Sosok Ramzan Kadyrov, Presiden Chechnya yang Kirim Tentara ke Ukraina

Reporter

Tempo.co

Minggu, 27 Februari 2022 19:00 WIB

Ramzan Kadyrov, Presiden Chechen. Sumber: Reuters

TEMPO.CO, Jakarta - Sosok Ramzan Kadyrov, Presiden Chechnya, menjadi sorotan publik dunia setelah memutuskan mengirim tentara Chechen ke Ukraina. Rusia serang Ukraina pada Kamis pagi, 24 Februari 2022, setelah berbulan-bulan terjadi ketegangan di perbatasan Ukraina timur dengan Rusia.

Pemerintahan Presiden Kadyrov di Chechnya, yang terpilih pada 2007, mendapatkan dukungan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin. Saat Rusia serang Ukraina, Kadyrov terdorong untuk membela Rusia dengan mengirimkan tentaranya ke Ukraina.

Sebuah gedung apartemen yang rusak akibat penembakan baru-baru ini di Kyiv, Ukraina 26 Februari 2022. REUTERS/Gleb Garanich

Advertising
Advertising

Dia mengklaim, sejauh ini pasukannya tidak mengalami kekalahan, tidak ada yang gugur, bahkan tidak ada yang pilek. Kadyrov meyakinkan tentara Chechnya akan berusaha sebaik mungkin menghindari jatuhnya korban jiwa.

Chechnya adalah sebuah wilayah yang secara de factor telah meraih kemerdekaan setelah perang Chenchen pada 1994 – 1996. Namun secara de jure masih menjadi bagian dari Rusia.

Saat ini Kadyrov, dilaporkan sedang terinfeksi virus corona. Dia menyebut dokter-dokter di Chechen seharusnya di pecat. Padahal, dokter-dokter di Chechen mengeluh karena kurangnya APD.

Kantor berita di Rusia pada Kamis, 24 Februari 2022, mewartakan Kadyrov saat ini sudah diterbangkan ke Ibu Kota Moskow untuk mendapatkan perawatan virus corona.

Kadyrov, 45 tahun, memegang tampuk kekuasaan di Chechnya persisnya setelah ayahnya Akhmat Kadyrov, yang memimpin Chechnya sebelumnya, tewas terbunuh dalam sebuah serangan bom mobil. Pemerintahan Kadyrov saat ini mendapat dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kadyrov dan ayahnya sama-sama memerangi Moskow saat terjadi pertumpahan darah pertama dalam konflik separatis Chechnya pada 1994 – 1996. Namun keduanya berubah menjadi mendukung Rusia ketika terjadi pertumpahan darah kedua pada 1999 atau saat Rusia sudah dipimpin Presiden Putin.

Lalu, apa yang membuat Kadyrov berubah sikap menjadi mendukung Rusia? Kadyrov menegaskan Rusia mendukung kemerdekaan Chechnya dan dalam beberapa tahun terakhir banyak terjadi pembangunan di Chechnya lewat bantuan Moskow. Sebagaian besar penduduk Chechnya beragama Islam.

“Kalau bukan karena Putin, Chechnya mungkin tidak pernah ada,” kata Kadyrov, dalam sebuah wawancara.

Kadyrov ditunjuk menjadi Presiden Chechnya saat dia baru berusia 30 tahun. Dia telah dikenal sebagai pemimpin yang dengan tegas memberantas pemberontakan-pemberontakan kelompok garis keras dan mengatasi segala bentuk silang pendapat.

Sumber: aljazeera.com

Baca juga: Tentara Chechnya Diberangkatkan ke Ukraina, Bertugas Buru Petinggi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Prabowo akan Anggarkan Rp 16 Triliun per Tahun untuk IKN, Kementerian PUPR: Sisanya dari Investor

1 hari lalu

Prabowo akan Anggarkan Rp 16 Triliun per Tahun untuk IKN, Kementerian PUPR: Sisanya dari Investor

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tanggapi rencana Prabowo Subianto alokasikan Rp 16 triliun per tahun untuk IKN.

Baca Selengkapnya

Pemprov Kaltim Siapkan 16 Sapi Kurban Bantuan Presiden Jokowi

1 hari lalu

Pemprov Kaltim Siapkan 16 Sapi Kurban Bantuan Presiden Jokowi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyiapkan 16 sapi kurban bantuan Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

1 hari lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

1 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

2 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

3 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

3 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Andrei Belousov: Rusia Harus Menang di Ukraina dengan Korban Minimal

3 hari lalu

Andrei Belousov: Rusia Harus Menang di Ukraina dengan Korban Minimal

Menhan Rusia yang baru, Andrei Belousov mengatakan tugas utama Rusia adalah menang di Ukraina dengan jumlah pasukan yang minimal.

Baca Selengkapnya