WHO Beri Kabar Baik Soal Omicron: Gejala Ringan, Tak Merusak Paru

Reporter

Tempo.co

Rabu, 5 Januari 2022 13:39 WIB

Orang-orang menerima dosis booster Pfizer atau Moderna di aula olahraga yang menjadi pusat vaksinasi saat lockdown menjelang Tahun Baru di Middelharnis, Belanda, 31 Desember 2021. Negara kincir angin ini telah menimbun hampir 6 juta vaksin Covid-19 tambahan booster untuk menghadapi varian Omicron. Robin Utrecht/ABACAPRESS.COM

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan varian Omicron virus Corona menyebabkan gejala yang lebih ringan dibandingkan varian sebelumnya. Manajer Insiden WHO Abdi Mahamud mengatakan kepada wartawan di Jenewa, lebih banyak bukti yang muncul bahwa varian Omicron mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas.

Dibandingkan varian sebelumnya seperti Delta, Omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan. Namun Omicron amat cepat menyebar meski dengan tingkat kematian yang rendah.

Sejak Omicron terdeteksi pertama kali pada November, data WHO menunjukkan bahwa varian itu telah menyebar dengan cepat dan muncul di setidaknya 128 negara. Banyak negara dan penduduknya dilema karena ingin memulai kembali ekonomi dan kehidupan mereka setelah hampir dua tahun terganggu pandemi.

Sementara jumlah kasus telah melonjak, tingkat rawat inap dan kematian lebih rendah dibandingkan fase lain dalam pandemi. "Apa yang kita lihat sekarang adalah pemisahan antara kasus dan kematian," katanya.

Mahamud berkaca pada kasus yang terjadi di Afrika Selatan, negara pertama yang mendeteksi varian Omicron. Namun Afrika Selatan berbeda dengan Eropa. Penduduk di Afrika Selatan didominasi populasi muda dan beberapa faktor lainnya.

Advertising
Advertising

Dia memperingatkan bahwa penularan Omicron yang tinggi akan menjadi dominan dalam beberapa pekan mendatang. Pada negara yang penduduknya tidak divaksinasi, hal ini tetap menjadi ancaman bagi sistem medis.

Mahamud mengatakan vaksinasi Covid-19 diharapkan bisa memberikan perlindungan terhadap Omicron. Dia juga mengatakan terlalu dini menyebutkan perlu vaksin khusus untuk Omicron.

Cara terbaik untuk mengurangi dampak varian tersebut adalah memvaksinasi 70 persen populasi di setiap negara, ketimbang menawarkan vaksin booster.

Baca: Hasil Studi: Kalkulasi Kecepatan Penularan dan Keparahan Omicron Dibanding Delta

REUTERS

Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

52 menit lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

3 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

3 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

4 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

4 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

4 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

7 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

9 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya