89 Orang Tewas Akibat Penyakit Misterius di Sudan Selatan, WHO Turun Tangan

Reporter

Tempo.co

Rabu, 15 Desember 2021 19:26 WIB

Sejumlah murid yang hadir untuk mengikuti sekolah berjalan dekat kandang ternak di Mingkaman, Sudan Selatan, 4 Maret 2018. Selain bertemu langsung dengan guru, para murid juga belajar dengan cara mendengarkan lewat radio.Thomson Reuters Foundation/Stefanie Glinski

TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit misterius menyerang Sudan Selatan. Sebanyak 89 orang tewas akibat penyakit yang belum diketahui ini.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengerahkan satuan tugas respons cepat ke Sudan Selatan untuk menyelidiki penyakit misterius itu. Kementerian kesehatan Sudan telah melaporkan penyakit yang menyebar cepat di kota utara Fangak, di negara bagian Jonglei. Penyakit itu belum berhasi diidentifikasi oleh ilmuwan setempat.

Wilayah Jonglei baru-baru ini dilanda banjir parah. Pejabat kesehatan ditugaskan mengumpulkan sampel untuk membantu mengidentifikasi penyakit mematikan itu. Menurut pejabat setempat di Fangak berdasarkan sampel awal dari pasien, hasilnya negatif untuk kolera.

Sheila Baya, juru bicara WHO mengatakan kepada BBC seperti dikutip dari The Sun, tim ilmuwan harus mencapai Fangak melalui helikopter karena banjir.
Rombongan sedang menunggu transportasi untuk memulangkan mereka ke ibu kota, Juba, pada Rabu. “Kami memutuskan untuk mengirim tim respons cepat dan melakukan penilaian serta investigasi risiko," ujarnya.

Menteri Pertanahan, Lam Tungwar Kueigwong, mengatakan banjir parah telah meningkatkan penyebaran penyakit seperti malaria. Banjir menyebabkan pula anak-anak kekurangan gizi dan langkanya makanan di seluruh negara bagian utara.

Advertising
Advertising

Minyak di wilayah itu telah mencemari air sehingga menyebabkan hewan peliharaan mati. Badan amal internasional Médecins Sans Frontires atau Dokter Lintas Batas yang beroperasi di daerah itu, mengatakan penderitaan akibat banjir, termasuk kekurangan makanan dan penyakit, memberi tekanan pada fasilitas kesehatan. “Kami sangat prihatin dengan kekurangan gizi akut yang parah hingga dua kali lipat dari ambang batas WHO. Jumlah anak-anak yang dirawat di rumah sakit akibat gizi buruk meningkat dua kali lipat sejak awal banjir," kata persatuan dokter.

Sudan Selatan menghadapi krisis kemanusiaan ketika banjir ekstrem melanda negara itu selama tiga tahun berturut-turut. Badan-badan kemanusiaan memperingatkan bahwa banjir akan menyebabkan wabah penyakit yang dibawa melalui air dan malaria, menyebabkan kerawanan pangan dan kekurangan gizi.

Banjir telah memutus akses masyarakat terhadap pasokan makanan dan komoditas lainnya. Lebih dari 700.000 orang telah terkena dampak banjir terburuk selama hampir 60 tahun.

Baca: Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Sudan Selatan Dipecat

NY POST | EXPRESS

Berita terkait

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

2 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

4 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

7 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

8 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

9 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

9 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

9 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

11 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

14 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca-Pandemi COVID-19

17 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca-Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya