Volodymyr Zelensky Minta Uni Eropa Jangan Terbitkan Visa untuk Warga Rusia

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 13 Agustus 2022 12:30 WIB

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memberikan pidato secara virtual dalam pembukaan Festival Film Cannes ke-75 di Prancis, 17 Mei 2022. Zelensky berpendapat bahwa film selalu memainkan peran penting dalam menyatukan orang-orang melawan otoritarianisme dan kekejaman. REUTERS/Eric Gaillard

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Jumat, 12 Agustus 2022, menyerukan agar Uni Eropa tidak menerbitkan visa bagi warga negara Rusia. Hal ini agar negara-negara di Eropa tidak menjadi ‘supermarket’, yang terbuka bagi siapapun untuk memasukinya.

Zelensky dalam proposalnya menyebut, seruannya itu tidak berlaku bagi warga negara Rusia yang butuh pertolongan karena kebebasan hidup mereka dalam bahaya akibat menolak kebijakan-kebijakan Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Harus ada jaminan – jaminan kalau para pembunuh dari Rusia atau kaki tangan dari Rusia, tidak menggunakan visa Schangen,” kata Presiden Zelensky, mengacu pada visa yang memberikan pemegangnya akses ke negara-negara dalam area visa Schengen.

Advertising
Advertising

Penduduk setempat berjalan melewati gedung apartemen yang hancur selama konflik Ukraina-Rusia di kota Sievierodonetsk di Wilayah Luhansk, Ukraina 30 Juni 2022. REUTERS/Alexander Ermochenko

Zelensky juga menyebut gagasan mengenai nilai-nilai Eropa, tidak boleh dihancurkan. Untuk itu Eropa jangan sampai bertransformasi menjadi sebuah supermarket. Artinya, hanya orang-orang berkepentingan saja yang boleh masuk ke Eropa dan berkontribusi pada nilai-nilai yang baik.

Zelensky pertama kali mendesak larangan pemberian visa Schengen pada warga negara Rusia saat wawancara dengan surat kabar Washington Post. Ketika itu, dia menyebut warga negara Rusia harus hidup di dunianya sendiri hingga mereka mengubah filisophinya.

Permohonan Zelensky agar warga negara Rusia jangan diizinkan masuk Uni Eropa, masih belum dikabulkan. Namun Zelensky merasa tersentuh dengan dukungan dari negara-negara Baltik dan Republik Ceko. Finlandia juga memberikan dukungan pada Ukraina.

Rusia menyebut invasi itu sebagai "operasi militer khusus" untuk menjaga keamanannya sendiri dan juga melindungi penutur bahasa Rusia dari penganiayaan.

Ukraina dan Barat mengatakan ini adalah dalih tak berdasar untuk perang agresi gaya kekaisaran terhadap tetangga yang memperoleh kemerdekaan ketika Uni Soviet bentgukan Moskow bubar pada 1991.

Sumber: Reuters

Baca juga: KBRI Pamerkan Batik Kolaborasi Iwan Tirta Private Collection dan Kim Seo Ryong

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

1 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

2 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Mahasiswi Palestina di Indonesia Memaknai Hari Nakba

2 hari lalu

Mahasiswi Palestina di Indonesia Memaknai Hari Nakba

Hari Nakba merupakan peristiwa pengusiran dan pembersihan etnis massal terhadap sebagian besar rakyat Palestina yang berlangsung pada 1947 - 1948.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

3 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

3 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

3 hari lalu

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

PROTECT ditujukan untuk memperkuat hak-hak perempuan pekerja migran, anak-anak dan kelompok berisiko di Indonesia

Baca Selengkapnya

Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

3 hari lalu

Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

Berikut peraturan baru untuk mempermudah proses mencari kerja di Jerman bagi warga negara di luar Uni Eropa.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

4 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya