Dubes Rusia Sebut Pernyataan Putin soal Nuklir Dipelintir Barat
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Dewi Rina Cahyani
Rabu, 12 Oktober 2022 14:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menanggapi kekhawatiran penggunaan senjata nuklir di perang Ukraina. Pernyataan Presiden Vladimir Putin, menurut Vorobieva, telah disalahpahami oleh Barat.
Baca: Elon Musk Jawab Rumor Bicara dengan Putin Sebelum Unggah Cuitan Rusia Ukraina
Vorobieva mengatakan, Rusia memiliki doktrin pertahanan yang jelas menyatakan bahwa penggunaan kekuatan nuklir hanya akan terjadi saat ancaman langsung terhadap keamanan dalam negeri. "Saya hanya bisa mengatakan, kata-kata presiden kami sangat dipelintir oleh Barat," kata Vorobieva saat jumpa pers di Rumah Dinas Kedutaan Besar Rusia di Jakarta pada Rabu, 12 Oktober 2022.
Ketegangan di perang Ukraina meningkat setelah Presiden Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial untuk menaklukkan perang Ukraina. Warga Rusia banyak yang protes dan kabur dari tanah airnya karena menolak ikut wajib militer.
Deklarasi pencaplokan empat wilayah Ukraina oleh Rusia pekan lalu memanaskan ketegangan dua negara yang sama-sama bekas Uni Soviet itu. Tak lama setelahnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan pengajuan jalur cepat keanggotaan blok militer Barat, NATO.
Kekhawatiran mengenai penggunaan nuklir muncul, setelah Putin memperingatkan akan menggunakan segala cara untuk melindungi negaranya. Media di Eropa termasuk surat kabar The Times dari Inggris, mewartakan pada pekan lalu Rusia tengah bersiap memakai nuklir di perbatasan Ukraina.
Badan Intelijen Inggris sebelumnya telah memonitor potensi penggunaan senjata nuklir oleh Rusia dalam invasi ke Ukraina. Direktur agen mata-mata GCHQ atau organisasi intelijen dan keamanan Inggris, Jeremy Fleming, memperingatkan wacana mengenai pemakaian senjata semacam itu sungguh berbahaya.
Menurut Fleming, Rusia saat ini sudah kekurangan amunisi, teman, dan pasukan setelah lebih dari tujuh bulan perang. Presiden Rusia Vladimir Putin sejauh ini masih mantap untuk tidak menggunakan senjata nuklir dalam operasi militernya. Akan tetapi GCHQ akan mencari tanda-tanda kalau hal ini bisa saja berubah.
"Saya berharap kita akan melihat indikator jika mereka mulai turun ke jalan itu. Tapi mari kita perjelas tentang itu, jika mereka (Rusia) mempertimbangkannya, itu akan menjadi bencana seperti yang dibicarakan banyak orang," kata Fleming, tanpa mengatakan apa indikator yang dimaksudnya, dalam wawancara dengan Radio BBC seperti dikutip Reuters, Selasa, 11 Oktober 2022.
Menurut Vorobieva, Putin telah memperingatkan penggunaan nuklir merupakan bunuh diri bagi dunia. Dia menegaskan Rusia akan memakai nuklir hanya sebagai respons.
Pertempuran Rusia dan Ukraina meningkat awal pekan ini. Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran termasuk ke ibukota Kyiv beberapa hari setelah ledakan besar terjadi di jembatan penghubung Rusia-Krimea.
Menanggapi eskalasi serangan Moskow, para pemimpin dari negara-negara industri Kelompok Tujuh (G7) pada Selasa, 11 Oktober 2022, mengancam Rusia bahwa setiap penggunaan senjata nuklir ke Ukraina akan menghadapi "konsekuensi berat". G7 sekali lagi menegaskan kembali tekad mereka untuk terus mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan agresi Rusia.
Baca: Pemimpin G7 Ancam Rusia Jika Gunakan Senjata Nuklir ke Ukraina
DANIEL AHMAD | REUTERS