Diplomat Israel Kecam Arab Saudi Hina AS: Sekutu yang Tak Bisa Diandalkan

Reporter

Tempo.co

Selasa, 18 Oktober 2022 14:17 WIB

Presiden AS Joe Biden berbincang dengan Raja Salman bin Abdulaziz saat mengunjungi Al Salman Palace, Jeddah, Arab Saudi, 15 Juli 2022. Joe Biden akan mendorong produksi minyak yang lebih besar dari negara-negara OPEC, ketika ia bertemu dengan para pemimpin Teluk di Arab Saudi pekan ini. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang diplomat Israel menyerang Arab Saudi karena keputusannya memangkas produksi minyak. Keputusan Arab Saudi ini disebut menghina AS dan menjadikan Arab Saudi sekutu yang tidak bisa diandalkan.

Baca: Pangeran Arab Saudi Bikin Heboh, Ancam Amerika dengan Jihad dan Syahid

Diplomat Israel Alon Pinkas, yang merupakan mantan konsul di New York, menjelaskan dalam sebuah artikel di surat kabar Israel Haaretz bahwa butuh 20 tahun diskusi tentang masalah aliansi dengan Arab Saudi. Ia akhirnya menyimpulkan bahwa Arab Saudi adalah sekutu yang dapat dipercaya.

Pinkas menegaskan bahwa sekutu yang menentang kebijakan luar negeri AS akan menyeret negara ini dalam konfrontasi langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan perang di Ukraina. "Yang menentang tuntutan eksplisit AS untuk meningkatkan produksi minyak, secara terbuka menghina AS, bukanlah sekutu yang dapat diandalkan," tuturnya dilansir dari Middle Eyes Monitor, Selasa, 18 Oktober 2022.

Dia mencatat bahwa Washington harus berterima kasih kepada Arab Saudi karena jelas negara kerajaan ini bukan sekutu AS. Menurut Pinkas akan ada pihak-pihak di Washington yang memperingatkan adanya respon berlebihan dan pembalasan oleh AS.

Pinkas juga mengungkapkan bahwa beberapa menganggap Putra Mahkota Mohammed Bin Salman sebagai politisi cerdas yang menghitung investasi politik dan mengarahkan negaranya di luar tata surya AS. Pinkas menunjukkan bahwa semua argumen ini aliansi AS Arab Saudi akan segera berakhir.

Advertising
Advertising

Pekan lalu OPEC+, kelompok produsen yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) plus sekutu termasuk Rusia, mengumumkan target produksi barunya setelah berminggu-minggu dilobi oleh pejabat AS agar tidak memangkas produksi di tengah melonjaknya harga minyak. Keputusan OPEC+ itu membuat AS murka.

Amerika Serikat menuduh Arab Saudi tunduk pada Moskow, yang menolak pembatasan Barat atas harga minyak Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina. Pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi, mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya, menekankan pemotongan produksi minyak itu terkait ekonomi.

Baca juga: Biden Tak Mau Bertemu Pangeran MBS di KTT G20 Bali, Alasannya?

MIDDLE EYES MONITOR | REUTERS

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

1 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

2 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

4 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

12 jam lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

14 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

15 jam lalu

AJI Jakarta Ikut Tolak Project Cloud Google untuk Israel, Ini Alasannya

AJI Jakarta dengungkan boikot terhadap project cloud yang dikerjakan Google untuk Israel. Momentumnya diselarasakan dengan Hari Buruh 1 Mei.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

20 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

21 jam lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

21 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

22 jam lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya