WFP Ingatkan 50 Juta Orang di Dunia di Ambang Kelaparan

Reporter

Tempo.co

Jumat, 23 September 2022 17:30 WIB

Seorang anak pengungsi Somalia yang mengalami kekurangan gizi diperiksa sebelum menerima pengobatan di rumah sakit Banadir di ibukota Somalia, Mogadishu, 5 Maret 2017. Bencana kelaparan telah tewaskan 110 warga dalam 48 jam. REUTERS/Feisal Omar

Kepala WFP David Beasley mengungkap sekitar 50 juta orang di berbagai belahan dunia berada diambang kelaparan. Jumlah yang lebih besar lainnya menghadapi bentuk lain kerawanan pangan.

Pernyataan Beasley itu merupakan peringatan bakal terjadi kekacauan dan kerusuhan jika negara-negara di dunia gagal menyelesaikan kekurangan masalah bahan bakar, gandum, pupuk dan bahan kebutuhan pokok lainnya.

Fatima Ibrahim Hadi, 12, yang kekurangan gizi dan beratnya hanya 10kg, duduk di tempat tidur di sebuah klinik di Aslam, di provinsi barat laut Hajjah, Yaman, 17 Februari 2019. PBB mencatat, sekitar 80 persen penduduk Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dua pertiga distrik di negara tersebut terancam kelaparan. REUTERS/Khaled Abdullah

Advertising
Advertising

Dalam wawancara dengan AP pada Kamis, 22 September 2022, Beasley mendesak negara-negara pendonor dan para dermawan agar mengambil langkah pencegahan akan bencana kelaparan di tengah kekurangan bahan makanan. Sebab jika tidak, bakal ada kekacauan diseluruh dunia.

“Sebanyak 50 juta orang di 45 negara diambang pintu kelaparan. Jika kita tidak menolong orang-orang ini, Anda akan melihat paceklik, kelaparan dan ketidak-stabilan disejumlah negara seperti yang pernah kita lihat pada 2007 – 2008 dan 2011. Anda juga akan melihat migrasi besar-besaran,” kata Beasley.

Data WFP memperlihatkan ada sekitar 80 juta orang menghadapi beberapa level kerawanan pangan saat Beasley menjabat sebagai Kepala WFP pada 2017. Angka itu menggembung menjadi 345 juta orang. Kenaikan level kerawanan pangan ini dipicu serangkaian penyebab, di antaranya kegagalan ekonomi akibat pandemi Covid-19, kebijakan lockdown, masalah rantai suplai yang signifikan buntut dari perang Ukraina dan sanksi-sanksi dari negara-negara Barat.

Pengiriman gandum dari Ukraina dan Rusia telah menurun tajam di tangah perang Ukraina. Pasalnya, pupuk harus diimpor dari Rusia. Negeri Beruang Merah adalah eksportir pupuk terbesar di dunia setelah Cina.

Sanksi ekonomi dan embargo pada produk-produk asal Rusia telah memperburuk masalah, kendati sejumlah negara seperti Amerika Serikat, telah membuat pengecualian demi mengatasi masalah kekurangan bahan makanan.

Beasley menjelaskan dunia bisa memproduksi cukup makanan bagi sekitar 7,7 miliar populasi dunia, namun hal ini hanya bisa dicapai jika para petani menggunakan pupuk yang cukup. Saat ini, para petani terseok-seok dalam mendapatkan pupuk.

Sumber: RT.com

Baca juga: PBB Ingatkan Bencana Kelaparan di Somalia Ada di Depan Mata

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Ingin Terlihat Awet Muda? Hindari 7 Makanan dan Minuman Ini

2 jam lalu

Ingin Terlihat Awet Muda? Hindari 7 Makanan dan Minuman Ini

Menjaga kulit agar tetap awet muda bisa dimulai dengan olahraga teratur dan makan makanan sehat.

Baca Selengkapnya

Ini Kompensasi yang Seharusnya Diterima Penumpang jika Terjadi Keterlambatan Kereta Api

2 hari lalu

Ini Kompensasi yang Seharusnya Diterima Penumpang jika Terjadi Keterlambatan Kereta Api

Aturan kompensasi diatur dalam Permenhub Nomor PM 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api.

Baca Selengkapnya

15 Makanan Penghilang Mual untuk Ibu Hamil yang Wajib Dicoba

2 hari lalu

15 Makanan Penghilang Mual untuk Ibu Hamil yang Wajib Dicoba

Saat hamil muda, Anda sebaiknya mengonsumsi makanan penghilang mual untuk ibu hamil. Baiknya konsumsi makanan sehat dan bergizi.

Baca Selengkapnya

Inilah 5 Makanan yang Meningkatkan Kolagen pada Kulit Secara Alami

2 hari lalu

Inilah 5 Makanan yang Meningkatkan Kolagen pada Kulit Secara Alami

Banyak yang belum menyadari pentingnya mengonsumsi makanan tinggi kolagen yang secara langsung dapat meningkatkan pembentukan kolagen pada kulit.

Baca Selengkapnya

World Central Kitchen Akan Kembali Beroperasi di Gaza

2 hari lalu

World Central Kitchen Akan Kembali Beroperasi di Gaza

Setelah sebulan kejadian penyerangan pada relawan World Central Kitchen, LSM itu sekarang siap beroperasi kembali

Baca Selengkapnya

Tentara Somalia Diduga Menyelewengkan Bantuan Makanan

3 hari lalu

Tentara Somalia Diduga Menyelewengkan Bantuan Makanan

Sejumlah tentara Somali ditahan karena diduga melakukan korupsi dengan menyelewengkan donasi makanan

Baca Selengkapnya

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

3 hari lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

3 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

4 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Saran IDAI untuk Relawan yang Bantu Anak Korban Bencana Alam

4 hari lalu

Saran IDAI untuk Relawan yang Bantu Anak Korban Bencana Alam

Relawan yang ikut membantu bencana alam diminta untuk memperhatikan kebutuhan anak-anak yang menjadi korban.

Baca Selengkapnya