itu sebagai "tindakan sabotase". Insiden terjadi tujuh bulan setelah invasi Rusia ke Ukraina dan menghancurkan tiga dari empat jaringan pipa yang mengalir di bawah Laut Baltik.

Moskow menyalahkan pendukung Barat Ukraina dan meminta Dewan Keamanan PBB untuk menyelidiki secara independen. Tidak ada pihak yang memberikan bukti.

Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan pada Selasa bahwa Washington sedang menunggu penyelidikan yang sedang berlangsung di Jerman, Swedia dan Denmark untuk kesimpulan serangan itu. Setelah itu AS akan memberikan tindak lanjut langkah sesuai.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy mengatakan, bahwa laporan tersebut membuktikan dorongan Moskow untuk Dewan Keamanan untuk membentuk penyelidikan independen "sangat tepat waktu". Pihaknya akan mengupayakan pemungutan suara untuk rancangan resolusi pada akhir Maret.

The Times menulis bahwa tinjauan intelijen menunjukkan mereka yang berada di balik ledakan pipa, yang memuntahkan gas ke Baltik, adalah warga negara Ukraina atau Rusia, atau kombinasi keduanya, yang menentang Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun tinjauan tersebut tidak merinci anggota kelompok atau siapa yang mengarahkan atau membayar operasi tersebut, katanya.

"Pejabat AS menolak untuk mengungkapkan sifat intelijen, bagaimana itu diperoleh atau rincian kekuatan bukti. Mereka mengatakan bahwa tidak ada kesimpulan tegas tentang itu," tambah Times.

Berita terkait

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

6 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Biden Telepon Netanyahu Lagi Soal Rencana Serangan ke Rafah, Ini Katanya

4 hari lalu

Biden Telepon Netanyahu Lagi Soal Rencana Serangan ke Rafah, Ini Katanya

Gedung Putih mengatakan Biden menegaskan kembali "posisinya yang jelas" ketika Israel berencana menyerang Kota Rafah, wilayah paling selatan di Gaza

Baca Selengkapnya

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

11 hari lalu

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan negaranya tidak pantas dicap kanibal setelah Presiden AS Joe Biden bercerita tentang pamannya yang tewas di sana pada Mei 1944.

Baca Selengkapnya

Temu Biden dan Delegasi AS, Irak Mengaku Khawatir Terseret Perang di Timur Tengah

17 hari lalu

Temu Biden dan Delegasi AS, Irak Mengaku Khawatir Terseret Perang di Timur Tengah

Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani memimpin delegasi untuk bertemu Presiden AS Joe Biden dan pejabat lainnya di tengah ketegangan antara Iran dan Israel.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Ancam Iran: Jangan Gunakan Serangan Konsulat untuk Serang Israel

20 hari lalu

Gedung Putih Ancam Iran: Jangan Gunakan Serangan Konsulat untuk Serang Israel

Gedung Putih memperingatkan Iran untuk tidak menggunakan serangan Israel ke konsulat Iran di Suriah sebagai pembenaran ntuk eskalasi regional

Baca Selengkapnya

AS Dilaporkan Setujui Penjualan Ribuan Bom ke Israel ketika Tujuh Relawan WCK Tewas

28 hari lalu

AS Dilaporkan Setujui Penjualan Ribuan Bom ke Israel ketika Tujuh Relawan WCK Tewas

Gedung Putih menyetujui penjualan senjata baru ke Israel ketika pada hari yang sama sekutu dekat AS itu membunuh tujuh relawan WCK di Gaza

Baca Selengkapnya

Ketika Gedung Putih Ditanyai soal Pelanggaran Hukum Israel, Ini Jawabannya

29 hari lalu

Ketika Gedung Putih Ditanyai soal Pelanggaran Hukum Israel, Ini Jawabannya

Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menyangkal bukti kejahatan Israel dan pelanggaran Hukum Humaniter Internasional.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Tokoh Muslim AS Boikot Buka Puasa Gedung Putih

29 hari lalu

Top 3 Dunia: Tokoh Muslim AS Boikot Buka Puasa Gedung Putih

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 3 April 2024 diawali oleh sejumlah tokoh Muslim Amerika Serikat menolak datang ke acara jamuan buka puasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Tokoh Muslim AS Boikot Acara Buka Puasa di Gedung Putih

30 hari lalu

Tokoh Muslim AS Boikot Acara Buka Puasa di Gedung Putih

Gedung Putih menggelar acara buka puasa dengan Muslim Amerika Serikat kemarin. Sejumlah undangan menolak datang.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

31 hari lalu

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

Joe Biden 81 tahun dan Donald Trump 78 tahun akan bertarung di kontestasi pemilihan Presiden AS di usia yang tak lagi muda.

Baca Selengkapnya