Sekjen PBB di COP27: Dunia Berpacu di Jalan Tol Menuju Neraka Iklim
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 8 November 2022 18:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB Antonio Guterres memperingatkan para pemimpin dunia yang berkumpul di KTT iklim COP27 di Mesir tentang bahaya pemanasan global. Dia mengatakan bahwa umat manusia menghadapi pilihan yang sulit antara bekerja sama atau bunuh diri kolektif dalam pertempuran melawan pemanasan global.
Baca: TOP 3 Dunia: Twitter Minta Karyawannya Bekerja Kembali, Sunak Tagih Janji di COP27
Hampir 100 kepala negara dan pemerintah bertemu di resor Laut Merah Sharm el-Sheikh. Dalam pertemuan itu dibahas pengurangan emisi dan mendukung negara-negara berkembang secara finansial yang sudah hancur akibat dampak kenaikan suhu.
“Umat manusia memiliki pilihan: bekerja sama atau binasa,” kata Guterres pada pertemuan puncak di hari Senin, 7 November 2022.
“Ini adalah pakta solidaritas iklim atau pakta bunuh diri kolektif,” kata Guterres. Ia mendesak negara-negara kaya yang mencemari dunia untuk membantu negara-negara miskin atas emisi gas rumah kaca.
PBB Minta penggunaan batu bara dihentikan
Bangsa-bangsa di seluruh dunia sedang menghadapi bencana alam yang semakin intens yang telah merenggut ribuan nyawa tahun ini dan menelan biaya puluhan miliar dolar. Bencana alam mulai dari banjir yang menghancurkan di Nigeria dan Pakistan hingga kekeringan di Kenya, Somalia dan Amerika Serikat serta gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya di tiga benua.
“Kami telah melihat satu malapetaka demi malapetaka,” kata Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, yang negaranya menjadi tuan rumah pertemuan tahunan yang berlangsung hingga 18 November. “Begitu kami mengatasi satu bencana, satu lagi muncul yaitu gelombang demi gelombang penderitaan dan kehilangan. Bukankah ini saatnya untuk mengakhiri semua penderitaan ini?”
Guterres melanjutkan, selama beberapa dekade tidak ada kemajuan untuk menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Negara-negara terlalu lambat atau enggan untuk bertindak.
“Emisi gas rumah kaca terus meningkat. Suhu global terus meningkat. Dan planet kita dengan cepat mendekati titik kritis yang akan membuat kekacauan iklim tidak dapat diubah lagi,” katanya. "Kita sedang berada di jalan raya menuju neraka iklim dengan kaki masih menginjak pedal gas," katanya.
Ia meminta meminta negara-negara untuk setuju untuk menghentikan penggunaan batu bara, salah satu bahan bakar yang paling banyak mengandung karbon, secara bertahap hingga 2040.
Penandatangan Perjanjian Paris 2015 telah menghasilkan komitmen mencapai tujuan jangka panjang untuk menjaga suhu global naik lebih dari 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri. Itu merupakan ambang batas, sebagaimana dianjurkan para ilmuwan, untuk mencegah perubahan iklim yang berisiko di luar kendali.
Tanggapan negara-negara kaya
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut, sementara dunia terganggu oleh pertemuan krisis global, penting untuk tidak mengorbankan komitmen nasional untuk memerangi perubahan iklim. Sedangkan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menyatakan, perang adalah alasan untuk mempercepat upaya untuk menyapih dunia dari bahan bakar fosil.
Segera setelah pidato Guterres yang mendesak diakhirinya era bahan bakar fosil, Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan naik ke panggung dan mengatakan negaranya akan terus memproduksinya untuk selama ada kebutuhan. UEA adalah anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak.
"UEA dianggap sebagai pemasok energi yang bertanggung jawab, dan akan terus memainkan peran ini selama dunia membutuhkan minyak dan gas," katanya.
UEA akan menjadi tuan rumah konferensi PBB tahun depan. Pihaknya berniat untuk berusaha menyelesaikan kesepakatan yang dibuat tahun lalu di Inggris dan pada pembicaraan Mesir tahun ini.
Negara-negara miskin yang memikul sedikit tanggung jawab atas emisi karbon bersejarah juga telah menyampaikan pendapatnya dalam forum kemarin. Mereka mau supaya diberi kompensasi oleh negara-negara kaya atas kerugian akibat bencana yang dipicu oleh perubahan iklim termasuk banjir, badai, dan kebakaran hutan.
Simak: COP27, Rishi Sunak Tagih Janji Upaya Atasi Perubahan Iklim
AL JAZEERA | REUTERS