Dua Pemimpin Kamp Pengungsi Rohingya Dibunuh di Bangladesh

Reporter

Terjemahan

Editor

Sapto Yunus

Senin, 17 Oktober 2022 14:54 WIB

Kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Dua pemimpin komunitas Rohingya di Bangladesh dibunuh secara brutal oleh belasan pria di Kamp 13 di Cox’s Bazar pada Sabtu malam, 15 Oktober 2022. Penbuhuna. Terjadi di saat keamanan memburuk di kamp-kamp yang menaungi hampir satu juta pengungsi.

Baca: Amerika Gelontorkan Rp 2,5 Triliun untuk Bantu Etnis Rohingya

Juru bicara kepolisian, Faruk Ahmed, mengatakan dua pemimpin Rohingya menyebut pembunuhan itu sebagai salah satu serangan terburuk dalam beberapa bulan terakhir.

“Lebih dari dua belas orang berandal Rohingya memutilasi Maulvi Mohammad Yunus, 38 tahun, majhi yang mengepalai Kamp 13. Mereka juga membunuh Mohammad Anwar, 38 tahun, majhi lain. Yunus tewas di tempat dan Anwar meninggal di rumah sakit,” kata Ahmed seperti dikutip Al Jazeera, Senin, 17 Oktober 2022. Majhi adalah istilah untuk seorang pemimpin kamp Rohingya.

Seorang perwira senior dari unit polisi elite yang bertugas mengamankan kamp menuduh Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), sebuah kelompok yang memerangi militer di Myanmar, bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

Advertising
Advertising

“Keduanya menjadi target pembunuhan oleh ARSA. Bentrok internal di Myanmar mempengaruhi situasi keamanan di kamp-kamp,” kata perwira yang enggan disebut namanya.

Permukiman-permukiman yang jorok dan tidak sehat itu mengalami peningkatan kekerasan dalam bulan-bulan terakhir. Gangster berusaha menguasai perdagangan narkoba dan mengintimidasi para pemimpin sipil pengungsi dengan pembunuhan dan penculikan.

Bangladesh telah menyediakan permukiman bagi para pengungsi Rohingya di kamp-kamp yang luas sejak mereka lari dari kekerasan militer di Myanmar pada 2017, yang kini menjadi subjek investigasi pembunuhan massal di pengadilan tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Gangster telah lama berperang untuk menguasai perdagangan narkoba, seperti pada pil-pil metamfetamin “yaba”, tetapi kepala polisi distrik Cox’s Bazar, Bangladesh, Mahfuzul Islam, mengatakan telah terjadi peningkatan ketegangan.

“Dalam tiga bulan terakhir saja, setidaknya 14 orang Rohingya terbunuh di kamp-kamp. Jumlah pembunuhan di kamp tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu,” kata Mahfuzul Islam.

Seorang pemimpin komunitas Rohingya dan seorang keponakan salah seorang yang terbunuh juga menuduh ARSA atas pembunuhan-pembunuhan tersebut. “ARSA membunuh paman saya tadi malam. Paman saya biasa menasihati mereka untuk tidak menjual narkoba. Ia dengan sukarela mengawasi dengan berpatroli di kamp-kamp. Mereka membunuh paman saya,” kata sang keponakan, yang minta namanya tidak disebut karena alasan keamanan.

ARSA belum memberikan komentar tentang pembunuhan tersebut. Beberapa anggotanya tahun ini dituntut atas pembunuhan pemimpin puncak Rohingya, Mohib Ullah, pada September 2021. ARSA telah menolak keterlibatannya dalam kasus itu.

Pembunuhan itu mengirimkan gelombang kejutan di seluruh permukiman perbatasan yang menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya tanpa kewarganegaraan yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.

Pembunuhan Ullah, yang pernah diterima di Gedung Putih oleh Presiden Donald Trump, juga memicu tindakan keras oleh otoritas Bangladesh, dengan setidaknya 8.000 tersangka anggota ARSA ditangkap.

Baca: Retno Marsudi Menyoroti Krisis Rohingya Makin Memburuk

AL JAZEERA

Berita terkait

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

2 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

4 hari lalu

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

7 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

9 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

9 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

11 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

12 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

13 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya