100 Hari Perang di Ukraina, Rusia Dinilai Bisa Paksa Konflik dalam Waktu Lama

Reporter

Daniel Ahmad

Jumat, 3 Juni 2022 10:01 WIB

Pasukan pro-Rusia mengendarai kendaraan lapis baja melewati bangunan tempat tinggal yang hancur selama konflik Ukraina-Rusia di kota Popasna di Wilayah Luhansk, Ukraina 26 Mei 2022. Pernah menjadi kota berpenduduk 20.000 orang, Popasna tampak seperti kota hantu. REUTERS/Alexander Ermochenko

TEMPO.CO, Jakarta -Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari. Jumat 3 Juni 2022, tepat 100 hari invasi Moskow ke Ukraina.

Sudah lebih dari tiga bulan, invasi itu mengakibatkan banyaknya korban warga sipil. Jutaan warga Ukraina mengungsi keluar dari negaranya.

Di medan perang, tentara Ukraina melakukan perlawanan keras. Sehingga pasukan Rusia yang sudah bergerak maju ke utara Ukraina mendekat Kyiv, dipaksa mundur lagi ke timur.

Negara-negara Barat membantu dengan memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia untuk memaksa Moskow menarik pasukannya. Pasokan senjata dan bantuan-bantuan kemanusiaan juga diberikan pada Ukraina oleh negara-negara sahabat.

Pakar di bidang Hubungan Internasional sekaligus Direktur Pusat Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, mengatakan, tidak adanya negosiasi yang berjalan serius atas konflik ini bisa menyebabkan kebekuan dalam waktu yang lama.

Melihat 100 hari peperangan di Ukraina itu, Suzie berbincang dengan Tempo soal masalah lain berkaitan perang, seperti ancaman krisis pangan, melemahnya kekuatan militer Rusia, dan potensi Perang Dunia III.

Bagaimana anda melihat perkembangan perang sejauh ini, yang bergeser ke timur Ukraina? Apakah moral dan kemampuan militer Rusia melemah?

Perkembangan perang di Ukraina semakin menjadi rawan, dengan semakin jelasnya upaya melawan hukum internasional yang berkenaan dengan perebutan wilayah sebuah negara berdaulat yakni Ukraina oleh Rusia.

Jelas bahwa Ukraina, dengan penggunaan kekerasan senjata, akan di-partisi demi terbentuknya zona pengaman bagi Rusia. Kerawanan semakin jelas karena serbuan Rusia ini menimbulkan kerusakan dan perpindahan penduduk Ukraina yang mencoba menyelamatkan diri.

Kelemahan pasukan Rusia di medan pertempuran utara disebabkan oleh pemanfaatan pasukan yang terdiri dari orang-orang muda yang baru di rekrut. Sehingga tampaknya kurang siap menghadapi kekuatan militer dan gerilyawan Ukraina yang berperang karena semangat nasionalismenya.

Pasokan perlengkapan juga sulit karena wilayah Ukraina utara tersebut terlalu jauh dari Rusia. Tampak serbuan Javelin dan Drone Bayraktar dari Turki. Switch Blade Drone dan Phoenix Ghost Drone telah membuat peralatan kavaleri Rusia rusak berat dan memaksa Rusia untuk hanya ber konsentrasi di wilayah timur Ukraina.

Mengapa pintu negosiasi tampak belum terbuka untuk kedua belah pihak? Sampai saat ini tidak ada perundingan serius.

Pintu negosiasi tampak belum terbuka untuk kedua belah pihak karena ini persoalan perebutan teritorial negara berdaulat. Masing-masing-masing pihak bersikukuh, dan yang melakukan perebutan wilayah punya dukungan negara dengan kekuatan Veto di PBB, seperti Rusia dan Cina.

Perundingan serius baru bisa terjadi kalau kekuatan yang berperang sama dan semua kejahatan perang Rusia bisa diselesaikan di Mahkamah International Court Justice atau ICJ.

Dan berimplikasi pertanggungjawaban Presiden Rusia Vladimir Putin. Seperti dalam kasus Bosnia ketika Amerika Serikat turut membom dan menyelesaikan perang melalui jalan perundingan, yang melahirkan beberapa negara baru di wilayah negara Yugoslavia.

Seberapa jauh Rusia akan melangkah ke depannya, apa yang dipertaruhkan Moskow sekarang?

Yang dipertaruhkan Rusia sekarang adalah konsepsi bahwa Amerika Serikat bukan lagi sebagai pemasok barang publik keamanan internasional atau International Security Public Goods.

Sebab koalisi yang dibangun Rusia, misalnya dengan Cina di SCO atau Shanghai Cooperation Organization dan BRICS bersama Brazil, Russia, India, Cina, dan Afrika Selatan, memang pada dasarnya mencita-citakan terbentuknya sebuah persekutuan yang bisa secara efektif mengimbangi kekuatan Amerika Serikat.

Namun selama Rusia bisa mempertahankan wilayah yang direbutnya di Ukraina agar bisa menyambungkan Krimea melalui jalan darat ke Rusia, sulit dibayangkan akan terbuka jalan untuk bernegosiasi.

Advertising
Advertising

Karena semua perebutan wilayah oleh Rusia dilakukan berdasarkan alasan keinginan mewujudkan wilayah netral yang menjaga keamanan Rusia. Sedangkan Ukraina tidak akan mau mengakui berhasilnya Rusia merebut wilayahnya. Konflik ini bisa beku untuk jangka waktu yang lama atau frozen conflict.

Apakah Anda melihat akan ada perang yang lebih buruk di Eropa, apakah dunia menuju Perang Dunia III?

Saya tidak bisa membayangkan terjadinya perang nuklir, karena kalau Amerika Serikat melibatkan diri untuk menghentikan perang, Putin bisa mengancam dengan senjata nuklir taktis.

Yang lebih mungkin adalah pasokan senjata peluru kendali yang berjangkauan jauh dari negara sekutu NATO dan Amerika Serikat yang akan membuat kondisi perang lebih berimbang. Kalau berimbang bisa membuka jalan negosiasi.

Berita terkait

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

16 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

22 jam lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

22 jam lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

1 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

1 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

3 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

3 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

4 hari lalu

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

Rusia merebut lima desa dari Ukraina di wilayah Kharkiv. Rusia melakukan serangan besar-besaran di akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

5 hari lalu

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

Rusia tidak diundang ke pertemuan tanggal 15-16 Juni 2024 dalam KTT Perdamaian Ukraina di Lucerne, Swiss.

Baca Selengkapnya