Menara Komunikasi Myanmar Diserang Usai Deklarasi Perang Pemerintah Bayangan

Rabu, 8 September 2021 20:00 WIB

Demonstran menunjukkan salam tiga jari selama protes untuk solidaritas terhadap Pasukan Pertahanan Rakyat Mandalay, di Yangon, Myanmar 22 Juni 2021, dalam tangkapan layar yang diperoleh Reuters dari video media sosial.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Pengunjuk rasa di Myanmar menghancurkan belasan menara komunikasi junta militer pada Rabu ini, 8 September 2021. Hal tersebut menyusul deklarasi perang terhadap Junta Myanmar yang dinyatakan oleh kelompok pemberontak dan pemerintah bayangan, National Unity Government (NUG).

Menurut laporan Channel News Asia, total ada 11 menara komunikasi yang dihancurkan oleh NUG. Kesebelas menara tersebut dikelola oleh perusahaan komunikasi milik Junta Myanmar, Mytel. Adapun menganggu bisnis-bisnis milik Junta Myanmar menjadi salah satu misi kelompok oposisi sejak kudeta

"Niatan kami adalah menghancurkan bisnis milik militer. Bisnis tersebut menyokong mereka untuk menjaga kekuasaannya. Oleh karenanya, perlu kita hancurkan," ujar salah satu pengunjuk rasa yang terlibat dalam aksi pengrusakan menara komunikasi junta.

Menara-menara yang berada di kota Sagaing tersebut dihancurkan dengan bom. Bom diletakkan di fondasi menara yang kemudian menghancurkan strukturnya ketika diledakkan. Adapun nilai kerugian dari aksi NUG belum diketahui hitungannya.

Per berita ini ditulis, Junta Myanmar belum memberikan pernyataan apapun soal aksi terbaru NUG. Walau begitu, ketika NUG mendeklarasikan perang, Junta Myanmar menyebut kelompok pemerintah bayangan tersebut sebagai pencari perhatian saja.

"Mereka tengah mencari perhatian menjelang pertemuan Majelis Umum PBB di New York pekan depan," ujar jubir Junta Myanmar, Zaw Min Tun, pada Selasa kemarin. Perlu diketahui, pertemuan Majelis Umum PBB akan berperan dalam menentukan pemerintahan mana yang diakui di Myanmar.

"Mereka tahu bahwa mereka hampir kalah. Oleh karenanya, mereka mengambil langkah yang mampu menarik perhatian komunitas internasional," ujar Zaw Min Tun menambahkan.

Sebagai catatan, krisis di Myanmar saat ini adalah imbas dari kudeta yang terjadi pada Februari lalu. Militer Myanmar, yang menolak hasil pemilu di tahun 2020, menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Win Myint dan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi. Adapun krisis tersebut sudah menewaskan lebih dari 1000 orang, belum menghitung 8000 yang ditahan.

Baca juga: Pemerintah Persatuan Nasional Deklarasikan Perang Melawan Junta Myanmar

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

2 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

2 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

3 hari lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

4 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

5 hari lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

5 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

6 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

6 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya