Amerika Serikat Akan Setop Bantuan Militer Rusia ke Myanmar

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 2 Februari 2023 09:30 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Perdana Menteri Myanmar Min Aung Hlaing saat pertemuan di sela-sela Forum Ekonomi Timur (EEF) 2022 di Vladivostok, Rusia 7 September 2022. Sputnik/Valeriy Sharifulin/Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat akan mencari cara menghentikan pasokan senjata dari Rusia ke Myanmar, sambil meningkatkan ikatan dengan ASEAN untuk menyelesaikan krisis di negara yang dikuasai Junta Militer melalui kudeta dua tahun lalu itu.

"Jadi kami akan terus mengambil langkah untuk mencoba memotong kemampuan Myanmar memperoleh senjata dan menghasilkan pendapatan," kata Penasihat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Derek Chollet dalam pengarahan lewat telepon pada peringatan dua tahun kudeta militer Myanmar, Rabu, 1 Februari 2023.

Baca juga 2 Tahun Kudeta Myanmar: Kisah Ratu Kecantikan Terusir dan Diplomat Tak Bisa Pulang

Chollet menyebut manuver junta Myanmar yang terus merapat ke Rusia harus dikecam keras. Menurut dia, apa yang Rusia berikan kepada Myanmar digunakan untuk melawan rakyat.

Amerika Serikat dan sekutunya baru memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap Myanmar pada Selasa, 31 Januari 2023, di antaranya membatasi pejabat energi dan anggota junta lainnya.

Advertising
Advertising

Myanmar dilanda krisis kemanusiaan akibat kemelut politik sejak junta militer menggulingkan pemerintah sipil terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, Februari 2021.

Gerakan perlawanan menentang militer terjadi di berbagai front di Myanmar. Namun junta melawannya dengan kekuatan mematikan.

Pernyataan pers Chollet ini muncul menjelang pertemuan dua hari para Menteri Luar Negeri ASEAN di Jakarta dimulai pada Jumat, 3 Februari 2023. AS menegaskan dukungannya kepada blok Asia Tenggara itu dalam menyelesaikan krisis Myanmar di bawah kepemimpinan Indonesia tahun ini, termasuk implementasi lima butir konsensus.

Konsensus dibuat oleh para pemimpin negara-negara anggota blok Asia tenggara pada April 2021 dengan lima poin yakni dialog konstruktif, penghentian kekerasan, mediasi antara berbagai pihak, pemberian bantuan kemanusiaan, dan pengiriman Utusan Khusus ke Myanmar. Kelompok sipil di Myanmar dan para analis menilai pendekatan itu gagal sebab Tatmadaw masih melanggengkan kekerasan.

"Saya tahu itu bukan konsensus yang mudah untuk dipertahankan, namun demikian, ASEAN telah mempertahankannya, dan saya yakin negara-negara ASEAN pantas mendapat pujian karena melakukannya," kata Chollet.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi akan memimpin kantor Utusan Khusus ASEAN untuk mengawasi implementasi konsensus tahun ini. Dia sudah mengindikasikan upaya dalam menyelesaikan krisis Myanmar pada tahun ini akan sangat sulit.

"Kita tahu sejarah Myanmar, kompleksitas yang dihadapi Myanmar - sehingga mengharapkan bahwa semua selesai pada tahun ini merupakan hal yang tidak mungkin terjadi," kata Retno saat menyampaikan program prioritas keketuaan Indonesia di ASEAN di Komisi I DPR RI, Jakarta, pada Senin, 30 Januari 2023.

Namun demikian, Retno menyatakan krisis Myanmar tidak akan menyandera pembangunan di ASEAN.

DANIEL A. FAJRI

Berita terkait

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

10 jam lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

13 jam lalu

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

Seorang anggota Kongres AS mendorong resolusi yang mengakui peristiwa Nakba dan hak pengungsi Palestina.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

14 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

20 jam lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

20 jam lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

22 jam lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

23 jam lalu

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

Grup vokal legendaris dari Amerika Serikat, All 4 One menggelar konser bertajuk All 4 One 30 Years Anniversary Tour di Jakarta pada 23 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

1 hari lalu

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

Pejabat AS mengatakan Israel tak bisa menang melawan Hamas karena strateginya meragukan.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

1 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya