Kiprah Mikhail Gorbachev: Konsep Glasnost-Perestroika untuk Uni Soviet

Reporter

Tempo.co

Editor

Dwi Arjanto

Senin, 27 Desember 2021 01:40 WIB

Raisa Gorbachev, berbicara dengan suaminya Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden Kuba Fidel Castro saat berada di monumen Lenin di Havana pada 3 April 1989. AP/Charles Tasnadi, Boris Spremo/Toronto Star via Getty Images

TEMPO.CO, Moskow -Mikhail Gorbachev merupakan presiden terakhir Uni Soviet, tapatnya preside ke-8—walaupun setelahnya terdapat nama Gennady Yanayev yang mengklaim jabatan Gorbachev selama 2 hari.

Gorbachev terkenal dengan kebijakannya seperti perestroika (restrukturisasi) dan glasnost (keterbukaan).

Sebelum Mikhail Gorbachev memimpin Uni Soviet, ekonomi negara tersebut sedang diambang kehancuran. Leonid Brezhnev, pemimpin Uni Soviet ke-5 mengalami kepikunan dan tidak bisa mengendalikan negara secara efektif selama beberapa tahun terakhir.

Ketika itu Politbiro didominasi oleh orang-orang uzur, dan mereka sebagian besar orang Rusia.

Representasi non-Rusia di puncak partai dan pemerintah telah menurun dari waktu ke waktu. Yury V. Andropov dan kemudian Konstantin Chernenko memimpin negara itu dari tahun 1982 hingga 1985, tetapi pemerintahan mereka gagal mengatasi masalah-masalah kritis.

Lebih lanjut, Andropov percaya bahwa stagnasi ekonomi dapat diatasi dengan disiplin pekerja yang lebih besardan dengan memberantas korupsi. Dia tidak menganggap struktur sistem ekonomi Soviet itu sendiri sebagai penyebab masalah ekonomi negara yang berkembang.

Ketika Gorbachev menjadi kepala Partai Komunis pada tahun 1985, ia meluncurkan perestroika.

Berikutnya : Awalnya Gorbachev percaya dengan struktur ekonomi Uni Soviet...
<!--more--><!--more-->

Awalnya Gorbachev percaya dengan struktur ekonomi Uni Soviet dan hanya membutuhkan sedikit reformasi pada sektor ekonomi.

Advertising
Advertising

Berdasarkan britannica.com, ia menempuh kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan investasi modal.

Penanaman modal adalah untuk meningkatkan basis teknologi ekonomi Soviet serta mempromosikan perubahan struktural ekonomi tertentu. Tujuannya cukup jelas: membawa Uni Soviet setara secara ekonomi dengan Barat.

Namun, setelah dua tahun, Gorbachev sampai pada kesimpulan bahwa perubahan struktural yang lebih dalam diperlukan. Pada 1987-1988 ia mendorong melalui reformasi yang berjalan kurang dari setengah jalan menuju penciptaan sistem pasar semi-bebas.

Konsekuensi dari bentuk ekonomi semi-campuran ini yaitu kontradiksi dari reformasi yang ia gaungkan diawal dan membawa kekacauan ekonomi ke Uni Soviet.

Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh Gorbachev yaitu dengan membuat istilah glasnost sebagai pondasi yang cukup penting untuk menuntaskan reformasi ekonomi yang ia sebut sebelumnya.

Ia percaya bahwa keterbukaan sistem politik—pada dasarnya, mendemokratisasinya—adalah satu-satunya cara untuk mengatasi kelambanan aparatur politik dan birokrasi yang berkepentingan besar untuk mempertahankan status quo.

Selain itu, Gorbachev percaya bahwa jalan menuju pemulihan ekonomi dan sosial Uni Soviet membutuhkan keterlibatan orang dalam proses politik. Glasnost juga memberi media lebih banyak kebebasan berekspresi, dan editorial yang mengeluhkan kondisi tertekan dan ketidakmampuan pemerintah untuk memperbaikinya mulai muncul.

GERIN RIO PRANATA
Baca : Cerita Warga Jerman Bawa Palu Congkel Tembok Berlin pada 32 Tahun Lalu


Berita terkait

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

12 jam lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

19 jam lalu

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah menjadi perbincangan era 1950-an kala melawan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne 1956 pada 29 November 1956.

Baca Selengkapnya

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

1 hari lalu

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

Sukhoi Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4++ yang dilengkapi dengan teknologi canggih

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

1 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

1 hari lalu

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

Pemerintah Rusia menyambut presiden baru Indonesia. Siap lanjutkan kerja sama.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

2 hari lalu

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

Top 3 dunia adalah Rusia menawarkan Sukhoi ke RI, AS minta Cina buka pintu untuk pengusahanya hingga persiapan senjata Rusia lawan Ukraina.

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Pasok Pesawat Tempur Sukhoi Jika Indonesia Berminat

3 hari lalu

Rusia Siap Pasok Pesawat Tempur Sukhoi Jika Indonesia Berminat

Kedubes Rusia mengatakan Moskow siap memasok pesawat tempur Sukhoi jika ada minat dari Jakarta.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Spyware Israel, Kerja Sama Rusia-RI, Korea Utara-Iran

3 hari lalu

Top 3 Dunia: Spyware Israel, Kerja Sama Rusia-RI, Korea Utara-Iran

Top 3 Dunia dibuka dengan berita dari Spanyol tentang spyware Israel yang memata-matai PM Pedro Sanchez.

Baca Selengkapnya

Rusia Sebut Punya Persenjataan Cukup untuk Lawan Ukraina dan Bantuan Miliaran Dolar AS

3 hari lalu

Rusia Sebut Punya Persenjataan Cukup untuk Lawan Ukraina dan Bantuan Miliaran Dolar AS

Kedubes Rusia mengatakan persiapan negaranya sangat kuat untuk melawan Ukraina yang akan mendapat bantuan senilai miliaran dolar dari AS.

Baca Selengkapnya

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

3 hari lalu

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan industri Rusia kini menjadi lebih kuat meski banyak disanksi oleh Barat.

Baca Selengkapnya