Kiprah Mikhail Gorbachev: Konsep Glasnost-Perestroika untuk Uni Soviet
Reporter
Tempo.co
Editor
Dwi Arjanto
Senin, 27 Desember 2021 01:40 WIB
TEMPO.CO, Moskow -Mikhail Gorbachev merupakan presiden terakhir Uni Soviet, tapatnya preside ke-8—walaupun setelahnya terdapat nama Gennady Yanayev yang mengklaim jabatan Gorbachev selama 2 hari.
Gorbachev terkenal dengan kebijakannya seperti perestroika (restrukturisasi) dan glasnost (keterbukaan).
Sebelum Mikhail Gorbachev memimpin Uni Soviet, ekonomi negara tersebut sedang diambang kehancuran. Leonid Brezhnev, pemimpin Uni Soviet ke-5 mengalami kepikunan dan tidak bisa mengendalikan negara secara efektif selama beberapa tahun terakhir.
Ketika itu Politbiro didominasi oleh orang-orang uzur, dan mereka sebagian besar orang Rusia.
Representasi non-Rusia di puncak partai dan pemerintah telah menurun dari waktu ke waktu. Yury V. Andropov dan kemudian Konstantin Chernenko memimpin negara itu dari tahun 1982 hingga 1985, tetapi pemerintahan mereka gagal mengatasi masalah-masalah kritis.
Lebih lanjut, Andropov percaya bahwa stagnasi ekonomi dapat diatasi dengan disiplin pekerja yang lebih besardan dengan memberantas korupsi. Dia tidak menganggap struktur sistem ekonomi Soviet itu sendiri sebagai penyebab masalah ekonomi negara yang berkembang.
Ketika Gorbachev menjadi kepala Partai Komunis pada tahun 1985, ia meluncurkan perestroika.
Berikutnya : Awalnya Gorbachev percaya dengan struktur ekonomi Uni Soviet...
<!--more--><!--more-->
Awalnya Gorbachev percaya dengan struktur ekonomi Uni Soviet dan hanya membutuhkan sedikit reformasi pada sektor ekonomi.
Berdasarkan britannica.com, ia menempuh kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan investasi modal.
Penanaman modal adalah untuk meningkatkan basis teknologi ekonomi Soviet serta mempromosikan perubahan struktural ekonomi tertentu. Tujuannya cukup jelas: membawa Uni Soviet setara secara ekonomi dengan Barat.
Namun, setelah dua tahun, Gorbachev sampai pada kesimpulan bahwa perubahan struktural yang lebih dalam diperlukan. Pada 1987-1988 ia mendorong melalui reformasi yang berjalan kurang dari setengah jalan menuju penciptaan sistem pasar semi-bebas.
Konsekuensi dari bentuk ekonomi semi-campuran ini yaitu kontradiksi dari reformasi yang ia gaungkan diawal dan membawa kekacauan ekonomi ke Uni Soviet.
Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh Gorbachev yaitu dengan membuat istilah glasnost sebagai pondasi yang cukup penting untuk menuntaskan reformasi ekonomi yang ia sebut sebelumnya.
Ia percaya bahwa keterbukaan sistem politik—pada dasarnya, mendemokratisasinya—adalah satu-satunya cara untuk mengatasi kelambanan aparatur politik dan birokrasi yang berkepentingan besar untuk mempertahankan status quo.
Selain itu, Gorbachev percaya bahwa jalan menuju pemulihan ekonomi dan sosial Uni Soviet membutuhkan keterlibatan orang dalam proses politik. Glasnost juga memberi media lebih banyak kebebasan berekspresi, dan editorial yang mengeluhkan kondisi tertekan dan ketidakmampuan pemerintah untuk memperbaikinya mulai muncul.
GERIN RIO PRANATA
Baca : Cerita Warga Jerman Bawa Palu Congkel Tembok Berlin pada 32 Tahun Lalu