Salman Rushdie: Geger Buku, Fatwa Khomeini hingga Penusukan

Senin, 15 Agustus 2022 11:01 WIB

Rushdie dipilih sebagai Distinguished Writer in Residence di Arthur L. Carter Journalism Institute of New York University, tepatnya pada tahun 2015. Pria kelahiran 1947 itu juga sempat mengajar di Universitas Emory dan terpilih dalam American Academy of Arts and Letters. Pada tahun 2012, ia menerbitkan buku Joseph Anton: A Memoir, kisah hidupnya usai kontroversi buku The Satanic Verses. Carsten Bundgaard/Ritzau Scanpix/via REUTERS

TEMPO.CO, New York City -Novelis Salman Rushdie tengah ramai diberitakan banyak media di seluruh dunia.

Hal itu ditengarai pasca aksi penusukan yang menimpanya oleh seorang pria kala hendak mengisi sebuah acara sastra di New York pada Jumat, 12 Agustus 2022 waktu setempat.

Novel The Satanic Verses

Sebelum perkara penusukan kemarin, Salman Rushdie sejatinya telah sering menerima ancaman semenjak menelurkan buku The Satanic Verses atau diterjemahkan Ayat-ayat Setan.

Hal itu disebabkan oleh banyaknya kecaman terhadap karya yang terbit pada 1988 tersebut karena dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad oleh sejumlah ulama.

Penerbit pertama The Satanic Verses, Viking Penguin, ditekan untuk menyetop distribusi novel. Pelarangan buku ini menyebar ke sejumah negara, terutama yang sebagian besar berpenduduk muslim seperti Bangladesh, Sudan, Sri Lanka, hingga Indonesia.

Advertising
Advertising

Unjuk rasa anti-Rushdie pun menjalar ke berbagai penjuru, salah satunya terjadi di Inggris.

Melansir The Guardian, pada 2 Desember 1988, ribuan muslim di Bolton menggelar demonstrasi menentang The Satanic Verses. Aksi itu dilakukan dengan longmarch dari Masjid Zakariyya Jame ke pusat kota lalu dilanjut aksi pembakaran buku tersebut.

Mengutip The Independent, aksi serupa lainnya juga dilakukan sekelompok Muslim yang mengambil salinan novel The Satanic Verses lalu membakarnya di depan Balai Kota Bradford pada 14 January 1989.

Efek Fatwa Khomeini

Jessica Jacobson dalam bukunya 'Islam in transitions' menyebut pemimpin tertinggi Iran kala itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini bahkan sampai menetapkan fatwa hukuman mati kepada pria bernama lengkap Sir Ahmed Salman Rushdie itu pada 14 Februari 1989. Pada 1998 atau satu dasawarsa sejak fatwa dikeluarkan, pemerintah Iran sempat menyatakan tidak lagi mendukung pembunuhan Rushdie.

Meski demikian, Ali Khamenei, suksesor Ayatollah Ruhollah Khomeini, pada 2019 menegaskan bahwa fatwa tersebut masih berlaku. Ia bahkan bersikeras bahwa fatwa terhadap Salman Rushdie "kokoh dan tidak dapat dibatalkan".

Keluarnya fatwa itu membuat Salman Rushdie mesti mendapatkan perlindungan dari pemerintah Inggris.

Selama lebih dari tiga dekade lamanya, yang semenjak fatwa untuk menghabisi dirinya ia mesti menggunakan nama palsu, hengkang dari tanah kelahiran, dan memerlukan penjagaan aparat ketika menghadiri acara di luar rumah. Kontroversi Salman Rushdie ini bahkan sempat membuat hubungan diplomatik Inggris dan Iran kandas pada 7 Maret 1989.

HATTA MUARABAGJA

Baca juga: Salman Rushdie Ditusuk di New York, Ini Fakta-faktanya

Berita terkait

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

10 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

13 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

15 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

16 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

17 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

18 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

19 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

19 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

20 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya