Disebut Punya Uranium 18 Kali Lipat dari Kesepakatan, Iran Kritik Laporan IAEA

Reporter

Tempo.co

Rabu, 1 Juni 2022 17:30 WIB

Pemandangan fasilitas pengayaan uranium Natanz 250 km selatan ibu kota Iran, Teheran, 30 Maret 2005. REUTERS/Raheb Homavandi/File Photo]

TEMPO.CO, Jakarta -Pembicaraan untuk memulihkan kembali perjanjian nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara adidaya dunia, menemui jalan buntu. Ini menyusul laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pekan ini yang menyebut Iran mempercepat program nuklirnya jauh melampaui batas kesepakatan.

Seperti dilansir Reuters Selasa, ketegangan meningkat ketika Kementerian Luar Negeri Iran mengkritik tajam laporan triwulan IAEA yang dirilis pada Senin tentang program nuklir Iran.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh menegur temuan laporan itu yang menyebutkan bahwa persediaan pengayaan uranium Iran telah meningkat 18 kali lipat sejak tercapainya perjanjian nuklir pada 2015.

“Laporan itu tidak mencerminkan realitas pembicaraan antara Iran dan IAEA. Laporan itu juga tidak adil dan tidak berimbang,” kata Khatibzadeh.

IAEA mengatakan Iran masih gagal untuk menjelaskan jejak partikel uranium yang ditemukan oleh inspektur IAEA di bekas lokasi yang tidak diumumkan di negara itu. Masalah ini telah sejak lama menjadi sumber ketidaksepakatan antara Iran dan IAEA, meski ada desakan untuk mencapai penyelesaian pada Juni ini.

Advertising
Advertising

Kurangnya kemajuan dapat menimbulkan bentrokan diplomatik baru dengan Barat ketika Dewan Gubernur Badan Tenaga Atom Internasional yang beranggotakan 35 negara bertemu pekan depan.

Jika kekuatan Barat mencari resolusi yang mengkritik Teheran, hal ini bisa memberikan pukulan lebih lanjut terhadap upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Kendati demikian, negara-negara Barat sampai sekarang berulang kali menghindari memperingatkan Iran, karena khawatir dapat membahayakan pembicaraan nuklir.

"Kami meminta Iran untuk segera menanggapi pertanyaan dan kebutuhan IAEA berdasarkan perjanjian pengamanannya," ujar wakil juru bicara kementerian luar negeri Prancis, Francois Delmas, kepada wartawan.

Berbicara pada wartawan, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan telah menyampaikan keprihatinan Iran tentang kebuntuan yang menghantui perundingan tidak langsung dengan Amerika Serikat. Ini terkait perjanjian nuklir tahun 2015 itu pada Wakil Presiden AS Kamala Harris.

Hal itu menurut Amirabdollahian disampaikan melalui pihak ketiga, ketika mereka berada di Munich pada awal tahun ini.

Iran telah berulangkali menuntut jaminan bahwa tidak ada lagi presiden di masa depan yang dapat secara sepihak keluar dari perjanjian nuklir itu. Sebagaimana yang dilakukan mantan presiden Donald Trump pada 2018.

Namun, Gedung Putih mengatakan tidak dapat membuat komitmen seperti itu. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Ned Price pada Selasa (31/5) mengatakan mendukung laporan IAEA, dan bahwa “kami percaya kekhawatiran IAEA atas nuklir Iran harus diselesaikan dengan cepat.”

Baca juga: Teheran Mulai Proyek Bahan Bakar Logam Uranium, Perjanjian Nuklir Iran Terancam

SUMBER: NBC NEWS | REUTERS

Berita terkait

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

2 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

6 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

7 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

8 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

10 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

11 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

11 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

12 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

12 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

16 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya