19 Orang Meninggal karena Ebola, Uganda Memerintahkan Lockdown 21 Hari

Reporter

Terjemahan

Editor

Sapto Yunus

Senin, 17 Oktober 2022 05:30 WIB

Petugas kesehatan membersihkan ruangan pasien yang terkena virus ebola di Rumah Sakit di Bwana Suri, Ituri, Kongo, 10 Desember 2018. Sejauh ini, wabah ebola telah menginfeksi 471 orang di Kongo. REUTERS/Goran Tomasevic

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Uganda Yoweri Museveni telah memerintahkan lockdown segera dilakukan dan memberlakukan jam malam dari senja hingga fajar selama tiga pekan (21 hari) di dua distrik untuk menghentikan penyebaran ebola. Tempat ibadah, pasar, bar, dan tempat hiburan akan ditutup. Pemerintah juga membatasi pergerakan orang masuk dan keluar dari dua distrik Mubende dan Kassanda.

“Saya sekarang mengarahkan sebagai berikut: sekarang masuk dan keluar dari distrik Mubende dan Kassanda dilarang,” kata Museveni dalam pidato yang disiarkan televisi pada, Sabtu, 15 Oktober 2022, seperti dikutip Al Jazeera, Ahad, 16 Oktober 2022. “Jika Anda berada di distrik Mubende dan Kassanda, tinggallah di sana selama 21 hari.”

Baca: Dokter Tanzania Tewas di Uganda, Korban Nakes Pertama karena Ebola

Kementerian kesehatan menyatakan pada Sabtu bahwa ada 19 kematian dan 58 kasus yang dikonfirmasi dari virus demam berdarah, yang sering fatal, sejak wabah ebola pertama kali dilaporkan pada 20 September lalu.

Pemerintah Uganda menyatakan wabah ebola terkonsentrasi di dua distrik yang terkena dampak dan belum mencapai Kampala, ibu kota negara yang berpenduduk 1,5 juta, meskipun sepasang suami istri terkonfirmasi positif di sana.

Advertising
Advertising

Museveni mengatakan truk kargo akan diizinkan masuk dan meninggalkan dua distrik tersebut, tetapi semua transportasi lainnya sudah dihentikan operasinya. “Ini tindakan sementara untuk mengendalikan penyebaran ebola. Kita harus bekerja sama dengan pihak berwenang sehingga bisa mengakhiri wabah ini dalam waktu sesingkat mungkin,” kata Museveni, yang memerintah Uganda sejak 1986.

Museveni telah memerintahkan tabib berhenti merawat orang sakit dan memerintahkan polisi menangkap siapa pun yang diduga tertular virus yang menolak diisolasi.

Ebola menyebar melalui cairan tubuh dengan gejala umum demam, muntah, pendarahan, dan diare. Wabah sulit dikendalikan, terutama di lingkungan perkotaan. Kematian terakhir di Uganda akibat ebola tercatat pada 2019.

Galur tertentu yang sekarang beredar di Uganda dikenal sebagai virus Ebola Sudan, yang saat ini belum ada vaksinnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan uji klinis obat-obatan dapat dimulai dalam beberapa minggu ke depan untuk memerangi varian itu.

Baca: Uganda Umumkan KLB Ebola Pasca-Galur Sudan Ditemukan

AL JAZEERA

Berita terkait

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

4 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

4 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

4 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

7 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

9 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

12 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

13 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

14 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

14 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

16 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya