Misi PBB Temukan Kemungkinan Kuburan Massal di Libya

Reporter

Tempo.co

Senin, 4 Juli 2022 20:30 WIB

Seorang anggota pasukan Libya menyisir bekas markas ISIS di Sirte, Libya, 22 Agustus 2016. Gedung ini dijadikan markas ISIS sebelum pasukan Libya dibantu PBB berhasil memukul mundur kelompok radikal tersebut. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah misi bentukan PBB di Libya mengatakan pada Senin 4 Juli 2022 menemukan kemungkinan kuburan massal yang jumlahnya bisa mencapai 100 jasad dan belum diselidiki di Tarhouna. Sebelumnya, ratusan jenazah telah ditemukan di kota itu.

Seperti dilansir Reuters, Misi Pencari Fakta (FFM) mendesak Tripoli untuk terus melakukan pencarian. Laporan yang akan diserahkan kepada Dewan HAM PBB pekan ini menguraikan bahwa sebuah milisi— milisi Kaniyat— yang digerakkan oleh tujuh orang bersaudara, mengeksekusi dan memenjarakan ratusan orang pada 2016-2020.

Mereka terkadang mengurung orang-orang di dalam bangunan seperti oven yang disebut "kotak". Selama interogasi, bangunan itu dibuat panas. Bukti penculikan, pembunuhan dan penyiksaan di Tarhouna oleh misi yang bekerja secara independen itu menjadi contoh pelanggaran HAM paling mengerikan sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011.

Di antara para korban adalah para penyandang disabilitas, perempuan dan anak-anak, menurut laporan setebal 51 halaman itu. Berdasarkan kesaksian penduduk dan dua kunjungan ke lokasi, FFM menemukan "landasan yang masuk akal" bahwa milisi Kaniyat melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Mereka juga mengidentifikasi empat komandan yang terlibat langsung dalam kejahatan itu. Pemerintah Libya sebelumnya menemukan 247 mayat di beberapa kuburan tunggal dan kuburan massal di Tarhouna, Libya barat. Banyak di antara korban masih mengenakan borgol dan penutup mata.

Advertising
Advertising

FFM menggunakan citra satelit untuk mengidentifikasi situs-situs baru, sebagian di antaranya menunjukkan adanya kerusakan pada tanah. Namun, kemungkinan masih banyak lagi, kata misi, seraya menyebut sebuah kuburan massal yang disebut "The Landfill" (tempat pembuangan sampah).

Baru sebagian kecil dari kuburan itu yang telah diselidiki. "Menurut informasi orang dalam, kemungkinan masih ada 100 lagi kuburan massal yang belum ditemukan," tulis laporan itu. Belum diketahui bagaimana temuan itu akan berdampak pada pemerintah Libya. Misi diplomatik negara itu di Jenewa tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.

Milisi Kaniyat pernah bersekutu dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional yang berpusat di Tripoli . Namun, milisi ini kemudian bergabung dengan Tentara Nasional Libya yang dipimpin oleh Khalifa Haftar, yang gagal menggulingkan pemerintah.

Milisi tersebut tidak lagi berkuasa di Tarhouna. Sebagian besar pemimpin Kaniyat yang masih bertahan diyakini telah melarikan diri ke wilayah timur Libya yang berada di bawah kendali Haftar.

Dalam kesimpulannya, FFM mendesak pemerintah Libya untuk terus mencari kuburan-kuburan itu. Mereka juga meminta mereka membentuk pengadilan khusus untuk mengadili kejahatan internasional.

Beberapa diplomat dan sumber-sumber di PBB mengatakan bahwa Libya dulu menyatakan keberatan untuk melanjutkan misi pencarian yang akan berakhir bulan ini. Sebuah resolusi untuk melanjutkan investigasi hingga sembilan bulan berikutnya sedang dibahas oleh Dewan HAM PBB dan keputusannya diharapkan keluar pekan ini.

Baca juga: Didatangi Pemerintah Tandingan, Tripoli Rusuh

SUMBER: REUTERS

Berita terkait

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

13 jam lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

17 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

1 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

1 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

1 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

1 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

3 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

3 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

4 hari lalu

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

Jaksa dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dilaporkan telah mewawancarai staf dari dua rumah sakit terbesar di Gaza

Baca Selengkapnya