Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir (kiri), melakukan kunjungan singkat ke kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada Selasa, 3 Januari 2023. Kunjungan 15 menit Ben Gvir ke kompleks Al Aqsa mendapatkan kecaman dari warga Palestina dan negara lainnya, seperti Yordania, Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, termasuk Amerika Serikat dan Jerman yang juga khawatir dengan aksi Ben-Gvir. Twitter/Itamarbengvir
TEMPO.CO, Jakarta - Qatar meminta komunitas internasional agar mengambil tindakan "tegas" terhadap provokasi Israel di kompleks Masjid Al Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur.
Dalam sebuah pernyataan Rabu, 4 Januari 2022, Kabinet Qatar kembali menyampaikan seruan Doha kepada komunitas internasional "untuk melakukan tindakan tegas dan mendesak" yang memaksa Israel agar menghentikan pelanggaran dan provokasi mereka serta mewujudkan resolusi yang relevan dari Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB."
Qatar juga memperingatkan soal "aksi Israel yang menodai Masjid Al Aqsa yang diberkahi, Yahudisasi Yerusalem, perubahan status quo hukum dan sejarahnya, ekspansi permukiman dan juga serangan brutal terhadap warga Palestina setiap hari."
Pada Selasa, menteri keamanan nasional Israel yang baru saja dilantik, Itamar Ben-Gvir, berkunjung ke kompleks Masjid Al Aqsa, meski telah diperingati bahwa tindakannya akan menimbulkan kegaduhan dan menuai gelombang kecaman dari negara di seluruh dunia.
Bagi kaum Muslim, Masjid Al-Aqsa merupakan situs paling suci ketiga di dunia. Kaum Yahudi menyebut situs tersebut sebagai Bukit Bait Suci (Temple Mount), dan menganggap daerah itu sebagai lokasi dua kuil Yahudi zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Masjid Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel pada 1967. Israel mencaplok seluruh kota tersebut pada 1980 dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.
Blinken Sebut AS Tak Dukung Serangan Israel ke Rafah
7 menit lalu
Blinken Sebut AS Tak Dukung Serangan Israel ke Rafah
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia belum melihat rencana efektif dari pihak Israel untuk melindungi warga sipil sebelum operasi militer di Rafah.