Jadi Pusat Wabah Covid-19 Lagi, Sejumlah Negara Eropa Kembali Terapkan Lockdown

Reporter

Tempo.co

Minggu, 14 November 2021 12:00 WIB

Orang-orang mengantre untuk menerima vaksin Covid-19 pada malam vaksinasi dengan musik, di pusat vaksinasi Arena Treptow di Berlin, Jerman, 9 Agustus 2021.[John Macdougall/Pool via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Eropa kembali menjadi pusat pandemi Covid-19 yang mendorong beberapa negara untuk mempertimbangkan kembali memberlakukan lockdown menjelang Natal dan menimbulkan perdebatan tentang apakah vaksin ampuh untuk menjinakkan Covid-19.

Eropa menyumbang lebih dari setengah dari rata-rata infeksi 7 hari secara global dan sekitar setengah dari kematian terbaru, menurut penghitungan Reuters, tingkat tertinggi sejak April tahun lalu ketika virus itu mencapai puncaknya di Italia.

Pemerintah dan perusahaan khawatir pandemi yang berkepanjangan akan menggagalkan pemulihan ekonomi yang rapuh. Negara-negara termasuk Belanda, Jerman, Austria dan Republik Ceko mengambil atau merencanakan langkah-langkah untuk mengekang penyebaran, menurut laporan Reuters, 14 November 2021.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan lockdown sebagian selama tiga minggu mulai Sabtu, menjadikan Belanda negara pertama di Eropa Barat yang kembali memberlakukan pembatasan Covid-19.

"Virus ada di mana-mana dan perlu diperangi," kata Rutte dalam pidatonya pada Jumat malam.

Advertising
Advertising

Kekhawatiran baru atas apa yang digambarkan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Jumat sebagai "awan badai" di Eropa, datang ketika program vaksinasi yang berhasil telah meningkat menjelang bulan-bulan musim dingin dan musim flu.

Sekitar 65% dari populasi Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) yang meliputi Uni Eropa, Islandia, Liechtenstein dan Norwegia, telah menerima dua dosis, menurut data UE, tetapi kecepatannya telah melambat dalam beberapa bulan terakhir.

Vaksinasi di negara-negara Eropa selatan adalah sekitar 80%, tetapi keraguan telah menghambat peluncuran vaksin di Eropa tengah dan timur dan Rusia, yang menyebabkan wabah yang dapat membebani layanan kesehatan.

Jerman, Prancis, dan Belanda juga mengalami lonjakan infeksi, menunjukkan tantangan bahkan bagi pemerintah dengan tingkat pencapaian vaksinasi yang tinggi.

Yang pasti, rawat inap dan kematian jauh lebih rendah daripada tahun lalu, dan variasi besar di setiap negara dalam penggunaan vaksin dan booster serta langkah-langkah seperti jarak sosial, membuat sulit untuk menarik kesimpulan untuk seluruh wilayah.

Tetapi kombinasi dari penerimaan vaksin yang rendah di beberapa bagian, berkurangnya kekebalan di antara mereka yang diinokulasi lebih awal, dan pelonggaran aturan masker atau menjaga jarak selama musim panas, kemungkinan menjadi penyebabnya, menurut ahli virologi dan pakar kesehatan masyarakat mengatakan kepada Reuters.

"Jika ada satu hal yang bisa dipelajari dari ini, jangan mengalihkan pandangan Anda dari bola," kata Lawrence Young, ahli virologi di Warwick Medical School di Inggris.

Laporan mingguan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk 7 November menunjukkan bahwa Eropa, termasuk Rusia, adalah satu-satunya wilayah yang mencatat kenaikan kasus, naik 7%, sementara daerah lain melaporkan penurunan atau tren stabil.

Demikian pula, dilaporkan peningkatan kematian 10%, sementara daerah lain melaporkan penurunan.

Langkah-langkah yang mulai berlaku di Belanda termasuk restoran dan toko yang diperintahkan untuk tutup lebih awal dan penonton dilarang menghadiri acara olahraga.

Jerman akan memperkenalkan kembali tes Covid-19 gratis mulai Sabtu, kata penjabat menteri kesehatan Jens Spahn pada Jumat. Rancangan undang-undang sedang digodok di Jerman yang akan mendorong aturan seperti wajib masker dan jarak sosial di ruang publik untuk terus ditegakkan hingga Maret mendatang.

Pemerintah Austria pada Ahad kemungkinan akan memutuskan untuk memberlakukan lockdown pada orang-orang yang tidak divaksinasi, kata Kanselir Alexander Schallenberg pada hari Jumat.

Sebagian besar negara Uni Eropa mengerahkan suntikan tambahan untuk orang tua dan mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, tetapi memperluas vaksinasi ke lebih banyak populasi harus menjadi prioritas untuk menghindari langkah-langkah seperti lockdown, kata para ilmuwan.

"Urgensi sebenarnya adalah untuk memperluas kumpulan orang yang divaksinasi sebanyak mungkin," kata Carlo Federico Perno, kepala diagnostik mikrobiologi dan imunologi di Rumah Sakit Bambino Ges Roma.

Regulator obat-obatan UE juga mengevaluasi penggunaan vaksin Pfizer dan BioNTech pada anak berusia 5 hingga 11 tahun.

Norwegia akan menawarkan dosis vaksin Covid-19 ketiga untuk semua orang yang berusia 18 tahun ke atas dan akan memberikan pilihan kepada kotamadya untuk menggunakan "kartu corona" digital, kata pemerintah pada hari Jumat. Norwegia sejauh ini memberikan dosis ketiga hanya untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas.

Mulai 1 Desember, Italia juga akan menawarkan dosis ketiga kepada orang di atas usia 40 tahun.

"(Wabah) ini mungkin akan membuat UE melihat dosis booster dan mengatakan 'kami memang membutuhkannya sebelum waktunya'," kata Michael Head, peneliti senior di bidang kesehatan global di University of Southampton.

Pemerintah Eropa tengah dan timur harus mengambil tindakan drastis ketika masih berjuang meningkatkan vaksinasinya.

Latvia, salah satu negara yang paling sedikit divaksinasi di UE, memberlakukan lockdown empat minggu pada pertengahan Oktober. Parlemennya memberikan suara pada hari Jumat untuk melarang anggota parlemen yang menolak vaksinasi untuk memberikan suara pada legislatif dan berpartisipasi dalam diskusi.

Republik Ceko, Slovakia, dan Rusia juga telah memperketat pembatasan.

Vaksin saja bukanlah peluru ampuh untuk mengalahkan pandemi dalam jangka panjang, kata ahli virologi.

Beberapa menunjuk ke Israel sebagai contoh praktik yang baik: selain inokulasi, Israel telah memperkuat pemakaian masker dan memperkenalkan paspor vaksin setelah kasus melonjak beberapa bulan yang lalu.

Langkah-langkah seperti jarak, masker dan mandat vaksin untuk tempat-tempat dalam ruangan sangat penting untuk mencegah kembalinya lonjakan Covid-19, kata Antonella Viola, profesor imunologi di Universitas Padua Italia.

Baca juga: Corona Melonjak Pesat, Pakar Sarankan Eropa Barat Lockdown Parsial

REUTERS

Berita terkait

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

1 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Kota di Eropa yang Paling Banyak Memiliki Destinasi untuk Pecinta Seni

5 jam lalu

Kota di Eropa yang Paling Banyak Memiliki Destinasi untuk Pecinta Seni

Sebuah penelitian menyusun daftar kota di Eropa yang memiliki banyak destinasi untuk penggemar seni

Baca Selengkapnya

Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

20 jam lalu

Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

Tidak hanya di Jerman, Munich juga kota yang paling nyaman berjalan kaki di Eropa

Baca Selengkapnya

3 Destinasi Terbaik di Eropa untuk Berburu Aurora Borealis

1 hari lalu

3 Destinasi Terbaik di Eropa untuk Berburu Aurora Borealis

Sepanjang tahun 2024, peluang melihat aurora borealis akan semakin meningkat di beberapa destinasi tertentu

Baca Selengkapnya

Hindari Kerumunan Wisatawan Ini Waktu Terbaik Mengunjungi Malaga

1 hari lalu

Hindari Kerumunan Wisatawan Ini Waktu Terbaik Mengunjungi Malaga

Waktu terbaik untuk menjelajahi Malaga adalah musim semi dan musim gugur, untuk hindari kerumunan musim panas.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

3 hari lalu

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

Dubes Jerman untuk Indonesia menjelaskan tentang UU terbaru yang diterapkan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Alasan Sosiolog Unair Sebut Penarikan Vaksin AstraZeneca Bisa Memicu Kecemasan Publik

3 hari lalu

Alasan Sosiolog Unair Sebut Penarikan Vaksin AstraZeneca Bisa Memicu Kecemasan Publik

Peneliti Unair menilai penarikan vaksin AstraZeneca dari pasar akan memicu pro dan kontra. Masyarakat bisa ragu terhadap program vaksinasi nasional.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

3 hari lalu

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 14 Mei 2024 diawali oleh alasan 9 negara menolak Palestina menjadi anggota penuh PBB.

Baca Selengkapnya