Simpanan Negara Menipis, Afghanistan Kesulitan Gaji Pegawai Negeri Sipil

Reporter

Tempo.co

Jumat, 17 September 2021 10:00 WIB

Seorang pria menghitung uang saat menunggu pelanggan di pasar pertukaran uang, menyusul pembukaan kembali bank dan pasar setelah Taliban mengambil alih di Kabul, Afghanistan, 4 September 2021. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Afghanistan sedang berupaya menggaji pekerja sektor publik, kata kementerian keuangan pada Kamis, ketika pemerintahan Taliban berupaya menggerakan ekonomi yang macet dan cadangan keuangan negara semakin menipis.

Bahkan sebelum gerakan itu merebut Kabul bulan lalu, banyak pegawai negeri sipil mengatakan mereka belum digaji selama berminggu-minggu. Situasi ini diperburuk dengan bank-bank yang memberlakukan batasan ketat pada penarikan tunai sementara harga kebutuhan pokok naik.

Kementerian Keuangan Afghanistan mengatakan "masalah teknis" telah menyebabkan penundaan pembayaran gaji tetapi tim khusus bekerja untuk menyelesaikan masalah penggajian secepat mungkin.

"Staf administrasi publik yang terhormat dapat melanjutkan pekerjaan mereka tanpa khawatir," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya, dilaporkan Reuters, 17 September 2021.

Pernyataan itu tidak berisi rincian lebih lanjut dan tidak jelas kapan gaji akan dibayarkan.
Geti, seorang guru di sekolah negeri, kembali ke pekerjaannya seminggu setelah Taliban berkuasa, tetapi dia belum menerima gajinya.

Advertising
Advertising

"Saya tidak mendapatkan gaji selama dua bulan. Saya menghadapi masalah ekonomi. Guru di sekolah saya adalah satu-satunya pencari nafkah bagi keluarga mereka," katanya kepada TOLONews.

Puluhan warga Afghanistan mengantre memasuki bank di sebuah jalan di Kabul, Afghanistan, 4 September 2021. WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Masalah finansial juga menyebabkan penutupan kantor pemerintahan. Warga menyuarakan keprihatinan atas penutupan beberapa kantor di seluruh negeri. "Saya datang untuk mengambil Kartu Identitas saya. Proses belum dilanjutkan. Saya meminta agar prosesnya segera dimulai," kata Enayatullah, seorang warga Kabul yang masih belum mendapat kartu tanda penduduknya.

Seorang pejabat di Otoritas Pencatatan Sipil Pusat Afghanistan, ACCRA, mengatakan bahwa kartu identitas nasional telah dicetak dan akan didistribusikan minggu depan. "Kami memulai pekerjaan kami. Kami akan membagikan kartu identitas tercetak pada hari Sabtu," kata Hazarat Mohammad.

Sementara itu, Perdana Menteri kabinet sementara Mullah Mohammad Hassan Akhund pada pertemuan Rabu memerintahkan semua kementerian dan beberapa kantor pemerintah lainnya untuk segera mulai memberikan layanan kepada rakyat.

"Kami akan menyaksikan lebih banyak perbaikan di pemerintahan, dan masalah gaji akan ditangani," kata Saaed Khosti, anggota komisi budaya Taliban.

Penundaan gaji pegawai negeri sipil terjadi ketika pemerintah baru bergulat dengan kekurangan uang tunai yang parah, dengan lebih dari US$9 miliar (Rp128 triliun) cadangan yang disimpan di luar Afghanistan masih diblokir.

Dana Moneter Internasional (IMF) pada Kamis memperingatkan Afghanistan sedang menghadapi krisis kemanusiaan, tetapi IMF masih akan menahan pendanaannya ke negara itu.

Penerbangan bantuan telah mulai membawa pasokan darurat ke Afghanistan, di mana kekeringan parah di sebagian besar negara telah menyebabkan jutaan orang dalam bahaya kelaparan. Tetapi kekurangan uang dan kehilangan miliaran dolar AS bantuan asing untuk pemerintahan sebelumnya bertahan, kini membuat ekonomi Afghanistan hampir runtuh.

Baca juga: Warga Afghanistan Harus Meloakkan Barang untuk Bisa Makan

REUTERS | TOLONEWS

Berita terkait

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

19 jam lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Kinerja PNS Paling Efektif di Dunia, Ada dari Asia

1 hari lalu

10 Negara dengan Kinerja PNS Paling Efektif di Dunia, Ada dari Asia

Berikut ini deretan negara dengan kinerja PNS paling efektif di dunia, didominasi oleh negara-negara di Benua Eropa.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

3 hari lalu

Gubernur BI: Kami Upayakan Nilai Tukar Rupiah Turun di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

BI optimistis rupiah akan terus menguat sesuai fundamental.

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

3 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

4 hari lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

4 hari lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

5 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

7 hari lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

8 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

8 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya