Sejuta Warga Dukung Petisi Save Mariupol, Ada Gerakan Tolak Kehadiran Putin

Reporter

Daniel Ahmad

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 12 Mei 2022 07:00 WIB

Anak-anak bereaksi ketika mereka berlindung, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, di sebuah bunker yang dikatakan oleh Batalyon Azov Ukraina berada di pabrik baja Azovstal di Mariupol, Ukraina dalam tangkapan layar ini diambil dari video selebaran yang diperoleh Reuters pada 23 April 2022. Batalyon Azov /Handout melalui REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar satu juta lebih warganet mendukung petisi 'Save Mariupol'. Sampai Rabu malam, 11 April 2022, petisi itu sudah ditandatangani sebanyak 1.243.443.

Petisi ini dimulai oleh seorang aktivis sekaligus koordinator Pusat Sukarelawan Azov asal Ukraina, Kateryna Prokhorenko, pada Jumat, 6 Mei 2022. Lewat petisi itu, Prokhorenko meminta PBB untuk mengevakuasi penduduk yang tersisa di Mariupol.

Petisi Prokhorenko juga menuntut segera diterbitkannya ketentuan gencatan senjata demi mengevakuasi warga sipil dan militer di Mariupol lewat jalur laut ke wilayah Ukraina atau ke negara ketiga (selain Rusia) yang lebih aman.

“Penduduk sipil, serta personel militer yang membela Mariupol, bertahan dalam kondisi yang tidak manusiawi, sejumlah pemimpin dunia telah mengakui tindakan negara agresor sebagai genosida rakyat Ukraina,” bunyi petisi tersebut, dikutip dari siaran pers change.org.

Sebelumnya, Ukraina memperkirakan ada puluhan ribu warga sipil tewas di Mariupol, kota yang berlokasi di wilayah Donetsk Oblast. Sejak agresi Rusia yang dimulai pada 24 Februari, kota itu jadi medan pertempuran.

PBB dan Palang Merah mengatakan jumlah korban sipil yang tewas masih belum diketahui, namun diperkirakan sudah mencapai ribuan orang.

Sejumlah korban telah dimakamkan dalam kuburan massal, yang dipindahkan dari jalan-jalan oleh pasukan Rusia menggunakan truk kremasi untuk membakar mayat.

Rusia membantah telah melakukan pembunuhan terhadap warga sipil dan menyebut operasi militer dilakukan untuk menyelamatkan keturunan Rusia dari rezim Kyiv.

Rusia mengklaim sudah menguasai Mariupol, tapi masih ada warga Ukraina yang tersisa.

PBB, pada pekan lalu telah membantu mengevakuasi sekitar 500 lebih warga Ukraina yang berlindung di pabrik Azovstal, Mariupol. Usaha pengungsian beberapa kali gagal, dengan kedua pihak saling menyalahkan.

Dengan petisi ini, Prokhorenko ingin menjangkau sebanyak mungkin orang untuk menyebarkan berita soal Mariupol. Setelah adanya petisi ini, pihaknya sedang mempersiapkan seruan kolektif ke PBB berdasarkan itu.

Petisi Prokhorenko sendiri telah menjadi salah satu petisi yang tumbuh paling cepat di platform sejak dimulainya konflik militer di Ukraina.

“Ide untuk memulai petisi muncul dengan sangat sederhana. Sampai hari ini, banyak teman saya tetap di Azovstal. Saya pribadi mengenal banyak istri orang Azov dengan baik, jadi kami hanya berpikir: apa lagi yang bisa kami lakukan untuk membantu?”, kata Prokhorenko.

Sementara itu, di Indonesia ada petisi yang menolak kedatangan Presiden Vladimir Putin Rusia ke Konferensi Tingkat Tinggi G20, Bali, November 2022. Petisi tersebut dimulai oleh sebuah gerakan solidaritas demokrasi daring Milk Tea Alliance Indonesia.

Sampai Rabu malam, petisi tersebut sudah didukung oleh 74 ribu netizen dan diterjemahkan ke dalam tiga bahasa.

Berita terkait

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

15 jam lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

19 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

1 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

1 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

1 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

1 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Andrei Belousov: Rusia Harus Menang di Ukraina dengan Korban Minimal

2 hari lalu

Andrei Belousov: Rusia Harus Menang di Ukraina dengan Korban Minimal

Menhan Rusia yang baru, Andrei Belousov mengatakan tugas utama Rusia adalah menang di Ukraina dengan jumlah pasukan yang minimal.

Baca Selengkapnya

Ada Apa di Balik Perombakan Kabinet Putin di Masa Perang?

3 hari lalu

Ada Apa di Balik Perombakan Kabinet Putin di Masa Perang?

Perombakan mengejutkan dilakukan Presiden Putin, menggantikan Shoigu dengan ekonomi Andrei Belousov sebagai menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

3 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya