Kamala Harris: Amerika Serikat Siap Bela Filipina di Laut Cina Selatan
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Sita Planasari
Rabu, 23 November 2022 13:13 WIB

TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris menjamin Washington akan mendukung Filipina dalam menghadapi intimidasi di Laut Cina Selatan. Manila sebelumnya menuding kapal penjaga pantai China telah mengambil secara paksa sepotong roket yang telah diamankan Filipina di Laut Cina Selatan.
Baca juga: Beijing dan Manila Adu Mulut Perkara Puing Roket di Laut Cina Selatan
Harris mengatakan, Amerika Serikat dan komunitas internasional yang lebih luas memiliki proyeksi kepentingan besar di Indo-Pasifik. Negeri Paman Sam dalam beberapa tahun ini mencoba membendung pengaruh Beijing di kawasan, termasuk di Laut Cina Selatan dan Taiwan.
“Kita harus membela prinsip-prinsip seperti menghormati kedaulatan dan integritas wilayah, perdagangan sah tanpa hambatan, penyelesaian sengketa secara damai, dan kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut Cina Selatan, dan di seluruh Indo-Pasifik,” kata Harris dalam sebuah pidato di atas kapal penjaga pantai Filipina yang berlabuh di teluk Puerto Princesa, Selasa, 22 November 2022.
China mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan. Wilayah perairan itu menjadi lalu lintas kapal-kapal dagang dengan nilai miliaran dolar setiap tahun. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim punya hak di wilayah itu.
Putusan pengadilan arbitrase di Den Haag pada 2016 menyatakan klaim Beijing atas Cina Selatan tidak memiliki dasar hukum. Akan tetapi Filipina tidak dapat menegakkan putusan tersebut. Sejak itu, Manila telah mengajukan ratusan protes atas perambahan dan gangguan oleh penjaga pantai China dan armada penangkap ikannya yang besar.
Dalam pidatonya, Harris menegaskan kembali dukungan Washington untuk putusan arbitrase 2016 dengan mengatakan itu mengikat secara hukum dan harus dihormati. China dengan tegas mengatakan putusan itu tidak dapat diterima.
<!--more-->
NOTA DIPLOMATIK UNTUK BEIJING
Pada Selasa, 22 November 2022, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan bahwa negaranya akan mengirimkan nota diplomatik ke Beijing menyusul insiden di Laut Cina Selatan yang melibatkan roket yang mengapung.
Insiden itu terjadi di tengah anjangsana Wakil Presiden Amerika Serikat Harris ke Filipina selama tiga hari mulai Minggu, 20 November 2022. Kunjungan Harris ini akan menjadi perjalanan tingkat tertinggi ke Filipina oleh seorang pejabat dari Pemerintahan Presiden Joe Biden.
Kunjungan kerja ini, juga menandai perubahan tajam dalam hubungan bilateral Amerika dan Filipina, yang tegang oleh permusuhan mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte terhadap Washington. Pada pemerintahan sebelumnya, Manila lebih dekat ke Beijing.
Saat berbicara empat mata dengan Harris pada Senin, 21 November 2022, Marcos mengatakan ikatan kuat kedua negara menjadi lebih penting, menyusul "pergolakan" di wilayah tersebut.
Harris mengunjungi Tagburos, salah satu dari banyak komunitas pesisir Palawan. Di situ dia berbicara dengan para pemimpin dan nelayan setempat, yang mata pencahariannya terancam oleh penangkapan ikan ilegal dan tidak dilaporkan serta perubahan iklim.
"Masyarakat seperti ini telah melihat konsekuensinya, dan orang-orang di sini tahu dampaknya ketika kapal asing memasuki perairan Filipina dan secara ilegal menghabiskan stok ikan, dan ketika mereka melecehkan dan mengintimidasi nelayan lokal," kata Harris merujuk China.
Kunjungan Harris dilakukan di tengah hubungan yang tegang antara China dan Amerika Serikat, khususnya terkait Taiwan. Beijing dan Washington bagaimanapun dalam beberapa kesempatan sudah mencoba penjajakan pemulihan hubungan, termasuk pertemuan Presiden Amerika Serikat dan pemimpin China Joe Biden di Bali, di sela KTT G20.
"China secara konsisten percaya bahwa komunikasi dan kerja sama antar negara harus kondusif untuk meningkatkan pemahaman dan kepercayaan antar negara di kawasan ini," kata juru bicara kementerian luar negeri Cina Zhao Lijian kepada wartawan pada briefing reguler.
"Kami tidak menentang Amerika Serikat dan Filipina melakukan kontak normal, tetapi kontak semacam ini tidak boleh merugikan kepentingan negara lain," katanya.
Baca juga: Kapal Perusak AS Masuk Perairan Laut China Selatan, Beijing Berang
REUTERS