Di DK PBB, Amerika Serikat dan Rusia Saling Tuding Ogah Dialog soal Ukraina

Reporter

Daniel Ahmad

Editor

Yudono Yanuar

Rabu, 7 Desember 2022 14:17 WIB

Tim penyelamat bekerja di lokasi bangsal bersalin sebuah rumah sakit yang dihancurkan oleh serangan rudal Rusia, saat serangan mereka ke Ukraina berlanjut, di Vilniansk, wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, 23 November 2022. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan Rusia saling tuduh tidak tertarik pada dialog damai Ukraina di forum PBB. Seruan gencatan senjata dan diplomasi untuk mengakhiri perang yang dimulai oleh invasi Moskow sembilan bulan lalu muncul dalam sidang PBB.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Selasa, 6 Desember 2022, mengenai situasi kemanusiaan di Ukraina. Menurutnya, Moskow telah mencatat adanya minat dari mayoritas yang signifikan negara-negara anggota PBB dalam penyelesaian diplomatik.

"Kami menanggapi ini dengan sangat serius. Kami menegaskan kesediaan kami untuk melakukan negosiasi. Misi kami adalah membasmi akar penyebab yang memaksa kami untuk memulai operasi militer khusus," kata Nebenzia.

Moskow menyebut misi operasi militer untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina untuk keamanannya. AS dan Sekutu menuding tujuan awal Rusia yang sebenarnya adalah mengalahkan militer Ukraina dan menggulingkan pemerintah pro-Barat.

Nebenzia menuduh negara-negara Barat tidak tertarik dengan penyelesaian diplomatik di Ukraina karena mereka malah memperluas pengiriman senjata ke Kyiv.

Advertising
Advertising

"Apa yang Anda lihat sekarang adalah perang yang sedang berlangsung di Barat melawan Rusia. Ini adalah sesuatu yang membuat kami tidak punya pilihan selain melanjutkan tujuan operasi militer kami," kata Nebenzia.

Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Lisa Carty, kepada dewan beranggotakan 15 orang itu, mengatakan, agresi Presiden Vladimir Putin yang meningkat terhadap infrastruktur Ukraina adalah bukti bahwa dia tidak memiliki minat tulus dalam negosiasi atau diplomasi.

"Sebaliknya, dia (Putin) mencoba mematahkan keinginan Ukraina untuk berperang dengan membom dan membekukan warga sipil, agar tunduk," kata Carty.

Rusia baru-baru ini menyerang infrastruktur energi Ukraina. Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan kemarin, bahwa serangan telah menyebabkan jutaan orang tanpa akses ke gas, listrik, dan air. Gempuran itu memperburuk krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh invasi Rusia pada 24 Februari 2022.

Dewan Keamanan PBB telah bertemu puluhan kali di Ukraina sejak Februari. Akan tetapi sejumlah rapat tidak dapat mengambil tindakan yang berarti karena Rusia punya hak veto, bersama dengan Inggris, China, Prancis, dan Amerika Serikat.

Rusia telah meminta dewan bertemu lagi pada Jumat mendatang. Perwakilan Moskow ingin Dewan membahas mengenai senjata dari konflik Ukraina yang "jatuh ke tangan bandit dan teroris" di tempat lain seperti di Eropa, Timur Tengah dan Afrika.

Wakil Duta Besar Gabon untuk PBB Edwige Koumby Missambo mengatakan kepada rapat di DK PBB kemarin, bahwa tidak cukup mengadakan lebih banyak pertemuan untuk menginformasikan masyarakat internasional, tanpa ada tawaran alternatif untuk perang. Dia menyerukan perundingan.

Sementara Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya menyatakan pihaknya membutuhkan perdamaian. Dia mengingatkan posisi Ukraina bukanlah agresor.

REUTERS

Berita terkait

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

14 jam lalu

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

Amerika Serikat mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui dermaga terapung buatannya di lepas pantai Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

1 hari lalu

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

Rancangan undang-undang penerbangan yang ditanda-tangani Joe Biden diharapkan bisa meningkatkan kualitas di sejumlah sektor.

Baca Selengkapnya

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

1 hari lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

1 hari lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

1 hari lalu

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

RUU tersebut diperkirakan tidak akan menjadi undang-undang, tetapi lolosnya beleid itu di DPR AS menunjukkan kesenjangan pada tahun pemilu soal Israel

Baca Selengkapnya

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

2 hari lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

2 hari lalu

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

Seorang anggota Kongres AS mendorong resolusi yang mengakui peristiwa Nakba dan hak pengungsi Palestina.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

2 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya