China Berjuang Menambah Rumah Sakit Darurat karena Lonjakan COVID-19

Reporter

Tempo.co

Selasa, 20 Desember 2022 15:15 WIB

Petugas keamanan berjaga di rumah sakit darurat yang didirikan di area olahraga saat kasus Covid-19 melonjak di Beijing, China, 20 Desember 2022. REUTERS/Thomas Peter

TEMPO.CO, Jakarta - Kota-kota di seluruh China bergegas menambah rumah sakit darurat dan membangun klinik pemeriksaan demam pada Selasa 20 Desember 2022, ketika Amerika Serikat mengatakan keputusan mengejutkan Beijing untuk melonggarkan aturan nol-COVID-19 menjadi perhatian dunia.

Baca juga: Dunia Cemas Saksikan Gelombang Baru COVID-19 di China

Kota-kota meningkatkan upaya untuk memperluas unit perawatan intensif dan fasilitas perawatan lain untuk kasus COVID-19 yang parah, Global Times yang dikelola pemerintah melaporkan.

Pihak berwenang juga berlomba membangun apa yang disebut klinik demam, fasilitas di mana staf medis memeriksa gejala pasien dan memberikan obat-obatan. Terhubung dengan rumah sakit, klinik ini umum di Cina daratan dan dirancang untuk mencegah penyebaran penyakit menular yang lebih luas di tempat perawatan kesehatan.

Dalam sepekan terakhir, kota-kota besar termasuk Beijing, Shanghai, Chengdu, dan Wenzhou mengumumkan mereka telah menambahkan ratusan klinik demam, menurut akun WeChat pemerintah dan laporan media.

Advertising
Advertising

Sebuah gym di distrik Shijingshan, Beijing, diubah menjadi klinik demam akhir pekan lalu dengan bilik berisi lebih dari 150 tempat tidur yang menutupi lapangan basket, Reuters menyaksikan.

China bulan ini tiba-tiba mulai melonggarkan penguncian massal "nol-COVID" yang ketat. Ini menyusul protes terhadap pembatasan yang sebagian besar telah menahan virus selama tiga tahun, tetapi dengan biaya yang signifikan bagi masyarakat dan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Sekarang, ketika gelombang COVID-19 Omicron melanda negara berpenduduk 1,4 miliar orang yang tidak memiliki kekebalan alami, ada kekhawatiran yang berkembang tentang kemungkinan kematian, mutasi virus, dan dampaknya, sekali lagi, pada ekonomi global.

"Kami tahu kapan pun virus menyebar, di alam liar, berpotensi bermutasi dan menimbulkan ancaman bagi orang di mana pun," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, Senin. Ia menambahkan bahwa wabah COVID juga menjadi perhatian bagi ekonomi China dan, pada gilirannya, pertumbuhan global.

Beijing melaporkan lima kematian terkait COVID pada Selasa, menyusul dua kematian pada Senin yang merupakan kematian pertama yang dilaporkan dalam beberapa minggu. Secara total, China telah melaporkan hanya 5.242 kematian akibat COVID-19 sejak pandemi merebak di pusat kota Wuhan pada akhir 2019, angka yang sangat rendah menurut standar global.

Namun, ada keraguan yang meningkat bahwa statistik menangkap dampak penuh dari penyakit yang melanda kota-kota setelah China mencabut pembatasan termasuk sebagian besar pengujian wajib pada 7 Desember.

Sejak itu, beberapa rumah sakit kebanjiran, apotek kehabisan obat-obatan dan jalan-jalan menjadi sangat sepi karena penduduk tinggal di rumah, baik sakit atau khawatir tertular penyakit.

Beberapa ahli kesehatan memperkirakan 60 persen orang di China - setara dengan 10 persen populasi dunia - dapat terinfeksi selama beberapa bulan mendatang, dan lebih dari 2 juta orang dapat meninggal.

Di ibu kota, Beijing, penjaga keamanan berpatroli di pintu masuk krematorium COVID-19 yang ditunjuk di mana wartawan Reuters pada Sabtu melihat antrean panjang mobil jenazah dan pekerja dengan pakaian hazmat membawa jenazah ke dalam. Reuters tidak dapat segera memastikan apakah kematian itu disebabkan oleh COVID-19.

Pejabat tinggi kesehatan telah melunakkan nada mereka tentang ancaman yang ditimbulkan oleh penyakit ini dalam beberapa pekan terakhir. Berbalik dari pesan sebelumnya bahwa virus harus diberantas untuk menyelamatkan nyawa, bahkan ketika seluruh dunia terbuka.

Mereka juga mengecilkan kemungkinan bahwa strain Omicron yang sekarang dominan dapat berevolusi menjadi lebih ganas.

"Kemungkinan mutasi besar yang tiba-tiba sangat rendah," kata Zhang Wenhong, spesialis penyakit menular terkemuka, dalam sebuah forum pada Minggu dalam komentar yang dilaporkan oleh media pemerintah.

Tetapi ada tanda-tanda yang meningkat bahwa virus itu menyerang sistem kesehatan China yang rapuh. Penyebaran virus diperkirakan akan melumpuhkan ekonomi China, yang diperkirakan tumbuh 3 persen tahun ini, kinerja terburuknya dalam hampir setengah abad.

Sebuah survei oleh World Economics menunjukkan pada Senin bahwa kepercayaan bisnis China turun pada bulan Desember ke level terendah sejak Januari 2013. China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman tidak berubah untuk bulan keempat berturut-turut pada Selasa.

Baca juga: Ketika China Mendadak Kelabakan Hadapi Pandemi Covid-19

REUTERS

Berita terkait

Kondisi Perdana Menteri Slovakia Stabil, tapi Masih Kritis

40 menit lalu

Kondisi Perdana Menteri Slovakia Stabil, tapi Masih Kritis

Kementerian Kesehatan menjelaskan Perdana Menteri Slovakia sudah dipindah ke rumah sakit di Bratislava. Kondisinya stabil.

Baca Selengkapnya

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

52 menit lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

3 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

2 hari lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

3 hari lalu

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

Banjir bandang di Sungai Yangtze pada 1931 merupakan salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah China, bahkan di dunia.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

3 hari lalu

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

3 hari lalu

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang bertemu untuk membahas penguatan kerja sama

Baca Selengkapnya

Palang Merah Buka Rumah Sakit dengan Kapasitas 60 Tempat Tidur di Gaza

3 hari lalu

Palang Merah Buka Rumah Sakit dengan Kapasitas 60 Tempat Tidur di Gaza

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) membuka rumah sakit dengan kapasitas 60 tempat tidur di Rafah, Gaza selatan.

Baca Selengkapnya