Komandan: Veteran Suriah Siap Berperang untuk Rusia di Ukraina

Reporter

Tempo.co

Minggu, 20 Maret 2022 17:45 WIB

Sistem roket multi-peluncuran BM-30 Smerch (Tornado) diyakini sebagai senjata Rusia yang menembakkan roket dengan hulu ledak cluster-bom ke warga sipil Ukraina. Smerch telah beroperasi sejak 1987 dan pada saat itu merupakan salah satu sistem roket paling mematikan di dunia. Foto : 19fortyfive

TEMPO.CO, Jakarta -Beberapa veteran pejuang paramiliter Suriah mengatakan siap dikerahkan ke Ukraina untuk berperang mendukung sekutu mereka, Rusia.

Namun, seperti diungkapkan dua komandan mereka kepada Reuters Ahad 20 Maret 2022, belum ada instruksi untuk pergi.

Nabil Abdallah, seorang komandan di paramiliter Pasukan Pertahanan Nasional (NDF), mengatakan dia siap menggunakan keahlian dalam pertempuran perkotaan yang diperoleh selama perang Suriah untuk membantu Rusia. Abdallah berbicara kepada Reuters melalui telepon dari Kota Suqaylabiyah, Suriah.

"Begitu mendapat instruksi dari pemimpin Suriah dan Rusia, kami akan ikut berperang," kata Abdallah pada 14 Maret, empat hari setelah Presiden Vladimir Putin memberi lampu hijau bagi 16 ribu sukarelawan dari Timur Tengah untuk ditempatkan di Ukraina.

"Kami tidak takut perang ini dan siap bergabung. Kami akan menunjukkan kepada mereka apa yang tidak pernah mereka lihat. Kami akan mengobarkan perang jalanan dan (menerapkan) taktik yang kami peroleh selama pertempuran yang mengalahkan teroris di Suriah," ujar dia.

Advertising
Advertising

Hingga kini, Reuters belum menerima jawaban dari Kementerian Pertahanan Rusia apakah bermaksud mengeluarkan instruksi bagi para pejuang NDF untuk dikerahkan atau apakah ada pejuang NDF yang telah direkrut sejauh ini.

Reuters juga belum menerima jawaban dari kementerian informasi Suriah dan tentara tentang apakah Suriah bermaksud mengeluarkan instruksi bagi para pejuang NDF untuk dikerahkan, atau apakah ada pejuang NDF yang telah direkrut sejauh ini.

Suriah adalah sekutu terdekat Rusia di Timur Tengah, dan intervensi Moskow dalam perang Suriah pada 2015 terbukti membantu Presiden Bashar al-Assad mengalahkan pasukan pemberontak di sebagian besar negara. Ribuan anggota NDF ini berpotensi besar bagi Rusia jika perang Ukraina berlarut-larut.

Baca juga: Pria yang Tumbuh dalam Perang Irak-Iran Ini Berjibaku Membantu Warga Ukraina

SUMBER: REUTERS

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

5 jam lalu

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

Ketua parlemen Rusia mengecam Uni Eropa yang melarang distribusi empat media Rusia. Hal itu sama dengan menolak menerima sudut pandang alternatif

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

3 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

3 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

3 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

3 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

4 hari lalu

Ungkap Kejahatan Perang Australia di Afghanistan, Tentara Divonis Hampir Enam Tahun Penjara

Pengadilan Australia menjatuhkan hukuman hampir enam tahun penjara kepada eks pengacara militer yang ungkap tuduhan kejahatan perang di Afghanistan

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

5 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

5 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya