Narapidana Tertua Guantanamo Saifullah Paracha Dibebaskan Setelah 19 Tahun

Reporter

Terjemahan

Editor

Sapto Yunus

Sabtu, 29 Oktober 2022 20:30 WIB

Penjaga Angkatan Laut AS mengawal seorang tahanan melalui Camp Delta di Kamp Penjara Teluk Guantanamo, 10 Juni 2008. Obama berharap penjara ini dapat ditutup sebelum pergantian pemerintahan presiden. REUTERS/DoD

TEMPO.CO, Jakarta - Narapidana tertua di fasilitas penahanan Teluk Guantanamo yang dikelola Amerika Serikat di Kuba, Saifullah Paracha, telah dibebaskan ke negara asalnya Pakistan setelah 19 ditahan tanpa pengadilan.

Baca: AS Kirim Rp4 T Bantuan Militer ke Kyiv, Zelensky: Ukraina Tak Takut Gelap

“Kementerian Luar Negeri menyelesaikan proses antarlembaga yang luas untuk memfasilitasi pemulangan Tuan Paracha,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan pada Sabtu, 29 Oktober 2022.

“Kami senang bahwa seorang warga negara Pakistan yang ditahan di luar negeri akhirnya bersatu kembali dengan keluarganya.”

Paracha, seorang pengusaha yang kini berusia sekitar 75 tahun, ditangkap pada 2003 di Thailand atas tuduhan mendanai kelompok bersenjata. Namun ia tetap mengaku tidak bersalah dan menyatakan cintanya pada Amerika Serikat.

Advertising
Advertising

Pada Mei lalu, Amerika menyetujui pembebasannya dengan menyimpulkan Paracha bukan ancaman berkelanjutan bagi Amerika.

Seperti kebanyakan tahanan di Guantanamo, Paracha tidak pernah didakwa secara resmi dan memiliki sedikit kekuatan hukum untuk menentang penahanannya.

Penjara militer rahasia Amerika itu didirikan setelah peristiwa 9/11 untuk menahan tersangka anggota al-Qaeda yang ditangkap selama invasi ke Afghanistan pada 2001.

Namun, dari 780 narapidana yang ditahan selama "perang melawan teror" Amerika, 732 di antaranya dibebaskan tanpa tuduhan. Banyak dari mereka dipenjara selama lebih dari satu dekade tanpa sarana hukum untuk menentang penahanan mereka.

Hampir 40 tahanan tetap berada di fasilitas penahanan paling terkenal di dunia itu, yang telah menjadi simbol pelanggaran hak asasi manusia.

Paracha dibebaskan setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyetujui pembebasannya pada tahun lalu, bersama dengan seorang warga negara Pakistan lainnya Abdul Rabbani, 55 tahun; dan warga negara Yaman, Utsman Abdul al-Rahim Uthman, 41 tahun.

Biden berada di bawah tekanan untuk membersihkan tahanan yang tidak didakwa di Guantanamo dan melanjutkan persidangan mereka yang dituduh memiliki hubungan langsung dengan al-Qaeda.

Di antara sekitar 40 narapidana yang tersisa adalah beberapa pria yang diduga berperan langsung dalam 9/11 dan serangan al-Qaeda lainnya.

Paracha, yang belajar di Amerika, memiliki bisnis ekspor-impor yang memasok pengecer besar Amerika. Pihak berwenang Amerika menuduhnya melakukan kontak dengan tokoh al-Qaeda, termasuk Osama bin Laden dan Khalid Sheikh Mohammed, yang disebut sebagai arsitek utama serangan 9/11.

Pada 2008, pengacara Paracha mengatakan pengusaha itu bertemu bin Laden pada 1999 dan setahun kemudian sehubungan dengan produksi program televisi.

Reprieve, badan amal hak asasi manusia yang berbasis di Inggris, menggambarkan Paracha sebagai tahanan selamanya.

Sejak pertama kali dibuka, Guantanamo menjadi terkenal karena pelanggaran hak asasi manusia dan fakta bahwa pemerintah Amerika Serikat tidak menganggap tahanannya berhak atas perlindungan apa pun menurut hukum internasional.

Baca: Australia Pulangkan 17 Perempuan dan Anak-anak dari Suriah

AL JAZEERA

Berita terkait

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

4 jam lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

9 jam lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

10 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

13 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

13 jam lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

17 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

18 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

19 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

21 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

1 hari lalu

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

PM Skotlandia Humza Yousaf dilantik saat usianya masih 37 tahun, setahun lalu. Tak sampai setahun ia mengundurkan diri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya