Hukuman Mati dengan Cara Digantung Sudah Ada Sebelum Masehi

Reporter

Tempo.co

Kamis, 11 November 2021 13:06 WIB

Petisi membebaskan Nagaenthran K Dhamalingam dari hukuman mati di Change,org

TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok pakar hak asasi manusia PBB sedang berupaya menghentikan eksekusi mati terhadap seorang warga Malaysia yang menyelundupkan narkoba ke Singapura. Nagaenthran Dharmalingam, 33 tahun, dijadwalkan akan digantung pada Rabu kemarin, 10 November 2021, tetapi pengadilan menunda eksekusi hukuman mati sambil menunggu banding yang akan didengar pada Selasa pekan depan, 16 November 2021.

Hukuman gantung yang diterapkan oleh Singapura, menurut laman deathpenaltyinfo.org telah ada sejak sebelum Masehi. Pada abad ke10 Masehi, hukuman gantung menjadi metode eksekusi yang dianggap paling biasa di Inggris.

Oleh Raja Inggris, William hukuman gantung dilarang untuk dijadikan cara mengeksekusi, di luar keadaan perang. Aturan ini tak bertahan lama. Pada abad ke16, pemerintahan Henry VIII, kembali menerapkan
hukuman gantung.

Sejak itu, sekitar 72 ribu orang dieksekusi. Hukuman gantung dianggap ampuh untuk mengatasi tindak kejahatan.

Selain hukuman gantung, eksekusi mati
juga dilakukan dengan cara merebus, membakar di tiang, digantung, dipenggal, digambar lalu dibelah empat. Hukuman mati diberikan kepada orang-orang melakukan pidana yang dianggap berat seperti menikahi seorang Yahudi, tidak mengakui kejahatan, dan pengkhianatan.

Pada 1823 hingga 1837 di Inggris, hukuman mati dihapuskan untuk 100 dari 222 dari jenis kejahatan. Penghapusan hukuman mati untuk hampir separuh jenis kejahatan dianggap sebagai reformasi hukuman mati Inggris.

Advertising
Advertising

Hukuman mati di Amerika Serikat merupakan jejak hukum yang ditinggalkan oleh Inggris. Tercatat, eksekusi pertama hukuman mati dijatuhkan kepada Kapten George Kendall dari koloni Jamestown di Virginia pada 1608. Kendall diyakini menjadi mata-mata untuk Spanyol.

Baca: Pakar HAM PBB Minta Singapura Batalkan Eksekusi Mati Penyelundup Narkoba

TIKA AYU | EK

Berita terkait

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

22 menit lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

1 jam lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Indonesia Paling Senang Belanja di Singapura.

1 jam lalu

Wisatawan Indonesia Paling Senang Belanja di Singapura.

Singapura telah menerima lebih dari 664 ribu pengunjung Indonesia. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 33,8 persen dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

9 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

10 jam lalu

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

Band rock asal California, As I Lay Dying akan turut mengguncang panggung Hammersonic 2024 pada Ahad, 5 Mei 2024. Berikut profil band metal itu.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

12 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

17 jam lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

20 jam lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

20 jam lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

21 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya