Mario Draghi: Hanya Vladimir Putin yang Bisa Akhiri Konflik

Reporter

Tempo.co

Minggu, 25 Desember 2022 15:00 WIB

Perdana Menteri Italia, Mario Draghi. REUTERS/Guglielmo Mangiapane

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Italia Mario Draghi menilai hanya Presiden Rusia Vladimir Putin yang bisa mengakhiri konflik yang sedang berlangsung antara Moskow dan Kyiv. Rusia mengklaim sudah berulangkali membuka pintu dialog sejak negosiasi dengan Kyiv di Istambul pada Maret 2022.

“Prospek perdamaian sulit, bahkan jika banyak perubahan dalam periode terakhir ini. Saluran komunikasi lebih terbuka dan Cina tampaknya lebih aktif dalam menyodorkan ruang negosiasi,” kata Draghi dalam sebuah wawancara eksklusif dengan surat kabar Corriere della Sera yang dipublikasi pada Sabtu, 24 Desember 2022.

Draghi menambahkan saat ini semua tergantung pada kepemimpinan Rusia untuk mengakhiri serangan melawan Ukraina.

Advertising
Advertising

Militer Ukraina melintas di antara atusan salib terlihat di pemakaman massal untuk warga sipil tak dikenal dan tentara Ukraina di kota Izium, baru-baru ini dibebaskan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina selama operasi serangan balasan, di wilayah Kharkiv, Ukraina 15 September 2022. Pejabat polisi imenyebutkan bahwa beberapa orang yang dikubur secara massal itu tewas akibat penembakan dan serangan udara Rusia. REUTERS/Oleksandr Khomenko

Selama masih menjabat sebagai orang nomor satu di Italia, Draghi telah menjadi sosok yang paling vokal membela Ukraina. Dia mengirimi Ukraina persenjataan serta menggalang dukungan internasional untuk Ukraina.

Dukungan Draghi bagi Kyiv pada akhirnya telah menjadi salah satu alasan kejatuhannya dari kursi Perdana Menteri Italia. Sebab banyak politikus di Italia yang tak setuju dengan pengiriman senjata sehingga menyebabkan keretakan di koalisi pemerintahan Partai Gerakan Lima Bintang.

Baca juga:Presiden Italia Tolak Pengunduran Diri Perdana Menteri Mario Draghi

Meski sudah banyak ditentang, Draghi tak gentar dan tetap pada kebijakan-kebijakannya dengan mengklaim mendapat dukungan menggagalkan rencana-rencana Rusia. Moskow menyebut tuduhan ambiguitasnya Roma.

“Saya sangat menyadari hubungan masa lalu antara Italia dan Moskow, namun kita tidak bisa tetap pasif dalam menghadapi agresi yang tidak ada motifasinya serta kekerasan sistemik yang melanggar hukum internasional dan HAM. Namun, Kremlin sejauh ini memperlihatkan sikap belum menginginkan perdamaian,” kata Draghi.

Moskow sebelumnya sudah memperlihatkan sinyalemen kesiapan untuk bernegosiasi dengan Ukraina, namun berkeras segala bentuk perundingan harus dengan mempertimbangkan kepentingan Rusia. Bukan hanya itu, Rusia juga menyoroti kurangnya upaya diplomatic dalam mengakhiri konflik dengan Kyiv serta sikap yang lebih memilih melanjutkan permusuhan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Putin Perintahkan Industri Senjata Tingkatkan Pasokan untuk Perang Ukraina

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

4 jam lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

12 jam lalu

Hadapi Boikot karena Gaza, McDonald's Gagal Capai Target Laba Kuartal

McDonald's Corporation gagal mencapai perkiraan laba kuartalannya untuk pertama kalinya dalam dua tahun karena boikot Gaza

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

1 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

1 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

5 Destinasi Wisata yang Jadi Sarang Copet di Eropa Menurut Survei Baru, Turis Harus Hati-hati

2 hari lalu

5 Destinasi Wisata yang Jadi Sarang Copet di Eropa Menurut Survei Baru, Turis Harus Hati-hati

Atraksi terkenal adalah salah satu tempat beraksi bagi pencopet karena perhatian wisatawan cenderung terganggu.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

2 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

3 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

3 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

Warga Lokal Protes Venesia Mulai Tarik Biaya Masuk, Kenapa?

3 hari lalu

Warga Lokal Protes Venesia Mulai Tarik Biaya Masuk, Kenapa?

Mulai 25 April, wisatawan harian di Venesia harus beli tiket masuk sebesar Rp86.000.

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

4 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya