Rusia Janji Berikan Bantuan ke Afghanistan, Tetapi Belum Siap Akui Taliban

Reporter

Tempo.co

Rabu, 20 Oktober 2021 07:30 WIB

Para pejabat, termasuk mantan Presiden Afganistan Hamid Karzai dan wakil pemimpin dan negosiator Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar, menghadiri konferensi perdamaian Afganistan di Moskow, Rusia 18 Maret 2021. [Alexander Zemlianichenko / Pool via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Rusia, Cina dan Pakistan bersedia memberikan bantuan ke Afghanistan, tetapi Kremlin mengatakan Rusia belum siap untuk mengakui pemerintah Taliban, kata Kementerian Luar Negeri Rusia pada Selasa.

Janji bantuan kemanusiaan dan dukungan ekonomi datang setelah pembicaraan antara pejabat Rusia, Cina dan Pakistan, yang akan bergabung dengan perwakilan penguasa baru Afghanistan pada pertemuan Format Moskow pada Rabu.

Tetapi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Rusia menahan diri mengakui Taliban sambil menunggu mereka memenuhi janji yang mereka buat ketika mereka mengambil alih kekuasaan, termasuk inklusivitas politik dan etnis dari pemerintahan baru, Reuters melaporkan, 20 Oktober 2021.

Kritikus mengatakan Taliban melanggar janji untuk tidak mengesampingkan perempuan dan minoritas, atau membalas dendam ke musuh.

"Pengakuan resmi terhadap Taliban tidak sedang dibahas untuk saat ini. Seperti kebanyakan negara berpengaruh lainnya di kawasan ini, kami berhubungan dengan mereka. Kami mendorong mereka untuk memenuhi janji yang mereka buat ketika mereka berkuasa," kata Lavrov.

Advertising
Advertising

Juru Bicara Taliban dan Wakil Menteri Informasi dan Kebudayaan Zabihullah Mujahid mengatakan kepada kantor berita TASS pada Selasa, delegasi Taliban akan meminta dukungan ekonomi dan politik dari negara-negara peserta dalam pembicaraan Format Moskow. Format Moskow didirikan pada 2017 berdasarkan mekanisme konsultasi enam negara yang terdiri dari Rusia, Afghanistan, India, Iran, Cina, dan Pakistan.

"Kami akan meminta negara-negara peserta konferensi Moskow, tetangga kami, untuk memberikan bantuan kepada kami, terutama di bidang ekonomi dan politik-dan-diplomatik, sehingga negara-negara dapat menunjukkan tanggung jawab dan membantu Afghanistan," katanya, menambahkan ekonomi Afghanistan saat ini membutuhkan dukungan lebih lanjut.

Juru bicara Taliban menekankan bahwa Afghanistan memainkan peran penting dalam keamanan dan stabilitas kawasan dan delegasi Taliban berencana untuk membahas masalah terkait di Moskow.

Taliban mengatakan sebelumnya, delegasi mereka ke Moskow akan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Mawlawi Abdul Salam Hanafi. Penjabat Menteri Luar Negeri Amir Khan Muttaqi dan sejumlah menteri lainnya akan menjadi salah satu anggota delegasi, TASS melaporkan.

Penjabat Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi berbicara selama konferensi pers di Kabul, Afghanistan 14 September 2021. [REUTERS/Stringer]

Pada pertengahan Agustus, pemerintah Afghanistan runtuh ketika Amerika Serikat dan sekutunya menarik pasukan setelah 20 tahun berperang, yang kemudian memudahkan Taliban untuk merebut kekuasaan dalam serangan kilat.

Rusia, yang pernah berperang di Afghanistan dari 1979 hingga 1989 dan kalah, mencoba mengambil inisiatif diplomatik untuk menghindari ketidakstabilan di kawasan yang lebih luas yang dapat merusak kepentingannya.

Rusia secara khusus khawatir kemungkinan militan Islam menerobos ke bekas republik Uni Soviet di Asia Tengah, wilayah yang dilihat Kremlin sebagai penyangga pertahanan.

Pejabat Rusia lainnya telah meredam ekspektasi untuk pembicaraan hari Rabu. Amerika Serikat mengatakan tidak akan bergabung dalam pembicaraan ini tetapi berencana untuk melakukannya di masa depan, menurut Reuters.

Zamir Kabulov, perwakilan khusus Presiden Vladimir Putin di Afghanistan, mengatakan pekan lalu dia tidak mengharapkan ada terobosan besar dalam pembicaraan tersebut.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menggambarkan pembicaraan ini sebagai upaya untuk mengetahui apa yang akan terjadi di Afghanistan ke depan di bawah Taliban.

Baca juga: Taliban Janjikan Murid dan Guru Perempuan Segera Bisa Kembali ke Sekolah

REUTERS | TASS

Berita terkait

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

4 jam lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

4 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

6 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

8 jam lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

20 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

1 hari lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

1 hari lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya