Presiden Iran Ebrahim Raisi Siap Lanjutkan Negosiasi Perjanjian Nuklir

Minggu, 5 September 2021 16:30 WIB

Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi menghadiri konferensi pers di Teheran, Iran 21 Juni 2021.[Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Iran Ebrahim menyampaikan bahwa pihaknya siap melanjutkan negosiasi perjanjian nuklir (JCPOA) yang belum rampung hingga sekarang. Namun, Raisi mengatakan Iran hanya akan melakukannya apabila tak ada tekanan dari Barat dan Amerika janji mengangkat sanksi.

"Negara-negara barat dan Amerika menginginkan negosiasi dengan menekan kami. Negosiasi macam apa itu? Saya sudah katakan bahwa kami siap untuk bernegosiasi, namun tidak dengan tekanan," ujar Ebrahim Raisi, dikutip dari Reuters, Ahad, 5 September 2021.

Raisi menegaskan bahwa melanjutkan perjanjian nuklir Iran sudah dalam agendanya. Namun, ia menginginkan negosiasi yang bersifat goal-oriented. Oleh karenanya, ia tidak setuju apabila negosiasi lebih sebagai upaya untuk mewujudkan kepentingan negara-negara barat dan tidak mengikutkan kepentingan Iran.

"Kami ingin sanksi ke Iran diangkat sehingga masyarakat kami bisa hidup sejahtera," ujar Ebrahim Raisi menegaskan.

Sebelumnya, Prancis dan Jerman telah mendesak Iran untuk segera kembali ke meja negosiasi usai pemerintahan baru terbentuk. Sebelumnya, negosiasi ditunda karena Raisi belum dilantik. Adapun kedua negara khawatir pemerintahan baru Iran akan melanjutkan pengembangan nuklir hingga melebihi target yang ditetapkan.

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]


Apabila mengacu pada laporan PBB, kekhawatiran itu sudah terwujud. Lembaga pengawas nuklir di bawah PBB melaporkan Iran telah menggenjot kemurnian uranium metal hingga 20 persen. Selain itu, kapasitas pengayaan uranium metal juga dinaikkan hingga 60 persen. Uranium metal, perlu diketahui, adalah bahan baku bom nuklir.

Perjanjian Nuklir Iran sendiri, dikenal juga sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), adalah kesepakatan yang diteken delapan negara di tahun 2015. Tujuannya, memastikan program pengayaan nuklir Iran ditekan hingga 3,67 persen. Ada kekhawatiran dari berbagai negara bahwa cadangan uranium Iran cukup untuk membuat senjata pemusnah massal baru.

Tahun 2018, mantan Presiden Amerika Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan tersebut dan menjatuhkan sanksi ekonomi ke Iran. Mereka tidak percaya Iran akan patuh janji. Kesal ditelikung Amerika, Iran balik menggenjot program pengayaan nuklir dengan target setinggi mungkin seperti yang terjadi sekarang.

Situasi mulai berubah ketika Joe Biden menggantikan Trump. Ia ingin membawa Amerika dan Iran sama-sama kembali ke Perjanjian Nuklir. Jika Iran kooperatif, Joe Biden berjanji sanksi ekonomi Iran akan ia angkat. Iran, sebaliknya, meminta sanksi diangkat dulu baru mereka kembali ke perjanjian. Hal itu yang menjadi landasan negosiasi perjanjian nuklir Iran sekarang.

Baca juga: Iran Tunggu Ebrahim Raisi Memimpin, Negosiasi Perjanjian Nuklir Bakal Molor

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

16 jam lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

1 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

1 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

1 hari lalu

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

Iran akan mendorong pertukaran ekspor impor pada subsektor hortikultura khususnya yang berkaitan dengan buah-buahan

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

1 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

2 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

3 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

3 hari lalu

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

Iran mengatakan akan membebaskan awak kapal berbendera Portugal yang disita pasukannya bulan ini.

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

3 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

3 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya