India Borong Minyak Rusia, Sanksi Barat Jadi Sia-Sia?

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Jumat, 8 Juli 2022 19:00 WIB

Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri) dan Perdana Menteri India, Narendra Modi (kanan) saat keduanya bertemu di New Delhi pada Kamis malam, 4 Oktober 2018 waktu setempat, untuk kerja sama 20 bidang. Indian Express

TEMPO.CO, Jakarta - Upaya Barat menghentikan impor minyak dari Rusia sebagai sanksi agar Presiden Vladimir Putin menghentikan agresinya ke Ukraina, tampaknya akan sia-sia. Hal ini karena India menggantikan posisi mereka dan meningkatkan pembelian dari Moskow.

India membeli lebih banyak minyak mentah Rusia sementara pemerintah mencari cara untuk melindungi perusahaan minyak domestik dari hukuman jika mereka melanggar sanksi.

Hasilnya adalah lompatan besar dalam volume minyak dari Rusia. Pada Mei, India mengimpor 819.000 barel per hari, dari 277.000 pada April dan 33.000 tahun lalu. Rusia sekarang menjadi pemasok terbesar kedua minyak ke India, menggantikan Arab Saudi, di bawah Irak.

Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat telah memberlakukan sanksi berat terhadap Rusia sejak Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari. Sementara New Delhi telah menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina, meski tidak secara eksplisit mengutuk invasi tersebut, yang Rusia katakan sebagai "operasi militer khusus".

Seorang pejabat pemerintah India mengatakan bahwa India berencana untuk melanjutkan pembelian minyak Rusia, dengan harga diskon yang sekarang semakin kecil. "Jika India berhenti membeli minyak dari Rusia, seluruh dunia akan mengejar potongan minyak yang sama dan itu akan semakin mendongkrak harga minyak," katanya.

Pejabat pemerintah mengatakan alasan utama India membeli minyak mentah Rusia adalah komersial.

Setelah China, India melakukan lebih dari negara mana pun untuk mengkompensasi penurunan permintaan minyak Rusia dari tempat lain, merusak upaya Barat untuk mengisolasi Moskow dan mempercepat berakhirnya perang di Ukraina.

Para pejabat mengatakan New Delhi ingin menghindari mengulangi kesalahan masa lalu: mematuhi sanksi terhadap Iran dan mengurangi impor minyak, hanya untuk melihat saingan regional utamanya, China, tidak terkena sanksi meski memborong minyak Iran sehingga diuntungkan secara ekonomi.

Advertising
Advertising

"India memiliki sikap bahwa jika China membeli, mengapa kami tidak?" kata Robin Mills, kepala eksekutif konsultan energi Qamar Energy.

"India tidak ingin berada di posisi yang sama lagi ketika China terus membeli minyak Iran dan India menghentikannya."

Sementara pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi menghargai hubungan baik dengan Washington dan Barat, para pejabat India mengatakan bahwa kebutuhan domestik adalah yang utama dan berpendapat bahwa Rusia telah menjadi teman yang lebih baik daripada Amerika Serikat dalam kerjasama energi.

Kebutuhan ekonomi juga berada di balik pergeseran tersebut. Penyulingan India telah membeli minyak Rusia dengan biaya lebih rendah meskipun diskon sekarang menyusut.

Menteri energi India Hardeep Singh Puri sering menyalahkan OPEC karena menahan minyak dari pasar, dan mengatakan harga tinggi tidak baik untuk produsen atau konsumen. "Kita harus menjaga kepentingan kita sendiri," kata Puri bulan lalu.

Presiden AS Joe Biden menggambarkan respons kebijakan energi India terhadap krisis Ukraina sebagai "agak goyah".

Pejabat India membantah bahwa apa yang dilakukan produsen minyak India adalah ilegal dan beberapa negara Eropa masih membeli minyak dan gas Rusia. Eksekutif di kilang milik negara dan swasta tidak mengharapkan pembelian minyak mentah Rusia melambat dalam waktu dekat.

Bulan lalu, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar mengajukan pertanyaan di sebuah konferensi: "Mengapa uang dan dana India yang berasal dari India dianggap mendanai perang (di Ukraina), sedangkan Eropa juga membeli gas dari Rusia?"

Mengacu pada sanksi AS terhadap minyak mentah Iran dan Venezuela, dia mengatakan, "Mereka (Eropa dan AS) telah memeras setiap sumber minyak lain yang kami miliki dan kemudian mengatakan Anda tidak akan pergi ke pasar dan mendapatkan kesepakatan terbaik untuk rakyat; itu bukan pendekatan yang adil".

Hubungan India dan Amerika Serikat juga dekat. Washington menawarkan untuk menjual lebih banyak peralatan pertahanan dan minyak ke India, misalnya, dan New Delhi bergabung dengan kemitraan perdagangan yang dipimpin AS Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik untuk Kemakmuran.

India juga anggota aliansi Quad, yang menghubungkannya dengan Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. India juga menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Australia, pembicaraan yang awalnya dimulai pada 2011.

Namun masalah minyak, tampaknya adalah urusan lain bagi India.

Reuters

Berita terkait

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

5 jam lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

8 jam lalu

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

Seorang anggota Kongres AS mendorong resolusi yang mengakui peristiwa Nakba dan hak pengungsi Palestina.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

9 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

14 jam lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

15 jam lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

17 jam lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

18 jam lalu

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

Grup vokal legendaris dari Amerika Serikat, All 4 One menggelar konser bertajuk All 4 One 30 Years Anniversary Tour di Jakarta pada 23 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

19 jam lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

20 jam lalu

Anak Buah Biden Ragu Israel Bisa Menang Lawan Hamas di Gaza

Pejabat AS mengatakan Israel tak bisa menang melawan Hamas karena strateginya meragukan.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

1 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya