Putin Perintahkan Pasukan Bersenjata Nuklir Siaga

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 28 Februari 2022 07:25 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin beristirahat dibawah pohon saat liburan singkat di kawasan Siberia, Rusia, 26 September 2021. Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukan dengan persenjataan nuklir Rusia dalam siaga tinggi, sementara Ukraina yang didukung Barat mengatakan telah memukul mundur pasukan darat Rusia di sejumlah kota.

"Tidak hanya negara-negara Barat mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita dalam dimensi ekonomi - maksud saya sanksi ilegal yang diketahui semua orang dengan sangat baik - tetapi juga para pejabat tinggi negara-negara NATO terkemuka membiarkan diri mereka membuat pernyataan agresif berkaitan dengan negara kita," katanya di televisi pemerintah, Minggu, 27 Februari 2022.

Putin sebelumnya merujuk pada persenjataan nuklirnya dalam pidato pengumuman dimulainya invasi pada hari Kamis, dengan mengatakan bahwa siapa pun yang menghalangi Rusia akan menerima "konsekuensi yang belum pernah Anda temui dalam sejarah Anda".

Pernyataan Putin ditanggapi Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, yang memperingatkan bahwa NATO merupakan aliansi nuklir, namun memilih mengesampingkan intervensi militer dalam membela Ukraina.

“Saya rasa Presiden Vladimir Putin harus mengerti bahwa NATO adalah sebuah aliansi nuklir. Ini yang ingin saya tekankan,” kata Le Drian, Kamis, 24 Februari 2022.

Advertising
Advertising

Putin, yang menyebut invasi itu sebagai "operasi khusus", memasukkan elemen baru yang mengkhawatirkan ketika dia memerintahkan "pasukan pencegahan" Rusia - yang menggunakan senjata nuklir - dalam siaga tinggi.

Pernyataan terakhir Putin dinilai Amerika Serikat sebagai Rusia telah meningkatkan perang dengan "retorika berbahaya", di tengah tanda-tanda bahwa serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua itu tidak menghasilkan kemenangan cepat, tetapi menghasilkan tanggapan Barat yang luas dan terpadu.

Kantor Presiden Ukraina mengatakan negosiasi dengan Moskow tanpa prasyarat akan diadakan di perbatasan Belarusia-Ukraina. Tetapi tidak jelas kapan mereka akan mulai.

"Saya tidak terlalu percaya dengan hasil pertemuan ini, tetapi biarkan mereka mencoba, sehingga nantinya tidak ada satu pun warga Ukraina yang ragu bahwa saya, sebagai presiden, mencoba menghentikan perang," kata Presiden Volodymyr Zelenskiy.

Kurang dari empat hari setelah dimulai, invasi ini memicu respons politik, strategis, ekonomi, dan korporat Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam jangkauan dan koordinasinya.

Uni Eropa dengan 27 negara anggota memutuskan untuk pertama kalinya memasok senjata ke negara yang sedang berperang, dan sebuah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa mereka akan mengirim persenjataan senilai 450 juta euro atau Rp7,2 triliun ke tetangga timurnya itu.

Ketika rudal jatuh di kota-kota Ukraina, hampir 400.000 warga sipil, terutama wanita dan anak-anak, telah mengungsi ke negara-negara tetangga. Ratusan orang terdampar di Kyiv pada hari Minggu menunggu kereta api untuk membawa mereka ke barat, jauh dari pertempuran.

Ibukota tetap di tangan pemerintah Ukraina, dengan Zelenskiy menggalang rakyatnya setiap hari meskipun Rusia menembaki infrastruktur sipil.

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan oksigen medis hampir habis. Tetapi seorang dokter mengatakan bank darah pada hari Sabtu kembali penuh sesak dengan pendonor.

Uni Eropa menutup semua pesawat Rusia dari wilayah udaranya, seperti yang dilakukan Kanada, dan melarang media Rusia RT dan Sputnik. Dengan berkurangnya pilihan penerbangan, Amerika Serikat dan Prancis mendesak warganya untuk segera mempertimbangkan meninggalkan Rusia.

Jerman, yang telah membekukan pipa gas bawah laut yang direncanakan dari Rusia, mengatakan akan meningkatkan pengeluaran pertahanan secara besar-besaran, menghilangkan keengganan selama beberapa dekade untuk mencocokkan kekuatan ekonominya dengan kekuatan militer.

Perusahaan minyak utama Inggris BP mengumumkan akan menyerahkan 19,75% sahamnya di raksasa minyak Rusia Rosneft, menghapuskan hingga 25 miliar dolar AS.

Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan ekonomi Kelompok Tujuh akan membahas Ukraina pada hari Selasa, dan bahwa bank tersebut mungkin dapat memberikan bantuan keuangan kepada Ukraina dalam beberapa hari.

Reuters

Berita terkait

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

7 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

8 jam lalu

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

Band rock asal California, As I Lay Dying akan turut mengguncang panggung Hammersonic 2024 pada Ahad, 5 Mei 2024. Berikut profil band metal itu.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

10 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

12 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

15 jam lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

18 jam lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

18 jam lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

19 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

20 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

1 hari lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya