Nyaris Terjadi Bencana Nuklir, Jaringan Ukraina ke PLTN Zaporizhzhia Kembali Tersambung
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Sita Planasari
Jumat, 26 Agustus 2022 10:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut bencana radiasi nuklir nyaris terjadi setelah jalur reguler yang memasok listrik ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia dipulihkan beberapa jam setelah terputus.
Dia menuduh serangan Rusia pada Kamis kemarin memicu kebakaran di pembangkit listrik bertenaga batu bara di lokasi tak jauh dengan PLTN.
Akibat gangguan suplai, pasokan listrik ke kompleks reaktor PLTN Zaporizhzhia terputus. Untuk sementara, PLTN menggunakan listrik dari tenaga diesel sehingga tetap aman.
"Jika staf PLTN tidak bereaksi setelah pemadaman, kami terpaksa mengatasi konsekuensi dari kecelakaan radiasi. Rusia telah menempatkan Ukraina dan semua warga Eropa dalam situasi selangkah lagi dari bencana radiasi," kata Zelensky, dalam pesan videonya pada Kamis malam, dikutip dari Reuters, Jumat 26 Agustus 2022.
Dia menambahkan pejabat Badan Energi Atom Internasional (IAEA) harus diberi akses ke PLTN dalam beberapa hari mendatang, atau Rusia akan membuat fasilitas energi nuklir terbesar di Eropa itu kembali ke situasi darurat.
Ukraina mengkonfirmasi jaringannya ke pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia telah terputus untuk pertama kalinya pada Kamis, 25 Agustus 2022.
Apa yang terjadi terhadap fasilitas nuklir terbesar Eropa, yang sekarang berada di bawah kendali Rusia itu, meningkatkan kekhawatiran bencana nuklir.
Energoatom, perusahaan nuklir Ukraina menyatakan, kebakaran di lubang abu pembangkit listrik tenaga batu bara di dekat kompleks reaktor Zaporizhzhia mengganggu pasokan listrik ke dua reaktor terakhir yang berfungsi di stasiun itu.
Akibatnya jaringan Ukraina ke PLTN itu tidak lagi tersambung.
Badan Energi Atom Internasional mengutip Energoatom mempertegas, itu berarti bahwa keenam reaktor pembangkit tersebut tidak memasok energi ke jaringan Ukraina.
<!--more-->
Energoatom mengatakan sistem keamanan pabrik bekerja secara normal dan pekerjaan sedang dilakukan untuk menyambungkan kembali salah satu blok reaktor ke jaringan listrik.
PLTN memasok lebih dari 20 persen kebutuhan listrik Ukraina sebelum perang. Kerugian yang disebabkan masalah ini akan menambah beban baru pada Pemerintah Ukraina, yang sudah bersiap menghadapi musim dingin serba kekurangan energi.
Energoatom menyalahkan pemutusan jaringan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Insinyur Energoatom sendiri masih mengoperasikan pabrik itu walau sudah diambil alih oleh Rusia.
Terlepas dari insiden tersebut, Energoatom menyebut PLTN masih disuplai secukupnya untuk pendinginan, oleh pembangkit listrik tenaga batu bara terdekat.
Grygoriy Plachkov, mantan kepala badan keselamatan nuklir Ukraina, mengatakan kepada Reuters, PLTN membutuhkan listrik untuk mendinginkan zona reaktor aktif dan bahan bakar bekas, serta untuk memastikan pengoperasian sistem keselamatan.
Jika sambungan listrik itu gagal, generator diesel pembangkit listrik akan menyala dan menyediakan listrik selama mereka memiliki bahan bakar.
Saat ditanya apakah generator akan menghentikan kehancuran reaktor, Plachkov menyatakan, seharusnya mereka dapat (mencegah kehancuran). "Tapi kami memiliki contoh Fukushima, di mana generatornya kebanjiran. Dan sekarang kami memiliki tentara di wilayah PLTN itu. Siapa yang bisa menebak niat mereka?"
Rusia dan Ukraina telah menuduh satu sama lain soal siapa yang menembaki situs tersebut. Ketegangan di sekitar PLTN memicu kekhawatiran internasional akan potensi kecelakaan nuklir. Badan Energi Atom Internasional telah mendorong seruan untuk misi mendesak ke situs tersebut.
Baca juga: Putin Izinkan Pemantau Kunjungi PLTN Zaporizhzhia Ukraina yang Dikuasai Rusia
REUTERS