TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Italia Sergio Mattarella menolak pengunduran diri Perdana Menteri Mario Draghi setelah gejolak politik di Negeri Pizza berisiko membubarkan pemerintah persatuan nasional. Pemerintahan yang dipimpin Draghi baru menjabat kurang dari 18 bulan.
Draghi mengumumkan mundur pada Kamis, 14 Juli 2022 setelah Gerakan Bintang 5, partai koalisi pemerintah, tidak mendukungnya dalam mosi percaya di parlemen. Bintang 5 ingin lepas dari pemerintahan dengan tujuan memerangi kenaikan harga.
"Koalisi persatuan nasional yang mendukung pemerintah ini tidak ada lagi," kata Draghi seperti dikutip Reuters.
Mantan presiden Bank Sentral Eropa atau ECB itu, menyambangi langsung Istana Quirinale di Roma untuk bertemu dengan Presiden Mattarella dan menyerahkan pengunduran dirinya.
Akan tetapi Mattarella, penengah tertinggi dalam politik Italia, mendesaknya untuk berpikir ulang. Mattarella meminta Draghi untuk berbicara di parlemen untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang situasi politik.
Baca Juga:
Draghi sendiri diperkirakan akan muncul di parlemen Rabu depan. Sebelum itu dia akan melanjutkan perjalanan kenegaraannya ke Aljazair pada Senin dan Selasa.
Pada April lalu, Italia mencapai kesepakatan dengan Aljazair untuk meningkatkan impor gas sekitar 40 persen. Kesepakatan besar ini adalah bagian dari usaha Italia menemukan pasokan alternatif setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Adapun perpecahan di antara partai-partai politik Italia terjadi akibat inflasi. Respons terhadap invasi Rusia ke Ukraina juga makin kencang jelang pemilihan umum yang akan diadakan pada paruh pertama 2023.
Koalisi yang dipimpin Draghi mengangkut semua kelompok kepentingan. Dia merupakan perdana menteri keenam Italia dalam dekade terakhir. Terpilih sejak Februari 2021, Draghi dipuji karena membantu mengarahkan Italia melalui krisis virus corona. Dia juga berani tampil di forum internasional.
Mosi tidak percaya telah menjadi titik fokus ketegangan dalam pemerintahan Draghi. Partai Bintang 5 ingin Draghi berbuat lebih banyak untuk membantu wong cilik mengatasi kenaikan inflasi, termasuk dengan cara kenaikan pinjaman pemerintah yang lebih curam.
Draghi mengatakan dia tidak ingin memimpin pemerintahan tanpa Bintang 5, yang muncul sebagai partai terbesar dalam pemilihan sebelumnya pada 2018. Tetapi sejak itu partai mengalami pembelotan dan kehilangan dukungan publik.
Dengan mundurnya Draghi, Mattarella mencoba membujuknya untuk membentuk pemerintahan lain, mencari pemimpin sementara untuk membawa Italia ke pemilihan yang dijadwalkan tahun depan, atau mengadakan pemilihan awal. Italia jarang mengadakan pemilihan lebih awal.
Baca juga: Ketidakpastian Politik di Italia Mengancam Pemerintahan Mario Draghi
SUMBER: REUTERS