Filipina Beli Dua Kapal Perang Baru dari Korea Selatan

Reporter

Tempo.co

Kamis, 30 Desember 2021 16:00 WIB

Presiden Filipina Rodrigo Duterte (empat dari kiri) berjabat tangan dengan Laksamana Muda Rusia Eduard Mikhailov di atas kapal angkatan laut anti-kapal selam Rusia Laksamana Tributs di Manila pada 6 Januari 2017.[CNN]

TEMPO.CO, Jakarta - Filipina telah memesan dua kapal perang baru dari perusahaan Korea Selatan Hyundai Heavy Industries, kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana pada Selasa.

Angkatan Laut Filipina tertinggal dengan masih mengandalkan kapal perang tua dalam beberapa puluh tahun terakhir, bahkan masih mengoperasikan kapal perang AS dari Perang Dunia II sampai pendahulu Presiden Rodrigo Duterte, Benigno Aquino, memulai program modernisasi sederhana pada 2010.

Kesepakatan 28 miliar peso (Rp7,8 triliun) pada Selasa dengan raksasa pembuat kapal Korea Selatan itu terjadi lima tahun setelah perusahaan itu juga memenangkan kontrak untuk membangun dua fregat baru untuk Angkatan Laut Filipina, dilaporkan Channel News Asia, 29 Desember 2021.

Korvet dan fregat kecil, kapal perang cepat terutama digunakan untuk melindungi kapal lain dari serangan.

"Proyek ini akan memberi Angkatan Laut Filipina dua korvet modern yang mampu melakukan misi anti-kapal, anti-kapal selam dan anti-perang udara," kata Lorenzana dalam pidato pada upacara penandatanganan di Manila.

Advertising
Advertising

Dua korvet akan dikirimkan pada 2026.

Korvet dan fregat adalah kapal perang kecil dan cepat yang terutama digunakan untuk melindungi kapal lain dari serangan. Setiap kapal memiliki berat 3.200 ton dan panjang 116 meter. Kapal jenis ini akan mampu mencapai kecepatan maksimum 25 knot dan kecepatan jelajah 15 knot, dengan jangkauan 4.500 mil laut, menurut IBTimes.

Selain itu, korvet juga akan memiliki delapan peluncur rudal anti kapal, sistem senjata jarak dekat 35 mm, meriam utama 76 mm, dua peluncur torpedo tiga tabung, dan radar Active Electronically Scanned Array (AESA).

Angkatan Laut Filipina baru-baru ini mengakuisisi dua fregat dari perusahaan Korea Selatan dalam kesepakatan yang ditandatangani lima tahun lalu. Manila juga akan memiliki korvet kelas Pohang yang telah dinonaktifkan dari Angkatan Laut Korea Selatan yang diperbaharui dan dikirim ke sana tahun depan.

Untuk mempertahankan diri dari perang Cina, Filipina juga telah mengakuisisi dua kapal bekas penjaga pantai AS dan tiga kapal pendarat dari Australia.

Kapal perang Filipina BRP Sierra Madre bersandar di dekat atol Thomas II yang disengketakan, bagian dari Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan 30 Maret 2014. [REUTERS/Erik De Castro/File Photo]

Kesepakatan ini datang ketika ketegangan antara Cina dan Filipina masih meningkat di Laut Cina Selatan.

Pada November Filipina menolak memindahkan kapal angkatan laut tua yang berlabuh di sebuah atol di Laut Cina Selatan, menolak permintaan Cina untuk memindahkan kapal itu, Reuters melaporkan.

Kapal pendarat tank sepanjang 100 meter dibangun untuk Angkatan Laut AS selama Perang Dunia Kedua.

"Kapal itu sudah ada sejak 1999. Kalau ada komitmen pasti sudah lama disingkirkan," kata Menteri Pertahanan Lorenzana.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengatakan Beijing menuntut pihak Filipina menghormati komitmennya dan memindahkan kapalnya yang dilabuhkan secara ilegal.

Beting Thomas Kedua, 195 km)dari Palawan, adalah rumah sementara dari kontingen kecil militer di atas kapal berkarat, yang terjebak di karang.

Lorenzana menuduh Cina melanggar kedaulatan Filipina ketika penjaga pantainya mengganggu misi pasokan untuk pasukan.

Cina mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan sebagai miliknya, menggunakan klaim "sembilan garis putus-putus" pada peta yang menurut putusan arbitrase internasional di Den Haag pada 2016 tidak memiliki dasar hukum.

Cina mengklaim hampir semua jalur air Laut Cina Selatan yang dilalui perdagangan triliunan dolar setiap tahun, dengan klaim saling silang dari Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

Baca juga: Cina Minta RI Hentikan Pengeboran Migas di Laut Natuna dan Protes Garuda Shield

CHANNEL NEWS ASIA | IBTIMES | REUTERS

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

13 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

14 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

14 jam lalu

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

Gregoria Mariska Tunjung terus merebut poin di Uber Cup 2024

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

18 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Parlemen Korea Selatan Loloskan RUU Investigasi Tragedi Hallowen 2022, Selanjutnya?

20 jam lalu

Parlemen Korea Selatan Loloskan RUU Investigasi Tragedi Hallowen 2022, Selanjutnya?

Tragedi Itaewon Hallowen 2022 merupakan tragedi kelam bagi Korea Selatan dan baru-baru ini parlemen meloloskan RUU untuk selidiki kasus tersebut

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

21 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

1 hari lalu

Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Bawa Indonesia Unggul 1-0 atas Korea Selatan

Anthony Sinisuka Ginting sukses menyudahi perlawanan sengit tunggal putra Korea Selatan Jeon Heyok Jin pada babak perempat final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya