Kandidat Calon Presiden Prancis: dari Islamphobia sampai Pro-Rusia

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 4 April 2022 12:05 WIB

Unjuk rasa Islamophobia di Ibu Kota Paris, Prancis. Sumber: Lisa Bryant/voanews.com

TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan presiden Prancis yang akan digelar pada 10 April mendatang, tampaknya tidak memberikan angin segar bagi komunitas Muslim di negara itu.

Selain petahana Emmanuel Macron, ada empat calon yang akan menjadi penantang terkuat berdasarkan survei, seperti dilaporkan Reuters, 30 Maret 2022.

Menurut Julien Talpin, seorang peneliti ilmu politik di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional (CNRS), masa jabatan pertama Presiden Macron telah “suram” bagi Muslim Prancis – dengan penerapan undang-undang separatisme pada musim panas 2021 yang berdampak sangat signifikan.

Pemerintah mengklaim undang-undangnya dimaksudkan untuk memperkuat sistem sekuler Prancis, para kritikus mengatakan undang-undang itu secara tidak adil menyasar komunitas Muslim dan membatasi kebebasan beragama.

“Kami melihat dengan jelas dalam debat Majelis Nasional bahwa targetnya adalah komunitas Muslim,” katanya seperti dikutip Aljazeera, Minggu, 3 April 2022.

Advertising
Advertising

“Ada gagasan bahwa ada masalah besar-besaran separatisme dan komunitarianisme di masyarakat, yang harus dilawan oleh Prancis dengan hukum.”

Undang-undang tersebut pertama kali diperkenalkan setelah pembunuhan mengerikan terhadap Samuel Paty, seorang guru yang dipenggal kepalanya oleh seorang pengungsi Muslim Rusia berusia 18 tahun setelah ia menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Charlie Hebdo yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Konsekuensi bagi komunitas Muslim sangat merugikan, kata Talpin. Selain puluhan masjid yang terpaksa ditutup, organisasi Collective Against Islamophobia in France (CCIF) ditutup, dan beberapa badan amal Muslim dibubarkan.

Calon yang juga tidak populer bagi warga Muslim adalah Valeri Pecresse. Wanita besi Prancis ini adalah anak didik mantan Presiden konservatif Jacques Chirac dan seorang menteri dalam pemerintahan konservatif Nicolas Sarkozy.

Dia telah memperkuat pembicaraannya tentang imigrasi dan Islam untuk meniadakan ancaman dari sayap kanan. Ibu Muslim yang menemani anak-anak dalam perjalanan sekolah akan dilarang mengenakan jilbab dan radikalisasi agama akan menjadi pelanggaran berat dari pekerjaan apa pun, katanya.

Berikutnya: Larang pemakaian Mohammed sebagai nama depan

Berita terkait

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

2 hari lalu

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

2 hari lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

3 hari lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

9 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

13 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

19 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

27 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

27 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

28 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

32 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya